Sejarah Islam Khalifah Abdul Aziz Laksana Menemukan Intan Berlian Peradaban

  



Membuka lembaran sejarah Islam laksana menemukan intan berlian peradaban. Tak ada yang bisa mengungguli kegemilangannya. Keunggulan kebijakan penguasanya memberi rasa keadilan bagi rakyatnya. Sifat zuhud dan kanaah para pemimpinnya sulit ditemukan di masa sekarang. Jika pun ada, hanya sedikit jumlahnya. Di bawah naungan Islam, peradaban manusia menjadi agung dan mulia. Bukan hanya muslim yang bangga, tetapi Barat pun mengagumi. 

Hal ini dibuktikan pada masa kekhilafan Umar bin Abdul Aziz yang begitu bersinar kesuksesannya. Namanya terus dikenang dan disebut-sebut sepanjang zaman. Nama lengkapnya Umar bin 'Abdul 'Aziz (November 682 – 5 Februari 720). Beliau juga sering disebut 'Umar II, adalah khalifah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–35 tahun) sampai 720 (selama 2–3 tahun) dan sukses memimpin di masa Dinasti Umayyah. (Wikipedia).

Mengapa disebut Umar II, karena kepemimpinan beliau layaknya Umar bin Khattab. Begitu wara dan adil dalam perilaku dan akhlaknya. Ia merupakan seorang ahli balaghah dan salah seorang penyair. Umar bin Abdul Aziz adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin, Umar bin Khattab. Umar bin Abdul Aziz termasuk salah satu imam ijtihad dan salah satu tokoh khalifah.

Daerah perluasan kekuasaan Daulah Umayyah pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz meliputi daerah-daerah Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah. 

Kegemilangan berhasil di raih salah satunya berkat kebijakannya yang mampu mengembalikan hak-hak rakyat yang pernah diambil pejabat zalim sebelumnya. Bahkan beliau sangat memperhatikan bidang pertanian dengan menghapuskan pajak yang memberatkan dan membangun fasilitas umum guna kesejahteraan rakyat.

Umar bin Abdul Aziz pernah mengutus petugas pengumpul zakat, Yahya bin Said untuk memungut zakat ke Afrika. Namun setelah memungut dan hendak memberikan kepada orang-orang miskin, tak dijumpai seorang pun. Semua rakyatnya hidup berkecukupan dan akhirnya Yahya memutuskan untuk memerdekakan budak. Kondisi ini bukan hanya di Afrika, tetapi seluruh wilayah kekuasaan Islam, seperti Irak dan Basrah.

Bukan hanya itu, dalam bidang ilmu pengetahuan beliau sangat memperhatikan ilmu hadis dan hadis. Kepemimpinannya banyak memberi pengaruh positif terhadap pengembangan ilmu hadis pada masanya. Metode rihlah merupakan metode yang sangat efektif dalam menghimpun hadis dibandingkan dengan metode-metode lain.  

Saking cintanya dengan ilmu pengetahuan beliau pun melakukan pembaharuan di berbagai sektor. Salah satunya di bidang pendidikan dengan cara memberikan tunjangan kepada para guru dan mendorong pendidikan supaya lebih baik. 

Beberapa ilmuwan di masa Daulah Ummayah yang terkenal yakni Al-Farabi , yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Beliau merupakan  ahli dalam hukum Islam dan disebut-sebut orang Barat sebagai Alpharabius, Al Farabi, Farabi, atau Abu Nasir.

Kemudian ada Al-Zahrawi, tokoh cendekiawan muslim di bidang ilmu kedokteran di masa Ummayah, di Spanyol. Di Barat, ia dikenal sebagai Abulcasis, berkat karyanya yang terkenal, Al-Tasrif liman Ajiza an-at-Ta'lif dan menjadi rujukan di universitas-universitas di Eropa. Beliau juga  dikenal sebagai pelopor bedah modern dan dijuluki Bapak Ilmu Bedah Modern karena berbagai karya dan temuannya di dunia bedah.

Masih banyak ilmuwan di masa Ummayah yang memiliki prestasi luar biasa dan bertaburan ilmu pengetahuannya. Kecerdasan para ilmuwan Islam bahkan menjadi inspirasi para ilmuwan Barat. Bukan hanya pandai lagi cemerlang pemikirannya, tetapi taat dan takwanya tak bisa diragukan lagi. Keilmuan yang mereka miliki semakin menambah ketaatan kepada Allah azza wazalla. 

Hal ini menjadi bukti keberhasilan kepempimpinan masa Daulah Ummayah khususnya Di bawah Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam memberikan keadilan, pengayoman juga kesejahteraan kepada seluruh rakyatnya. Lantas jika dibandingkan dengan masa sekarang, di mana aturan Islam ditinggalkan, mampukah melahirkan para ilmuwan sebagaimana dulu? Ataukah justru sumbangsih kerusakan moral dan akhlak yang kian merajalela? 

Wallahualam bissawab.


Oleh Heni Ummu Faiz - Ibu Pemerhati Umat

Posting Komentar

0 Komentar