Sosok Muhammad bin Abdullah, Pribadi al-Amin yang Dimuliakan Umatnya

 


Oleh Karina Fitriani Fatimah 

(Alumnus of master degree of applied computer science, Albert-Ludwigs- Universität Freiburg, Germany) 

 

#SirahNabi- Beliau adalah Abu al-Qasim Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abd Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah. Dilahirkan di Mekah pada Senin, 12 Rabiul Awwal tahun gajah (20 April 571 M) dalam kondisi yatim. Al-Baihaqi menuturkan di saat kelahirannya ibunda Rasulullah, Aminah binti Wahab, bermimpi keluarnya cahaya dari tempat kelahiran Muhammad yang memancar hingga ke Syam. 


Pada saat usianya baru mencapai 6 tahun, Sang Ibunda pun dipanggil menghadap Allah di Abwa, kota antara Makkah dan Madinah. Pengasuhan Rasulullah kemudian berpindah ke tangan kakeknya, Abdul Muthallib, yang wafat 2 tahun kemudian. Setelah itu, beliau diasuh pamannya, Abu Thalib, hingga beranjak dewasa. Begitulah, Allah Swt menetapkan qada atas Muhammad bin Abdullah sedari kecil yang kemudian tumbuh menjadi pribadi yang mulia, terpercaya (al-Amin) dan luar biasa bahkan diantara kaumnya.   


Sejak terlahir ke dunia hingga menjadi dewasa dan diangkat sebagai Nabi dan RasulNya, Allah Swt senantiasa menjaga beliau. Allah Swt mensucikannya dari kotoran-kotoran jahiliyah dan dari semua aib. Allah SWT menganugerahkan semua sifat-sifat yang baik sehingga beliau dikenal di kalangan kaumnya dengan julukan al-Amin karena amanah, kejujuran dan kesuciannya. Tak ada satu pun dari kaumnya yang menolak kesaksian dan ucapan beliau. 


Ketika usia Rasulullah saw mencapai dua belas tahun ia mengadakan perjalanan ke Syam bersama pamannya. Ketika sampai di Bushra seorang pendeta bernama Bahira melihatnya. Ia mengenalnya dengan ciri-ciri yang ada pada |Muhammad. Buhaira mendatangi Muhammad, mengambil tangannya dan berkata: “Inilah tuan untuk semesta alam, inilah utusan Rabb semesta alam, inilah nabi yang akan diutus untuk semesta alam.” Buhaira ditanya: “Dari mana kamu tahu hal ini?” Ia berkata: “Sesungguhnya ketika kalian datang dari Aqabah tidak ada pepohonan dan bebatuan kecuali semuanya sujud. Dan ini tidak dilakukan kecuali kepada Nabi. Dan kami mendapatkan hal ini dari kitab suci kami.” Kemudian ia meminta Abu Thalib untuk kembali bersamanya karena khawatir terhadap kejahatan orang-orang Yahudi kepadanya.  


Dikenal sejak sebelum menjadi Nabi sebagai al-Amin, tak jarang Muhammad bin Abdullah dimintai pendapatnya oleh kaumnya. Sebagaimana saat terjadinya selisih pendapat antar kabilah Quraisy terkait peletakan Hajar Aswad pada pemugaran Ka’bah. Setiap kabilah ingin menempatkan Hajar Aswad ke tempatnya semula tanpa harus melibatkan kabilah yang lain. Hingga terjadilah perdebatan sengit di antara mereka, membentuk kubu, dan mereka pun bersiap-siap untuk berperang satu sama lain. Hingga akhirnya para kabilah berunding di Masjidil Haram. 


Saat itu Abu Umayyah bin Al-Mughirah bin Umar bin Makhzum, orang tertua di kalangan Quraisy berkata, "Hai orang-orang Quraisy, biarlah konflik kalian ini diselesaikan oleh orang yang pertama kali masuk pintu masjid haram, dia memutuskan perkara kalian." Mereka mematuhi perintah Abu Umayyah bin Al-Mughirah, dan Rasulullah saw adalah orang pertama yang masuk ke dalam masjid. Tatkala mereka melihat Rasulullah saw sudah berada di dalam masjid, mereka berkata, "ini Al-Amin, yang terpercaya. Kami senang! Ini Muhammad." Demikianlah tampak betapa dipercaya dan dicintai sosok Muhammad bin Abdullah di hadapan umatnya. 


Setelah Rasulullah saw dijelaskan perkara peletakan Hajar Aswad, beliau pun seraya berkata, "Jika demikian serahkan kain kepadaku." Selembar kain pun diserahkan kepada beliau. Rasulullah mengambil Hajar Aswad yang diperebutkan, kemudian meletakkannya ke dalam kain dengan tangannya sendiri seraya bersabda, "setiap kepala kabilah memegang ujung kain ini, lalu mengangkatnya bersama-sama." Mereka pun serta-merta mengikuti perintah Rasulullah saw dan meletakkan Hajar Aswad di tempat semula. 


Sebelum menerima wahyu dari Allah Swt dan diangkat menjadi Nabi dan RasulNya, orang-orang Quraisy menggelarinya dengan sebutan al-Amin, mencintainya, menghormatinya, dan menerima seluruh pendapatnya. Tidak ada satu pun diantara mereka yang menyelisihkan pendapat Muhammad bin Abdullah. Dialah sosok mulia yang ditinggikan derajatnya diantara umatnya, hingga kemudian cahaya Islam datang kepada beliau dan umatnya pun berbalik menghinakan beliau hanya karena ia sebagai pembawa RisalahNya.


Dialah Muhammad bin Abdullah, manusia pilihan yang Allah Swt serahkan tanggung jawab Maha Besar dalam menyebarkan syariatNya, yang bahkan langit, bumi dan gunung-gunung pun enggan memikulnya. Dialah pembawa risalah Allah Swt yang hingga akhir hayatnya berusaha sekuat tenaga menegakkan hukum-hukum Allah dan meniadakan kezaliman di muka bumi. Dialah kekasih Allah yang pada akhirnya diangkat derajatnya di depan seluruh umat manusia sekalipun dahulu kaumnya menghinakannya. Dialah Muhammad bin bin Abdullah, penebar cahaya Islam yang namanya kelak senantiasa disebutkan dalam doa-doa dan puja-puji umatnya hingga akhir zaman.


Wallahu a’lam bi ash-shawab.

_______________


Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya


Follow kami di


Facebook : https://www.facebook.com/Muslimah-Jakarta-Reborn-111815451296281/

Website : www.muslimahjakarta.com

Instagram : instagram.com/muslimahjakartaofficial

Posting Komentar

0 Komentar