Ustadzah Estyningtyas: "Lindungi Generasi dari Kriminal dan Krisis Moral Akibat Penerapan Sistem Liberal"

 


Reporter N. Suci M.H


#Reportase - Peran pemuda sangat luar biasa sejak sebelum kemerdekaan sampai Indonesia merdeka. Mereka para pemuda mendominasi perjuangan dengan semangat juang yang tinggi dan potensi pemikiran yang hebat. Tapi saat ini, generasi muda harapan masa depan, telah berbelok arah. Hal ini disampaikan dr. Estyningtyas P. dalam gelaran Sarasehan Muslimah yang bertempat di Samala Hotel pada Ahad, 27 November 2022. Oleh karena itu, dalam pemaparannya dr. Estyningtyas secara spesifik mengusung tema "Melindungi Generasi dari Kriminal dan Krisis Moral Akibat Penerapan Sistem Liberal".


dr. Estyningtyas mengamati, karena latar belakang ekonomi yang kekurangan, mereka kemudian berlomba-lomba ingin menunjukkan eksistensi diri sebagai orang yang sukses. Mereka tidak mau hidup sederhana. Mereka  ingin terlihat happy dengan terpenuhinya semua kebutuhan materi. Bak gayung bersambut, kondisi ini didukung dengan adanya kemudahan fasilitas pinjaman online dan pay later. Bahkan tak segan mereka terlibat dalam pergaulan bebas menjadi pasangan sugar Daddy. 


Obsesi untuk mendapatkan apa yang diinginkan, membuat mereka terus bekerja. Kemudian waktu libur digunakan untuk istirahat atau healing dengan alasan menghilangkan stres setelah lelah bekerja. Sebagian mereka bahkan memilih untuk jomblo. Atau sekalipun menikah, mereka tidak mau punya anak karena dianggap beban. Hari-hari mereka habis untuk mengejar materi hingga lupa untuk ngaji padahal mereka sangat berpotensi.


“Pertanyaan nya sekarang adalah sebenarnya siapa yang salah? Benarkah ada upaya perusakan generasi muda? Lantas di mana peran kita?”, Tanya dr. Estyningtyas kepada para peserta sarasehan. Menurut dr. Estyningtyas, kerusakan para pemuda hari ini ada pada pemikiran mereka. Karena bobot atau nilai seseorang itu dapat dilihat dari isi pikirannya.


Memperjelas pemaparannya, dr. Estyningtyas yang juga seorang aktivis dakwah menegaskan pentingnya peran keluarga yang berkualitas. Yaitu dengan hadirnya orangtua sebagai pendamping anak yang tidak segan mengajak diskusi supaya terbentuk pola pikir yang kuat pada anak. Lingkungan sekolah pun sangat besar pengaruhnya terhadap pola pikir anak. Adanya kurikulum pendidikan yang membebaskan anak-anak dalam belajar hari ini dinilai kurang tepat. Karena dalam Islam, pemberian pendidikan tsaqofah Islam itu sangat diatur. Gurunya harus langsung memahamkan ilmu kepada muridnya dengan duduk berhadapan. Inilah yang disebut dengan metode talaqi. 


Selain metode pendidikan, dr. Estyningtyas juga menyampaikan ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pola pikir anak. Yaitu lingkungan sekitar, mulai dari teman pergaulan, tontonan, gadget dan fasilitas kenyamanan lainnya. Kemudian lingkungan kerja yang hari ini terasa sekali aroma persaingannya, penuh dengan ambisi mengejar materi. Semua sibuk hanya untuk mengejar cuan, jabatan dan gengsi. Kondisi ini tentu akan ikut mewarnai pola pikir seseorang untuk ikut-ikutan mengejar materi. Yang terakhir adalah sistem hukum negara yang ada saat ini tidak membuat efek jera kepada pelaku kerusakan atau kemaksiatan. “Lalu bagaimana ini bisa mampu membuat zero kriminal”? tanyanya. 


dr. Estyningtyas melihat bahwa arus liberalisme begitu deras dan gencar masuk ke dalam negeri ini melalui beberapa program yang menarik, sehingga disadari atau tidak diterima oleh generasi muda. Paham liberalisme inilah yang membuat generasi muda terlepas dari syariat. Meniadakan gambaran kehidupan akhirat. Bahkan agama dijadikan bahan olok-olok. Liberalisme sendiri berasal dari kata liberal yaitu kebebasan. Sedangkan isme adalah paham. Artinya memang sebuah paham kebebasan. Mereka menganggap, menikmati hidup itu ketika bisa bebas melakukan apapun. 


 Dengan mengutip firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, dr. Estynintyas menegaskan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan orang- orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka. Juga mengutip sebuah hadis "Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir," (HR Muslim no. 2392), tambahnya. 


 Dengan firman dan hadis di atas, dr. Estyningtyas mengajak delapan puluh enam tokoh masyarakat yang hadir untuk sama-sama mengkaji lebih dalam tentang syariat Islam kemudian mengamalkannya dengan patuh mengikuti aturan-Nya. “Kenikmatan tertinggi kita ada di akhirat. Dan ini tidak ada pada pemikiran generasi muda saat ini.  Dalam Islam standar menentukan sesuatu apapun adalah sesuai syariat. Jangan sampai salah standar apalagi menyalahi standar,” pesannya.


 Menutup uraiannya, dr. Estyningtyas P. membeberkan solusi persoalan generasi muda saat ini adalah dengan belajar dari keberhasilan dakwah Rasulullah saw. pada para pemuda di Mekah kala itu. Pertama, Rasulullah saw. melakukan pembinaan individu-individu pemuda dengan menyentuh pemikirannya. Yaitu dengan memberikan sudut pandang Islam dalam menjalani kehidupan. Kedua, menyentuh perasaannya dengan menggambarkan keindahan surga dan dahsyatnya siksa neraka. Ketiga, membentuk bi'ah atau kebiasaan yang baik dengan menegakkan kontrol sosial berdasarkan syariat Islam dan menerapkan aturan yang tegas dalam institusi Daulah Islamiyah. 

_______________


Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya


Follow kami di


Facebook : https://www.facebook.com/Muslimah-Jakarta-Reborn-111815451296281/

Website : www.muslimahjakarta.com

Posting Komentar

0 Komentar