Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Viralnya pasangan dansa siswa-siswi SMPN 1 Ciawi di Bogor, terus menjadi perbincangan. Pujian terus membanjiri mereka berdua, yang notabene sebagai atlet olahraga dancesport (detiknews.com, 16/1/2023). Pujian datang dari berbagai kalangan mulai dari para netizen, selebriti tanah air, hingga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Namun, tak sedikit juga yang mengkritik fenomena tersebut. Yang memamerkan budaya barat di tengah dunia pendidikan Indonesia.
Pihak sekolah buka suara tentang fakta yang tengah ramai diperbincangkan. Kepala sekolah menegaskan bahwa keduanya adalah atlet olahraga dancesport yang patut dihargai dan diapresiasi (detiknews.com, 16/1/2023). Pihak sekolah pun menegaskan bahwa tak ada ekstra kurikuler dansa di sekolah tersebut. Namun, siswa dan siswi ini secara mandiri mengikuti perlombaan olahraga dancesport. Dan kebetulan keduanya adalah pemenang medali emas PORPROV (Pekan Olah Raga Provinsi) Jawa Barat. Tentu saja, hal ini merupakan prestasi dan kebanggaan juga untuk sekolah tempat mereka menimba ilmu. Demikian lanjutnya.
Senada dengan pernyataan pihak sekolah, Menteri Pendidikan Kebudayaan, Nadiem Makarim pun mengapresiasi fenomena tersebut. Nadiem Makarim mengaku bangga sekali atas aksi dansa siswa-siswi SMPN. 1 Ciawi Bogor. Komentarnya ini dibagikan di akun instagramnya 18 Januari 2023 lalu. Nadiem pun berpesan agar keduanya terus semangat berkarya, berprestasi dan mengejar mimpi.
Selain Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, selebritis tanah air pun terkesima dengan pertunjukan dance keduanya. Hingga membagikannya di instastories akun instagramnya 18 Januari 2023 lalu (liputan6.com, 18/1/2023).
Namun, apakah segala prestasi ini adalah prestasi hakiki?
Generasi Tertipu oleh Paham Destruktif
Fenomena dansa sepasang siswa SMPN 1 Ciawi mengundang pro dan kontra di tengah publik. Wajar saja, saat ini ada 2 kubu pemikiran yang benar-benar bersebrangan. Pola pikir pertama, masih menjunjung nilai dan norma agama di tengah kehidupan bermasyarakat. Sementara pola pikir kedua, menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan yang diusung para penganut paham barat. Dan mereka beraggapan bahwa pemahaman Barat sebagai suatu modernitas yang patut dibanggakan. Karena lebih terbuka dan permisif terhadap berbagai kreativitas generasi. Akhirnya berujung pada kasus bebas tanpa batas. Bahkan tak ada standar jelas antara benar atau salah. Suara terbanyak dan apresiasi pihak-pihak tersohor, dianggap sebagai ide dan standar benarnya suatu perbuatan.
Pola pikir kedua ternyata menimbulkan standar bias dalam menetapkan suatu masalah dan solusi terhadap suatu kasus. Ya, paham kebebasan inilah yang dinamakan paham liberalisme. Yang terus dihembuskan Barat dalam berbagai budayanya yang katanya mendunia dan terbuka terhadap segala tradisi. Dan inilah biang keladi timbulnya masalah.
Paham ini pun semakin diperparah kerusakannya dengan adanya paham sekulerisme, paham yang menjauhkan aturan agama dalam pengaturan kehidupan. Tak peduli standar benar-salah atau baik-buruk. Yang penting banyak mendapatkan komentar yang baik dan banjir dukungan, telah cukup menjadi standar kebenaran suatu perbuatan.
Ironisnya, pola pikir kedua inilah yang banyak diikuti oleh generasi saat ini. Dengan segala kebebasan yang ditawarkan, membuat generasi ini bebas tanpa batas.
Tak Sesuai Arah Pendidikan Nasional
Jika kita menilik tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003, salah satu diantaranya bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keimanan dan ketakwaan dapat tercermin dari setiap pola pikir dan tingkah laku kehidupan sehari-hari, yang seharusnya disesuaikan dengan aturan agama (baca: syariat Islam). Namun, fakta yang terjadi justru sebaliknya. Fakta tentang tarian, dance atau sejenisnya merupakan budaya Barat dan berlawanan dengan nilai syariat Islam. Nilai-nilai yang jauh dari nilai agama diberi pujian dan penghargaan sedemikian rupa. Yang akhirnya jauh dari nilai takwa. Dan tentunya segala yang kita saksikan saat ini berbanding terbalik dengan tujuan pendidikan nasional. Ironis.
Generasi latah yang mudah meniru karena ingin dibilang trendi, modern dan kekinian pun kian menjamur. Meniru segala yang viral dan diapresiasi. Alhasil, kerusakan kian menjalar dan terus mengancam pemikiran generasi.
Meluruskan Makna Prestasi
Syariat Islam sangat menjaga kehormatan dan gemilangnya generasi. Generasi yang ada dibina dan diedukasi sesuai tuntunan syariat. Hingga generasi memiliki pemikiran yang benar tentang prinsip benar salahnya perbuatan.
Prestasi dalam Islam diartikan sebagai usaha yang senantiasa mengaitkan aturan Allah SWT. dalam menghadapi setiap masalah kehidupan. Demi ridho Allah SWT. semata. Tanpa peduli atau terlalu membanggakan pada simbol prestasi yang diberikan manusia. Karena intinya suatu prestasi dalam Islam adalah amalan yang baik, ihsanul 'amal. Amalan yang dilakukan sesuai syariat Islam yang Allah SWT. tetapkan dan ikhlas diamalkan demi ridho Allah SWT. semata. Bukan demi yang lain yang bersifat duniawi saja.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya mereka menyekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-An'am : 88).
Setiap amalan yang tak berdasarkan aturan Allah SWT, atau bahkan menyalahi aturanNya, akan sia-sia di dunia dan akhirat.
Sistem Islam menjadikan generasi memyadari bahwa prestasi adalah perbuatan untuk meraih ridho Allah SWT. Dan ini dicerminkan pada sosok generasi gemilang saat sistem Islam berjaya dalam wadah Khilafah Islamiyah. Salah satunya Zaid bin Tsabit yang berprestasi di usia belia. Pemuda 13 tahun sang penulis wahyu. Zaid bin Tsabit pun mampu menguasai bahasa dalam waktu hanya 17 malam. Sehingga beliau menjadi penerjemah Rasul SAW. Zaid bin Tsabit juga mampu dengan cepat menghafal Al Quran serta ikut dalam proses kodifikasi Al Qur'an. MasyaAllah. Prestasi luar biasa yang terlahir dalam pondasi iman dan takwa.
Selayaknya kita mengembalikan setiap proses penelaahan masalah pada aturan Islam dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya standar perbuatan. Karena dari sinilah, perbuatan dapat dinilai benar salahnya. Tanpa perlu ada keraguan di dalamnya. Karena syariat Islam dalam wadah sistem Islam-lah satu-satunya harapan yang melahirkan generasi yang cemerlang.
Wallahu a'lam bisshowwab.
_______________
Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya
Follow kami di
Facebook : https://www.facebook.com/Muslimah-Jakarta-Reborn-111815451296281/
Website : www.muslimahjakarta.com
Instagram : instagram.com/muslimahjakartaofficial
0 Komentar