Meninggalkan Sesuatu yang Tidak Berguna, BI'AH SEORANG MUSLIM

 Meninggalkan Sesuatu yang Tidak Berguna, Bi’ah Seorang Muslim

Oleh: Siti Rima Sarinah


Allah Swt. menciptakan manusia ke dunia ini dalam rangka untuk beribadah. Makna ibadah di sini adalah dalam kontek umum. Setiap amal yang dilakukan dengan berpegang pada syariat-Nya, berupa perintah untuk dilaksanakan dan meninggalkan perkara yang dilarang, maka ini disebut ibadah.

Tujuan penciptaan inilah yang mendorong seorang muslim untuk senantiasa beramal saleh. Namun, sebelum beramal harus mengetahui dahulu hukum dari perbuatan tersebut. Jika ternyata perbuatan tersebut dilarang, maka serta merta ia akan meninggalkan, dan sebaliknya jika perbuatan tersebut diwajibkan maka ia berupaya sekuat tenaga untuk menunaikan.

Setiap muslim diberikan pilihan untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan, dengan bekal yang telah Allah berikan, yaitu akal. Fungsi akal adalah membedakan mana yang salah dan mana yang benar, setelah sebelumnya akalnya memahami kaidah salah dan benar dari wahyu Allah. Dan tentunya dari setiap pilihan memiliki konsekuensi. Ketika sesuai syariat mendatangkan pahala, jika menyelisihi syariat akan mengantarkan kepada dosa. Konsekuensi ini menjadi motivasi seorang muslim dalam menentukan pilihan. Termasuk surga dan neraka sebagai tujuan terakhir kehidupannya kelak, merupakan hasil dari pilihan manusia selama beramal di dunia, tanpa ada paksaan. 

Allah swt berfirman,”Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (TQS Al Ashr).

Ketika manusia salah dalam menentukan pilihan, maka ia sesungguhnya berada dalam kerugian. Sebab, hidup di dunia ini ada batas waktunya dan tidak ada yang mengetahui kapan batas akhir tersebut datang. Untuk itulah, jika kita menghabiskan waktu di dunia ini dengan sia-sia atau tidak bermanfaat, maka dikatakan orang yang merugi.

Karena, setiap amal perbuatan akan dicatat dan dihitung serta akan dimintai pertanggungjawaban kelak di yaumil hisab. Dan Allah pun telah mengabarkan kepada kita di dalam Al-Qur’an betapa pedihnya siksa dan azab neraka bagi siapa saja yang menghabiskan waktu hidupnya dengan sesuatu yang tidak bermanfaat. Sabda Nabi saw, ”Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara-perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR Tirmidzi).

Hal ini menunjukkan bahwa jika kita mengaku sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah, Rasul dan hari akhir, maka akan meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat atau tidak menghantarkan pada pahala. Untuk itulah, setiap muslim harusnya menggunakan akal yang telah Allah berikan untuk memahami hukum perbuatan manusia, kemudian menjaga diri agar melakukan perbuatan hanya yang Allah ridai.

Saat ini kita melihat, kebanyakan umat Islam tidak memahami tujuan hidupnya. Sehingga hanya menghabiskan hidupnya dengan berbagai kesenangan demi memperturutkan hawa nafsu. Mereka berbuat sebebas-bebasnya, sampai-sampai melakukan perkara di luar akal, melewati batas fitrahnya sebagai manusia. Seperti melakukan perilaku yang pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Luth. Mereka tanpa malu bahkan menunjukkan rasa bangga menjadi bagian dari kaum yang dilaknat oleh Allah tersebut.

Pemikiran sekularisme yang merusak telah berhasil merubah cara pandang umat Islam tentang kehidupan. Karena sistem batil ini, umat Islam terpengaruh dan menganggap hidup hanya untuk bersenang-senang, bebas melakukan apa saja. Kebebasan ini membuat mereka terbuai dalam hawa nafsu hingga terlupakan akan adanya hari penghisaban, di mana di hari itu manusia akan dipenuhi penyesalan akan perbuatannya di dunia.

Kaum muslim memang hidup dalam sistem yang rusak. Sistem kehidupan di mana Allah tidak rida. Ini menjadi tantangan bagi setiap muslim untuk tetap berjalan dalam koridor syariat agar selamat. Maka setiap muslim membutuhkan ilmu untuk bisa tetap istikamah dan berlomba-lomba beramal saleh. Begitu banyak ilmu Allah yang wajib dikaji, dipahami, diamalkan dan didakwahkan. 

Sudah seharusnya seorang muslim menghiasi hari-harinya dengan menjadi pembelajar sejati kemudian menyebarkan ilmunya agar menjadi pemahaman umat. Menyibukkan diri dengan perkara penting dan wajib ini akan membuat seorang muslim terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Bahkan ia tidak akan melakukan perbuatan yang tidak berkorelasi pada keimanan dan menghantarkan pahala.

Hal inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Mereka hanya melakukan perkara yang wajib dan sunnah. Maka wajarlah apabila Allah memberikan jaminan surga kepada mereka. Kehidupan dunia tak membuat mereka terlena. Walaupun jasadnya di dunia, tetapi arah pandang mata mereka senantiasa tertuju pada akhirat. Bahkan mereka begitu rindu untuk segera bertemu dengan Rabb-Nya. Ketika panggilan jihad berkumandang, mereka berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin pasukan jihad tersebut.

Merekalah potret muslim sejati yang patut menjadi teladan bagi kita. Karena setiap muslim pastinya mendambakan surga sebagai tempat kembalinya kelak. Dan senantiasa bermunajat, meminta agar tak pernah tersentuh siksa neraka sedikitpun. Tetapi untuk meraihnya tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan, perjuangan, dan upaya luar bisa agar Allah melayakkan kita menjadi golongan penghuni surga-Nya. 

Oleh karena itu, jadilah muslim sejati yang menyatakan keimanan dan ketakwaannya bukan hanya di lisan, melainkan dengan pembuktian nyata. Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, kemudian mengambil bagian, berkontribusi dalam perjuangan dakwah, untuk menerapkan aturan Islam kafah dalam kehidupan, demi mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam. Wallahua’lam.


_____


Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya


Follow kami di


Facebook : https://www.facebook.com/Muslimah-Jakarta-Reborn-111815451296281/

Website : www.muslimahjakarta.com

Posting Komentar

0 Komentar