Ulama merupakan pewaris para nabi. Sebuah predikat istimewa bagi siapapun yang mendapatkan julukan tersebut. Karena istilah pewaris menunjukkan betapa hubungan mereka dekat dengan para nabi, sedekat dengan hubungan darah.
Seperti yang dikatakan oleh Imam Al Munawi dalam Faydh Al Qadir bahwa warisan itu akan berpindah kepada orang yang terdekat (hubungannya dengan si mayit). Di antara umat manusia yang terdekat penisbatannya kepada agama adalah para ulama yang berpaling dari dunia dan mencari akhirat. Bagi umat, mereka adalah pengganti para nabi yang memperoleh dua keutamaan, ilmu dan amal.
Dengan kedudukan mereka yang tinggi di mata Allah Swt dan kedekatan mereka di sisi sang Pencipta, maka tentu cobaan yang mereka alami pun tak kalah tinggi. Seperti peribahasa, semakin tinggi pohon, maka semakin kencang angin menerpanya. Itulah yang akan dialui oleh mereka yang memilih jalan menjadi ulama demi meraih rida-Nya.
Godaan paling berbahaya yang dialami oleh para ulama adalah cobaan atau fitnah yang berakibat rusaknya agama. Karena hal ini tentunya akan menjadikan malapetaka bagi umat manusia dan kerusakan ciptaan-Nya. Ketergelinciran para ulama akan berpotensi untuk menghancurkan umat sendiri.
Ketergelinciran para ulama ini begitu menakutkan karena akan menyebabkan kesesatan bagi umat manusia dalam skala besar. Umar bin Khaththab r.a. pernah berkata, Islam itu dapat hancur dengan ketergelinciran ulama, orang munafik yang berdebat dengan (berdalilkan) Al-Qur’an dan pemerintahan para penguasa yang menyesatkan.
Di antara yang sering dikatakan sebagai fitnah bagi para ulama adalah kecintaan mereka terhadap harta dan kedudukan. Rasulullah saw menyebut mereka sebagai Ulama Penguasa (Ulama salatin), karena cap penguasa ada di mereka.
Sesungguhnya tugas utama para ulama adalah sebagai pengawal para penguasa. Bila para pemangku jabatan tidak berada di jalan yang benar, menyimpang dari syariah, berbohong pada rakyat atau bahkan dzalim, maka para ulama lah orang nomor satu yang maju untuk mengoreksinya.
Rasulullah saw telah bersabda, sayyidina Anas r.a. telah meriwayatkan “Ulama adalah kepercayaan para rasul selama mereka tidak bergaul dengan penguasa dan tidak asyik dengan dunia. Jika mereka bergaul dengan penguasa dan asyik dengan dunia maka mereka telah mengkhianati para Rasul. Karena itu, jauhilah mereka.” (HR. al-Hakim).
Menjadi hal yang ironi bila semangat para ulama bergeser menjadi pemburu dunia dari yang semula ikhlas karena Allah ta’ala. Mulanya sebagai pengingat dan pengoreksi penguasa kemudian menjadi pembenar dan pendukung atas kezaliman mereka.
Hari ini di mana kondisi Islam selalu disudutkan, nabinya dihinakan, pengemban dakwahnya dicap radikal, tentunya saat yang tepat bagi ulama untuk berada di garis terdepan. Membela agama Allah untuk terus ditinggikan.
Sehingga para ulama hendaknya memiliki kesabaran, ketegaran dan keberanian dalam memegang teguh dan menyampaikan kebenaran walau ajal menjadi taruhan. Karena Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi selainnya.
Wallahu alam.
0 Komentar