Ustadzah Estiningtyas; Tak Siap Jaga Generasi Muda, Siap-Siap Potensinya Dibajak & Dirusak






Generasi muda adalah aset berharga bagi kelangsungan masa depan peradaban. Namun fakta hari ini, di Jakarta khususnya dan Indonesia umumnya, telah terjadi pembajakan potensi pemuda oleh sistem kapitalisme-liberalisme dengan begitu sistematis, terstruktur dan masif. Mereka terwarnai kehidupan menjadi sangat hedonis, fokus mengejar materi dan popularitas. Berangkat dari keprihatinan ini, Muslimah Jakarta mengadakan Workshop bersama para tokoh muslimah se-DKI Jakarta, bertema “Liberalisme Menghujam, Potensi Generasi Terancam, Patutkah Kita Diam?”, pada Ahad, 13 November 2022, di salah satu gedung pertemuan di Jakarta. 



Para tokoh yang hadir diantaranya praktisi pendidikan mulai dari guru sekolah dasar hingga dosen, praktisi kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh organisasi, para mubalighoh dan ketua majelis taklim, juga para aktifis pemuda rohis dan kampus. Dari workshop ini diharapkan ada langkah konkrit yang dapat segera direalisasikan dalam rangka menyelamatkan generasi muda dari kerusakan. 



Ustadzah Estiningtyas selalu pemateri, mengawali paparannya dengan menggambarkan pemuda berdasar ayat Al Quran surat Ar Rum ayat 54. Kemudian menyampaikan penjelasan Ibnu Katsir, bahwa manusia keluar dari rahim ibu dalam keadaan lemah tak berdaya. Tapi ketika tumbuh menjadi anak dan masuk usia baligh, dia berubah menjadi pemuda yang fisik dan pemikiran berkembang pesat melebihi masa sebelumnya, sampai usia paruh baya. “Jadi ada masa penuh dengan kekuatan. Dan itulah yang kita kenal dengan masa muda.  Karena setelah lewat usia paruh baya, kekuatannya mulai lemah kembali”, ungkapnya. 



Selanjutnya Ustadzah Esti menjelaskan bahwa Islam mengajarkan bagaimana memanfaatkan usia muda dengan luar biasa. Rasulullah dalam berdakwah merekrut kalangan pemuda. Sahabat Rasulullah rata-rata berusia muda. Dengan kemampuan luar biasa mereka berkontribusi luar biasa kepada Islam. “Setelah mereka dididik dan dibina oleh Rasulullah, dilembutkan hatinya, diubah orientasinya dari menyembah berhala menjadi hanya menghamba kepada Allah semata, seketika potensinya melesat. Ini bukti bahwa lingkungan berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian seseorang”, jelas Ustadzah Esti.


 


Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, mereka pula yang menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Dan semua keberhasilan itu tidak terlepas dari sistem yang di berlakukan Rasulullah, yaitu sistem Islam dalam naungan negara. Hingga berlanjut pada generasi-generasi berikutnya. “Sebut saja Sulaiman Al Qonuni yang menjadi khalifah di usia 26 tahun. Atau Muhammad Al Fatih yang namanya melegenda hingga hari ini, berhasil menaklukkan konstantinopel di usia 21 tahun. Bahkan, hingga  Islam sampai ke Indonesia pun, dibawa oleh para pemuda”, jelasnya.



Namun Ustadzah Esti menyayangkan, kondisi generasi muda hari ini jauh dari apa yang digambarkan di atas. “Bayangkan Ibu-ibu, anak-anak usia segitu hari ini bagaimana kondisinya?, tanyanya kepada seluruh peserta workshop. Ustadzah Esti melanjutkan, hari ini kita dikejutkan dengan kondisi pemuda yang rusak. “Sebut saja fenomena Citayam Fashion Week, (CFW), ajang lenggang lenggok di jalan dengan baju seadanya. Bahkan begitu cepat menyebar diikuti daerah-daerah lain di seluruh Indonesia. Karena memang Jakarta adalah tren setter. Kemudian maraknya LGBT. Bahkan ada anak yang memperkarakan orangtuanya karena melarang LGBT. Disebutkan mereka di rumah berkamuflase sebagai anak baik. Dan kondisi seperti ini dan tidak hanya di Jakarta”, paparnya.



Belum selesai sampai di situ, Ustadzah Esti melanjutkan belum lagi kasus aborsi, dan lain-lain. Sekarang juga menjamur café-café yang menjadi magnet anak-anak muda menghabiskan waktu untuk sekedar nongkrong unfaedah. Konser-konser mulai di gelar. “Seandainya pun ada pemuda yang kritis, misalnya Emon, kritikannya masih sambil bercanda. Realitanya sedikit sekali anak muda berkualitas hari ini. Mereka males diajak berpikir. Yang penting bagaimana ngonten, mendapatkan cuan, merasakan yang mereka sebut dengan Bahagia”, jelas Ustadzah Esti. Yang menyedihkan lagi, ada yang melakukan amalan kebaikan pun dalam rangka membuat konten. Bahkan, mereka tidak segan melakukan hal receh seperti prank, untuk ngonten. Dan semua itu demi uang. 



Ustadzah Esti membaca, seperti ada upaya untuk merusak generasi. Apalagi hari ini dunia mengalami bonus demografi. Hampir seluruh negara di dunia kelebihan generasi muda. “Masalahnya apakah ini akan menjadi musibah atau anugerah?”, tanya Ustadzah Esti. Lanjutnya, “Jika generasi baik maka ke depan akan baik. Dan sebaliknya. Potensi ini akan menjadi anugerah jika kekuatan populasi umat muslim bisa kita jaga, kita selamatkan dari kerusakan”, tegasnya. 



Sebagai penutup Ustadzah Esti mengingatkan bahwa musuh Islam terus berusaha membelokkan arah pemuda. “Mereka disibukkan dengan tugas kuliah, jadi susah diajak ngaji. Mereka disibukkan dengan kemiskinan, hingga akhirnya sibuk mencari uang. Mereka disibukkan dengan circle pertemanan sampai lupa mengurusi diri sendiri”, ungkapnya. 



Ustadzah Esti berpesan, jangan sampai kita meninggalkan mereka dalam keadaan lemah sebagaimana dalam Al Quran surat An Nisa ayat 9. Bukan berarti memfasilitasi anak dengan materi, rumah dan lain-lain. “Lemah itu bukan berarti miskin secara ekonomi, tapi yang paling penting agar mereka tidak lemah dari sisi akidah. Tidak lemah dari sisi kekuatan berpegang pada syariat Islam. Karena ketika potensi pemuda tidak kita jaga, akan diambil alih dan dibajak oleh kapitalisme dan liberalisme”, tutupnya. 


Workshop dilanjutkan sesi diskusi bersama para tokoh dan aktifis pemuda. Para peserta terlihat antusias menyampaikan uneg-uneg, pendapat juga aspirasinya. Peserta berharap diskusi serupa terus berkelanjutan agar apa yang sudah direncanakan benar-benar dapat direalisasikan. Oleh karena itu, peserta kemudian saling membuat komitmen untuk siap berkontribusi. Sekaligus siap mendapatkan pembekalan tentang konten yang dibutuhkan untuk bisa membangun generasi muda seperti yang diharapkan. 



Reporter Anita Rachman

Posting Komentar

0 Komentar