Penjelmaan Malin Kundang Bertebaran Bukti Sekularisme Gagal Melahirkan Generasi Unggulan



"Air susu dibalas air tiba". Sebuah peribahasa yang menggambarkan sebuah kebaikan seseorang yang dibalas dengan kejahatan. Sungguh miris dengan kehidupan anak-anak milineal hari ini tak lagi mengenal adab dan birulwalidain sebagai sebuah wasilah ke surga. Seperti sebuah mimpi tetapi itulah kenyataan yang ada di sistem sekuler saat ini, bertebaran anak-anak durhaka tanpa takut neraka. 


Ini yang terjadi pada DDS alias Dhio (22) di Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah (Jateng) yang diduga tega membunuh ayah, ibu juga kakaknya sendiri dengan menaruh racun di minuman mereka hanya karena alasan sakit hati menjadi tulang punggung ayahnya yang sudah sakit dan berpenghasilan pas-pas karena dipergunakan untuk berobat. (Tribunnews.com, 28/11/2022).


Bahkan baru-baru ini beredar di tiktok tentang kekecewaan seorang ibu terhadap anaknya yang telah melaporkan dirinya  ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Palembang. Hanya karena tak terima dirinya dimarahi karena pacaran yang kebablasan dengan chat yang cara chat yang vulgar apalagi anak tersebut masih duduk di bangku SMP. (tvOnenews.com,1 /12/2022 ). 


Sebuah potret kehidupan di akhir zaman merajalela anak-anak durhaka akibat pemahaman agama yang kian menipis. Bukan hanya itu peran sistem sekularisme telah melahirkan manusia-manusia yang mengukur segala sesuatu dari untung dan rugi, asas manfaat menjadi pijakan dalam berperilaku. 


Orang tua yang telah melahirkan putra-putri ke dunia nyatanya hari ini di masa tua banyak yang disia-siakan, dianggap beban kehidupan. Masa tua dan kondisi sakit yang seharusnya dirawat dengan sepenuh hati tetapi tidak bagi anak-anak yang nihil iman dan takwa. Gempuran sistem kapitalisme telah banyak menyisakan kesengsaraan bagi para orang tua. Benar dan salah seolah bias, timbangan agama tak lagi dihiraukan karena memandang aturannya memenjarakan. Tak heran aturan agama hanya dipergunakan untuk hal sifatnya sakral seperti menikah, kematian, pemakaman, urusan sholat, haji. Selebihnya tak boleh ada aturan agama yang mengatur. Mirisnya hari ini bakti kepada orang tua dianggap sesuatu hal yang tidak perlu. Saat orang tua atau siapa pun menegur seseorang berbuat kemaksiatan bukan insyaf yang ada berujung hilang nyawa atau jeruji penjara. 



Rapuhnya pendidikan agama akibat pola didik yang sedari awal tidak kokoh ditambah masyarakat yang bersikap masa bodoh terhadap lingkungan dan negara yang abai dalam mengedukasi rakyat terutama dalam menerapkan kurikulum pendidikan saat ini. Lahirlah generasi-generasi pintar secara IQ tetapi miskin dari nilai-nilai luhur ketakwaan hingga moral dan akhlak pun luntur. Ditambah masifnya paham moderasi menambah deret panjang kerusakan pola pikir remaja saat ini. Akibatnya semakin bertebaran penjelmaan Malin Kundang di akhir zaman, durhaka pada orang tua kian merajalela. Jika sudah seperti ini apakah harus terus diam dan membiarkan merajalela? Laksana virus kerusakan moral dan akhlak akibat sistem sekularisme dan masifnya paham moderasi di kalangan remaja khususnya harus segera ditangani dan dihentikan peredarannya. Lantas dokter apa yang mampu mengobati kerusakan moral dan akhlak ini agar tak ada lagi Malin Kundang di akhir zaman? Solusinya tiada lagi adalah aturan Islam, bukan yang lain. 



Islam Solusi Dalam Mencetak Generasi Berakhlak Mulia


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra: 23).


Dalil ini menjadi pijakan bagaimana Islam memperlakukan kedua orang tua. Dalil ini pula menjadi tolok ukur untuk senantiasa menjaga kedua orang tua dalam kondisi apa pun karena wasilah keduanya kita lahir ke dunia. Jadi sangat berdosa besar jika kemudian durhaka apalagi menganggap beban anak-anaknya.


Namun kondisi ini sangat langka di dalam sistem Islam perlakuan buruk terhadap orang tua. Justru di dalam sistem Islam akan banyak menemukan anak-anak yang begitu memuliakan keduanya. Tak heran jika lahir di sistem ini generasi unggulan yang luar biasa. Bahkan sekalipun orang tuanya kafir mereka tetap hormat pada kedua orang tuanya. 


Sebut saja Saad bin Abi Waqqash yang tetap hormat pada ibunya yang mogok makan akibat anaknya memeluk Islam. Begitupun dengan Mushab bin Umair yang tetap santun kepada ibunya yang mogok makan dan kemudian mengusir Mushab setelah kukuh dalam Islamnya. 


Bahkan kita juga menemukan kisah terkenal dalam sejarah tentang Uwais Al Qorni yang menggendong ibunya dari Yaman menuju kota Mekah untuk melakukan haji. Bukan hanya itu Uwais mendapatkan pelukan dari Rasulullah saw. karena keindahan akhlaknya kepada ibunya yang sudah tua renta. Kesalehannya menghantarkan tubuhnya saat kematian tiba jihad Fiisabilillah dimandikan para malaikat. 


Inilah sebuah bukti bahwa keindahan sistem Islam yang telah menjadikan para generasi yang berakhlak mulia dan kelak mendapatkan surga. Sistem Islam kafah menjadikan akidah dan ketakwaan asas dalam bertingkah laku dari keluarga, masyarakat hingga negara. Luar biasanya sistem Islam jika  kita  membaca pada lembaran sejarah menemukan para pemimpin yang hormat pada orang tuanya, memuliakan hingga memberi jaminan kebutuhan pada para lansia. 


Hal ini terjadi saat khalifah Umar bin Khattab yang memberikan upah bagi orang tua yang berhenti bekerja. Bukan hanya itu bagi bayi-bayi yang dicampakkan orang tua akan mendapatkan santunan 100 dirham setiap tahunnya. 


Walhasil dari sini sistem Islam saja solusi agar Malin Kundang ini bisa dihentikan. Karena dengan berhentinya Malin Kundang di zaman ini, maka pintu surga buat anak-anak yang memuliakan orang tuanya pintu surga akan terbuka. 


Semoga kita menjadi anak-anak yang senantiasa memuliakan kedua orang tua hingga ajal menjemput kita. Aamiin. Dari Abdullah ibn ‘Amr, Rasulullah bersabda: “Ridha Allah itu tergantung pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Allah itu juga tergantung pada kemurkaan keduanya.” (HR At Turmudzi dan Al Baihaqi).


Wallahualam bissawab. 



Oleh Heni Ummu faiz


Posting Komentar

0 Komentar