Berdiri di Atas Investasi, Kapan Berdikari?

 



Oleh: Siti Rima Sarinah


#wacwna - Lagi-lagi Presiden Jokowi mendatangani 11 letter of inten (LOI) atau minat investasi di beberapa sektor  proyek Ibukota Negara Baru (IKN), saat melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Malaysia, YM Dato’ Seri Anwar Ibrahim dan Dr. Hajjah Wan Azizah Wan Ismail di Istana Bogor. Adapun investasi yang nantinya bakal digarap antara lain sektor elektronik, kesehatan, pengelolaan limbah, kontruksi dan properti. (sindonews.com, 09/01/2023).


Negeri Jiran Malaysia adalah negara ke sekian yang berminat menanamkan investasinya ke Indonesia. Banyak negara yang sangat tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Dilansir bisnis.com, 21/07/2022, ada lima negara yang sebelumnya telah berinvenstasi dengan nilai yang besar, yaitu Singapura, China, Hongkong, Jepang dan Amerika Serikat. Mereka ingin menanamkan modalnya karena posisi Indonesia sangat strategis di Asia Tenggara.


Berbondong-bondongnya negara asing berinvestasi di Indonesia, dikarenakan negeri ini dikenal memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. Sehingga mereka berlomba untuk mendapatkan keuntungan besar dari penanaman investasi di negeri ini. Penanaman modal asing atau investasi diopinikan membawa banyak manfaat yang akan diperoleh Indonesia. Salah satunya untuk membantu mendanai berbagai sektor yang kekurangan dana, membuka lapangan kerja baru sehingga angka pengangguran dapat berkurang, dan transfer teknologi baru yang akan membawa Indonesia akan berkembang dari segi teknologi. Benarkah demikian?


Investasi selalu didengung-dengungkan membawa sejuta manfaat bagi Indonesia dan rakyatnya. Namun fakta berbicara lain karena yang terjadi justru sebaliknya. Ketika negara asing diberi kewenangan menguasai dan mengelola sektor-sektor strategis di balik dalih investasi, maka disinilah penderitaan rakyat  bermula. Sebagai contoh ketika sektor kesehatan dikelola oleh asing, maka secara otomatis biaya kesehatan menjadi tak terjangkau oleh rakyat. Contoh lainnya, hampir seluruh infrastruktur yang dibangun di Indonesia dananya berasal dari investasi. Walhasil, tarif jalan tol semakin hari semakin mahal hingga yang bisa mengakses jalan tol tersebut hanyalah segelintir orang saja. 


Jika dikatakan dengan masuknya investasi asing akan membuka peluang lapangan kerja, itu hanyalah lip service belaka. Kita melihat fakta hari ini, serbuan tenaga kerja asing  (TKA) masuk ke Indonesia dan mengisi sektor-sektor strategis. Rakyat Indonesia tidak mampu bersaing dengan TKA tersebut. Belum lagi gaji yang diperoleh oleh TKA lebih tinggi dibanding gaji warga Indonesia yang bekerja di negerinya sendiri. Melihat realita ini, akhirnya banyak  yang rela menjadi pekerja imigran untuk mendapatkan gaji yang layak walaupun harus mengorbankan nyawa sebagai konsekuensi bekerja di negeri orang tanpa mendapatkan jaminan keamanan dari negara. Ironis memang.


Dengan fakta-fakta tersebut, lalu apa manfaat bagi Indonesia dan rakyat dengan adanya investasi asing? Justru negeri ini dikuasai dan dirampok harta kekayaannya secara masif oleh negara-negara asing atas nama investasi. Sudah jelas terbukti, adanya investasi  hanya menguntungkan pihak asing dan Indonesia menjadi pihak yang sangat dirugikan, terutama rakyat. 


Meskipun menjadi pihak yang dirugikan, anehnya Indonesia tetap saja membuka peluang investasi sebesar-besarnya. Hal ini terjadi dikarenakan Indonesia adalah negara yang terikat dengan perjanjian internasional yang mengakibatkan Indonesia tidak memiliki bargaining posision di hadapan negara-negara asing. Bahkan, penguasa negeri ini menggelar karpet merah bagi negara asing untuk berinvestasi dan berkolaborasi untuk melanggengkan kekuasaannya.


Inilah potret sistem politik yang bernaung dalam sistem kapitalis liberal, yang diusung oleh negara-negara asing untuk menguasai negeri-negeri muslim dan menjarah kekayaan alamnya. Keberadaan sistem politik ini telah sukses menjadikan negeri muslim seperi halnya Indonesia kehilangan kedaulatannya, bak macan ompong yang tak memiliki kekuatan sama sekali.


Seharusnya Indonesia dengan potensi kekayaan alamnya yang melimpah ruah, mampu menjadi negara tangguh dan mandiri. Justru dengan Indonesia senantiasa berpijak di atas investasi, maka Indonesia tidak akan mampu menjadi negara berdikari. Apabila potensi besar ini dikelola dengan sistem yang benar maka Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya bisa melepaskan diri dari segala bentuk perjanjian dunia yang tidak memberi manfaat sedikitpun selain utang yang semakin membengkak, rakyat yang miskin dan dampak ekonomi lainnya.


Di bawah sistem kapitalis liberal, Indonesia akan terus dikepung dengan penjajahan. Kehilangan jati diri sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia. Dengan beragam potensi yang dimiliki, seharusnya Indonesia mampu melakukan perubahan mendasar dengan penerapan Islam kafah dalam seluruh aspek kehidupan dan melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan sistem batil kapitalis sekuler.


Hanya dengan penerapan Islam kafah, Indonesia bisa merdeka dari penjajahan kapitalis liberal yang berlindung di balik investasi dan turunannya. Dengan pelaksanaan syariat Islam, Indonesia bisa menjadi negara tangguh dan mandiri yang memiliki bargaining posision di kancah dunia internasional. Dan mampu menjadi negara super power yang membuat gentar dan takut negara-negara asing, sebagaimana di masa kejayaan Islam yang sangat gemilang dalam rentang 1300 tahun lamanya.


Tidak sepantasnya Indonesia sebagai negeri muslim kalah dan dijajah oleh negara asing. Sebab kaum muslim tidak boleh kalah dengan orang-orang kafir. Maka hanya dengan satu cara untuk mengembalikan kewibawaan negeri muslim, yaitu merubah sistem kapitalis dengan sistem Islam secara revolusioner dan menghadirkan khilafah sebagai institusi penegak syariat Allah di muka bumi ini. Wallahua’lam. 

_______________


Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya


Follow kami di


Facebook : https://www.facebook.com/Muslimah-Jakarta-Reborn-111815451296281/

Website : www.muslimahjakarta.com

Instagram : instagram.com/muslimahjakartaofficial

Posting Komentar

0 Komentar