Moderasi Islam dalam Balutan Gebyar Sepak Bola Dunia

 


Oleh Ruruh Hapsari


#wacana

Piala Dunia


Jelang piala dunia 2022 di Qatar, media Perancis membuat hal yang kontroversial. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Perancis selalu membuat kaum muslimin meradang. Media Perancis, Le Canard Enchane menerbitkan surat kabar yang di dalamnya terdapat kartun berbau Islamphobia tentang Piala Dunia 2022 di Qatar. 


Kartun yang terbit edisi Oktober 2022 itu menggambarkan tujuh pria berjanggut dengan tulisan Qatar dan nomor dada di baju mereka. Para pemain nampak mengejar bola di pasir dengan membawa senjata api, celurit, peluncur roket, bahkan ada yang digambarkan sedang memakai ikat pinggang yang berisi bahan peledak. Tentunya hal ini menuai kritikan. Ramai-ramai para pengguna twitter mencela perbuatan tersebut.


Pada faktanya tidak sedikit penolakan ataupun kekhawatirkan terhadap perhelatan akbar sepak bola dunia yang diadakan di tanah Arab tersebut. Oleh karenanya presiden FIFA merasa perlu untuk membuat penegasan bahwa perhelatan akbar akan aman untuk semua kalangan. 


Gianni Infantino, presiden Federation Internationale de Football Association (FIFA) menjawab segala kritikan dari negara-negara barat melalui pidato yang berdurasi satu jam. “Mereka (Qatar) telah mengkonfirmasi bahwa semua orang akan diterima” ujarnya dikutip dari ESPN. “Jika ada orang di sini atau di tempat lain yang mengatakan sebaliknya, itu bukan pendapat negara dan tentu saja bukan pendapat FIFA” lanjutnya.  


Gianni juga menegaskan bahwa Qatar telah berkomitmen untuk menerima kedatangan semua orang tanpa memandang agama, ras maupun orientasi seksual. Hal inilah yang selalu menjadi sumber kritik dari negara-negara Barat. Walaupun di dalam negeri Qatar sendiri akan dikenakan hukuman selama tiga tahun dan denda apabila mereka mempunyai orientasi seksual di luar syariat.

 

Pernyataan Gianni diperkuat pada pembukaan perhelatan Piala Dunia yang mendatangkan aktor kawakan 85 tahun asal Amerika, Morgan Freeman dan Ghanim Al Muftah, penyandang disabilitas sekaligus filantropis kesohor Qatar. 


Dilansir dari serambinews.com bahwa Freeman bertanya tentang cara mempersatukan banyak negara dengan aneka Bahasa dan budaya. Dijawab oleh Ghanim dengan surat Al Hujurat, 13, ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal,”.


Sebagai seorang yang asing dengan ajaran Islam, Freeman mengajukan pertanyaan kembali masih tentang tema persatuan, “Saya melihatnya apa yang mempersatukan kita di sini, saat ini jauh lebih besar dari apa yang memisahkan kita. Bagaimana kita bisa membuatnya bertahan lebih dari hari ini?”, “Dengan toleransi dan rasa hormat, kita bisa hidup bersama di bawah satu rumah besar” jawab Ghanim. Dialog tersebut dianggap mewakilkan peran sepak bola sebagai alat pemersatu dari keberagaman yang tercipta di seluruh dunia (21/11/2022).


Moderasi Berbingkai Toleransi


Wajah Islam toleran terhadap segala keberagaman sengaja ditampilkan dalam perhelatan akbar tersebut. Islam yang menerima L96T, Islam yang menerima minuman beralkohol, dan seterusnya. Namun apakah penerimaan keberagaman dan toleransi diterjemahkan terhadap segala hal termasuk yang diharamkan?


Sejak dahulu Islam tidak pernah bermasalah dengan pluralitas dan toleransi. Rasulullah saw mendirikan entitas negara di Madinah dengan masyarakat yang beragam baik etnis, suku, budaya hingga agama. Namun keberagaman mereka bukan berarti bebas melakukan apa yang diinginkan. Sebaliknya, segala perbuatan manusia tetap terikat kepada hukum syarak yang menjadi dasar negara termasuk bagi mereka yang kafir.  


Dalam hal ini, negara tidak boleh memaksa yang beragama selain Islam untuk menghamba pada Allah Swt. Mereka diberikan kebebasan untuk menjalankan agama dan kepercayaan mereka. Ini lah wujud toleransi, dengan catatan, mereka tidak boleh memaksa dan mendakwahkan agamanya kepada kaum muslimin. 


