Aksi Pembakaran Al-Qur’an, Hanya Khilafah yang Bisa Menghentikan



Lagi dan lagi kitab suci Al-Qur’an yang mulia dinistakan dengan di bakar. Kali ini oleh seorang aktivis Swedia sayap kanan, Rasmus Paludan. Tindakannya memantik aksi demonstrasi di seluruh dunia. Indonesia sebagai negeri muslim terbesar, ikut melakukan demonstrasi ke kedubes Swedia di Jakarta. 


Dikutip dari tempo.co, pembakaran Al-Qur’an di Swedia memantik demonstrasi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Pada Senin, 30 Januari 2023, ratusan orang menggeruduk kantor Kedutaan Besar Swedia di Jakarta, mengecam pembakaran Al-Qur’an yang dilakukan oleh aktivis sayap kanan Rasmus Paludan. Di Malaysia pun ribuan demonstran mengecam aktivis sayap kanan tersebut di kedutaan Swedia di Kuala Lumpur. Pemerintah Swedia dianggap mendiamkan aksi pembakaran Al-Qur'an. 


Kecaman juga datang dari Mufti Agung Arab Saudi Sheikh Abdulaziz bin Abdullah Al Al-Sheikh yang mengutuk keras pembakaran Al-Quran yang dilakukan politikus sayap kanan Swedia, Rasmus Paludan, pada akhir pekan lalu. Al-Sheikh menganggap aksi Paludan itu provokatif bagi umat Muslim dunia hingga memicu perselisihan dan mendukung ekstremisme. (cnnindonesia.com, 31/01/2023).


Bagi umat Islam, Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi patokan dalam kehidupan. Jika kemudian ada yang menghina, menodai apalagi menistakan, tentu saja marah. Kemarahan ini merupakan refleksi dari keimanan seorang muslim. Justru aneh jika seorang muslim tidak marah saat kitab sucinya di hinakan. 


Saat ini isu islamofobia terus diaruskan secara massif. Mereka (Barat) terus menghembuskan kebencian kepada Islam dan simbol-simbolnya. Semenjak peristiwa keruntuhan gedung WTC, Islam senantiasa menjadi bulan-bulanan Barat, menjadi pihak tertuduh, dijadikan kambing hitam. Sejatinya hal ini muncul karena mereka paham bahwa kebangkitan Islam akan segera terjadi. Tak heran jika kemudian mereka terus memantik permusuhan kepada umat Islam. Paham liberalisme dan HAM menjadi senjata Barat untuk terus memojokkan Islam. 


Merupakan sebuah hal yang wajar jika dalam sistem sekularisme, virus islamofobia terus merajalela. Karena sistem ini tidak menginginkan Islam tegak dan diterapkan. Dalam sistem sekuler, para pengusung islamofobia dibiarkan bahkan seolah dipelihara. Sekularisme tak akan pernah memberikan ruang keadilan bagi umat Islam. Kemarahan umat Islam tak pernah digubris, bahkan dianggap sebagai ancaman. Bahkan cap radikal disematkan pada para aktivis Islam yang dianggap berseberangan pemikirannya dengan Barat, terlebih para pendakwah Al-Qur’an. Jargon HAM hanya berlaku bagi para pengusung islamofobia tapi tidak berlaku bagi umat Islam yang ingin menjalankan aturan agamanya. 



Jangan Hanya Kecaman


Seorang muslim harus menyadari bahwa kemarahan, kecaman tidak akan menghentikan islamofobia. Islamofobia laksana virus yang harus segera dimatikan dengan kekuatan dari segala lini. Para penguasa muslim lah yang seharusnya mengerahkan pasukan untuk menjaga kehormatan dan kewibawaan Islam. Namun di sistem sekularisme, mustahil hal ini terjadi. Hanya kecaman dan kecaman saja yang dilakukan para penguasa muslim. Bahkan untuk memutuskan hubungan dengan negara tersebut, tidak mampu. 


Umat Islam harus marah saat syariat Islam dilecehkan. Umat harus terus bergerak agar Al-Qur’an tidak terus diremehkan. Jangan hanya diam, atau lebih buruk lagi, turut menghambat bangkitnya Islam dengan tunduk terhadap sistem Barat, demokrasi, sekularisme, liberalisme dan berbagai isme yang menyesatkan. Bagaimana caranya agar aksi pembakaran Al-Qur'an agar tidak berulang? Tiada lain adalah dengan memperjuangkan tegaknya khilafah yang akan menghentikan aksi penghinaan dan pembakaran Al-Qur'an. 



Khilafah Menghentikan Aksi pembakaran Al -Qur'an


Islam takkan membiarkan siapa pun menghina, melecehkan hingga membakar Al-Qur'an. Hal ini karena sistem Islam sangat menjaga ketinggian syariat-syariatnya. Khilafah yang merupakan junnah atau perisai bagi umat, akan dengan sigap melindungi simbol-simbol Islam, terlebih Al-Quran yang merupakan kitab suci yang harus dijunjung dan dijadikan pedoman dalam kehidupan. Tak heran jika di sistem Islam, rasa aman, tentram dapat dirasakan seluruh umat. Jika ada yang menodai Al-Qur'an hingga membakarnya, akan diberikan sanksi tegas agar tidak terulang lagi. 


Allah pun mengancam orang-orang yang merendahkan Al-Qur'an, di dalam Surat At-Taubah ayat 65-66,


وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ


“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.”    



Al-Maliki menyebutkan, "Siapa yang merendahkan Al-Qur'an, atau sejenisnya, atau mengingkari satu huruf darinya, atau mendustai Al-Qur’an, atau bahkan sampai membuktikan apa yang diingkari, maka termasuk kafir menurut kesepakatan ulama."


Alhasil, kita sebagai umat muslim tentu sangat rindu segera tegaknya sistem Islam ini. Karena hanya sistem Islam yang mampu menghentikan berbagai tindakan yang menodai simbol-simbol Islam. Benar, seorang muslim harus marah saat Al-Qur'an dibakar, tetapi lebih dari itu, umat harus lebih sedih manakala syariat Islam dicampakkan. Oleh karenanya, yuk perjuangkan aturan Islam yang sudah dijanjikan oleh Allah dan Rasulullah saw agar islamofobia tidak lagi terjadi. 


Wallahualam bissawab. 



Oleh Heni Ummu Faiz




Posting Komentar

0 Komentar