MENGEMBALIKAN FUNGSI MASJID PADA MASA RASULULLAH SAW

 Mengembalikan Fungsi Masjid Pada Masa Rasulullah SAW


Oleh: Siti Rima Sarinah

Dalam Islam, masjid bukan sekedar tempat beribadah, melainkan tempat menuntut ilmu, mengkaji dan berdiskusi terkait Islam yang merupakan kewajiban yang diamanahkan oleh Allah kepada setiap muslim. Dan masih banyak lagi aktivitas yang berkenaan dengan belajar agama Islam yang dapat dilakukan di masjid. Namun, saat ini fungsi masjid telah mengalami pergeseran yang signifikan, yaitu hanya sekedar tempat salat saja.

Puluhan massa dari Gerakan Aktivis Mahasiswa Islam Indonesia (GAMMI) melakukan unjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta. Mereka mendesak Pejabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono untuk menolak perizinan kegiatan reuni 212 yang diadakan di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia. Seorang orator mengatakan tidak sepantasnya masjid dijadikan tempat reuni yang akan membuat citra masjid menjadi buruk. “Tempat suci bukan dijadikan ajang berkumpul untuk memprovokasi, memecah belah kesatuan Republik Indonesia dan sudah saatnya umat Islam berhenti membahas politik di masjid (tempo.co, 02/12/2022).

Reuni 212 yang bertajuk “Munajat Akbar Indonesia Bersholawat” digelar pada hari Jumat 02/12/2022. Acara ini di tahun-tahun sebelumnya digelar di kawasan Monumen Nasional (Monas) kemudian pindah lokasi di Masjid At-Tin Taman Mini Indonesia. Seperti biasa acara ini dimulai dengan salat tahajud, salat subuh berjamaah hingga munajat dan tausyiah para tokoh yang hadir (suara.com,02/12/2022).

Muncul tanda tanya besar terhadap penolakan yang dilakukan oleh GAMMI yang notabene bagian dari umat Islam, terhadap aksi reuni 212. Pasalnya, aksi 212 diawal gelar hanyalah bagian dari aktivitas dakwah dalam rangka menyadarkan umat Islam tentang syariat agamanya. Dan acara ini yang telah dilakukan beberapa kali tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan masyarakat bahkan negara. Prosedur perizinan ke pihak aparat pun telah dilakukan.

Hal ini menunjukkan bahwa aksi 212 adalah bagian syiar Islam yang diperuntukkan untuk kaum muslim. Sehingga tidak ada alasan bagi pihak manapun untuk menolak aksi 212. Penolakan acara aksi 212 yang dilakukan di masjid, juga menjadi tanda tanya besar, sebab masjid dibolehkan dalam Islam digunakan dalam rangka syiar atau dakwah Islam.

Fakta ini menjadi bukti bahwa paham sekularisme telah menjalar ke tubuh mahasiswa muslim, sehingga menganggap esensi masjid hanya sebagai tempat ibadah semata. Apakah hal ini terjadi karena ketidaktahuan mereka atau kurangnya minat mereka untuk memahami agama mereka sehingga sangat mudah terkontaminasi dengan paham sekularisme?

Paham yang berasal dari lemah dan kurangnya akal manusia ini, telah mengubah masjid seperti halnya tempat ibadah agama-agama lainnya. Padahal Islam tidak bisa disamakan dengan agama-agama yang ada. Karena agama tersebut hanya mengatur satu aspek yaitu mengatur beribadah kepada tuhannya. Sedangkan aspek ekonomi, sosial, hukum dan aspek lainnya diberikan kewenangan kepada manusia untuk mengaturnya.

Dan menganggap bahwa masjid adalah tempat suci yang akan terkotori apabila membahas tentang politik, merupakan anggapan yang sangat keliru. Sebab, Islam bukan sekedar agama melainkan ideologi yang mengatur setiap lini kehidupan manusia termasuk masalah politik didalamnya. Bahkan aktivitas politik menjadi sesuatu yang sangat penting dalam Islam. 

Dalam Islam, politik diartikan sebagai riayah su’unil ummah (memelihara urusan umat) dan sebagai aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar. Yang definisi ini sangat bertolak belakang dengan politik dalam naungan sistem kapitalisme yang lahir dari rahim sekularisme. Aktivitas politik mereka penuh dengan tipu daya dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan. 

Jika melihat pada masa Rasulullah saw dan para sahabatnya, masjid dijadikan tempat untuk mencerdaskan umat dan memahamkan mereka tentang Islam, termasuk politik didalamnya. Masjid dijadikan tempat pembinaan untuk mempelajari tsaqafah Islam sebagai modal menjalani kehidupan dunia. Dan masjid juga menjadi tempat berdiskusi untuk membahas persoalan kehidupan beserta solusinya serta dalam rangka menunaikan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar.

Bahkan masjid-masjid tersebut dilengkapi dengan perpustakaan yang lengkap dan memotivasi setiap muslim untuk membaca dan terus belajar. Sebab, menuntut ilmu menjadi salah satu kewajiban utama bagi seorang muslim. Tanpa ilmu, mereka tidak akan mengetahui bahwa tujuan penciptaan manusia ke dunia adalah untuk ibadah. Dan tidak akan mengetahui bahwa dakwah bagian dari aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar yang diamanahkan Allah kepada setiap muslim.

Aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar ini termasuk didalamnya mengoreksi atau muhasabah kebijakan penguasa terkait pengurusannya terhadap rakyat. Al-Thariq menuturkan sebuah riwayat, Ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah saw, seraya bertanya,”Jihad apa yang paling utama?” Rasulullah menjawab, ”kalimat haq (kebenaran) yang disampaikan kepada penguasa yang zalim.” (HR Imam Ahmad).

Sesungguhnya umat Islam tidak perlu takut atau khawatir untuk terus menyuarakan Islam, apalagi di masjid, tempat umat berkumpul, beribadah dan berbuat baik. Jelas lah bahwa masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah mahdhah seperti salat dan zikir semata, tetapi juga sebagai tempat pembinaan dan pendidikan, tempat pemberian santunan sosial, tempat latihan militer, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa, tempat menerima utusan delegasi atau tamu, serta sebagai pusat penerangan dan pembelaan agama.

Peran masjid dalam pembinaan umat sangat penting dan dibutuhkan oleh generasi. Generasi Islam pertama di Madinah dididik dan dibina oleh Rasulullah saw di Masjid Quba dan Masjid Nabawi. Dari pembinaan yang dilakukan Rasulullah di masjid itu, lahirlah tokoh-tokoh yang berjasa dalam pengembangan Islam seantero dunia, seperti Abu Bakar As-Shidiq, Umar bin Al-Khathab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. 

Sudah seharusnya umat Islam memakmurkan masjid, mengembalikan kepada fungsinya yang sesungguhnya, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya, ”Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapa pun selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (TQS At-Taubah : 18).


_______________
Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya
Follow kami di

Posting Komentar

0 Komentar