Sementara toleransi yang selalu disuarakan di dunia Islam hari ini sesungguhnya merupakan bagian penting dari moderasi. Hal ini tercantum dalam sebuah artikel dari kementerian agama, di mana moderasi ini harus terus diupayakan agar dapat mengakar di kalangan kaum muslimin di seluruh dunia.

 

Seperti pertengahan November 2022 lalu telah berlangsung Abu Dhabi Forum for Peace yang ke 9 dengan mengangkat tema “Globalized Conflict and Universal Peace: Urgent Needs for Partnership”. Hadir pula dalam acara ini, 20 lembaga dari berbagai negara yang berpengalaman dalam menginisiasi perdamaian dan toleransi dan MUI lah yang menjadi perwakilan dari Indonesia. 


Dalam forum tersebut, Wapres sebagai pembicara kunci juga mengajak kepada masyarakat dunia untuk menerapkan moderasi beragama di lingkungan strategis global. KH Ma’ruf Amin menyatakan bahwa moderasi dan toleransi beragama perlu diterapkan untuk dapat menjaga perdamaian dunia. 


Memang, saat Gedung WTC diledakkan tahun 2001 lalu, Islam menjadi bulan-bulanan, tuduhan miring terus dilancarkan. Sesungguhnya hal tersebut merupakan usaha Barat dalam menanamkan isu moderasi Islam dan menggaungkan agenda war on terorisme. Sehingga segala usaha yang mengarah pada kebangkitan Islam dan persatuan kaum muslimin di seluruh dunia terus digembosi. Sebaliknya, segala usaha untuk membinasakan Islam kafah akan terus diberi panggung dan kalau perlu didanai. 


Terkait dengan hal tersebut, diketahui bahwa FIFA mencetak rekor pendapatan terbesar senilai 7,5 miliar US dolar atau setara dengan Rp 117 triliun pada kesepakatan komersial yang terkait piala dunia di Qatar ini. Pendapatan ini lebih besar 1 juta US dolar dibandingkan dengan saat piala dunia di Rusia pada 2018 lalu. 


Moderasi Proyek Barat


Dalam buku yang dikeluarkan oleh RAND corporation karya Angle Rabasa dan Cheryl Benard yang berjudul Building Moderate Muslim Network menjelaskan tentang karakteristik muslim moderat. Yaitu orang yang menyebarkan dimensi-dimensi kunci peradaban demokrasi, seperti HAM, pluralisme, kesetaraan gender dan menerima sumber hukum non sektarian. Serta melawan terorisme dalam bentuk legitimasi kekerasan. 


Selain itu dalam sebuah jurnal tulisan Tazul Islam dan Amina Khatun menyatakan bahwa Islam moderat adalah Islam yang menerima sistem demokrasi. Moderasi Islam dalam pengertian ini bermakna membangun Islam yang menerima demokrasi dan kesetaraan gender. 


Oleh karenanya, moderasi Islam merupakan bagian dari perang melawan Islam itu sendiri yang justru mengokohkan sistem kapitalis-sekuler. Dengan tujuan agar kaum muslimin menerima demokrasi, sekulerisme-liberalisme, HAM dan pemikiran Barat lainnya yang tentu saja tidak sesuai dengan syariat. Barat berkeinginan agar pemikiran sesat ini diterima oleh kaum muslimin secara umum di seluruh dunia. 


Maka, moderasi Islam dengan segala bentuknya harus dilawan. Sebab pemikiran tersebut berupaya untuk menghancurkan kemurnian Islam dan eksistensinya. Walaupun gebyar piala dunia di Qatar menyedot antusiasme kaum muslimin, namun itu semua tidak lepas dari hingar bingar ala Barat yang hedon dan kapitalistik. Kaum muslimin akan benar-benar bisa berjaya dalam segala bidang, tanpa harus bergantung pada negeri kafir Barat ketika Islam ditegakkan dalam institusi negara. Menjadi negara yang independen, bersih dari ide-ide kufur yang lahir dari sistem sekularisme-kapitalisme yang merusak. Allahu Akbar.

Wallahualam

_______________


Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya


Follow kami di

Facebook : https://www.facebook.com/Muslimah-Jakarta-Reborn-111815451296281/

Website : www.muslimahjakarta.com

Instagram : instagram.com/muslimahjakartaofficial

Posting Komentar

0 Komentar