Oleh Hanin Syahidah
#Analisa - Dunia dikejutkan tingkah arogan seorang Rasmus paludan. Dia seorang politisi anti Islam di Swedia. Dia melakukan aksi pembakaran Al Qur'an yang kedua kalinya di depan sebuah masjid dan Kedutaan Besar Turki di Copenhagen, Denmark 27 Januari 2023 kemarin. Padahal sepekan sebelumnya, dia telah melakukan aksi serupa di depan Kedubes Turki di Stockholm, Swedia, 21 Januari lalu.
Alasan dia melakukan itu adalah hanya demi mendesak Turki merestui Swedia masuk Aliansi Pertahanan Negara Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO). Rasmus Paludan adalah seorang aktivis sekaligus politikus ekstrem kanan pendiri partai Stram Kurs. Stram Kurs atau gerakan keras merupakan gerakan sayap kanan Denmark yang vokal dan sentimen anti-imigran juga anti-Islam (CNNIndonesia.com, 31/1/2023).
Sejak awal karir terjun ke dunia politik, dia memang termasuk politisi yang vokal terutama berkaitan dengan anti-imigran dan anti-Islam. Sebenarnya sejak 2019 lalu dia telah melakukan hal yang sama yakni melakukan pembakaran Al Qur'an hingga memancing kemarahan muslim di seluruh dunia. Seakan tidak kapok dengan respon dunia, dia kembali mengulangi hal yang sama. Parahnya, kini dia sesumbar akan melakukan pembakaran Al Qur'an setiap hari Jumat.
Berbagai reaksi dunia merespon arogansi paludan. Dilansir dari CNN Indonesia.com, 1/2/2023 berbagai negara melalui Pemerintahnya, di antaranya: Turki (Kementerian Luar Negeri Turki mengecam keras aksi tersebut dan Presiden Turki mengancam tidak akan memberi restu kepada Swedia untuk masuk dalam keanggotaan NATO), Swedia (Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson) juga mengecam tindakan Paludan.
Ia mengatakan bahwa kebebasan berekspresi memang bagian fundamental dari demokrasi.
Namun sejatinya kebebasa itu bukan berarti bisa bertindak semaunya termasuk membakar buku-buku suci karena itu tidak dibenarkan. Indonesia, Kemenlu mengecam keras dan menyebut aksi penistaan kitab suci itu melukai dan menodai toleransi umat beragama. Mereka juga menggarisbawahi kebebasan ekspresi harus dilakukan secara bertanggung jawab. Malaysia (Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim) juga mengecam dan menilai aksi itu merupakan provokasi besar yang mengarah kepada bangkitnya Islamophobia. Ia lantas meminta pemerintah Stockholm mengambil tindakan untuk melawan pelaku kejahatan, termasuk Mesir, Qatar, Uni Emirat Arab, dan AS juga termasuk melakukan kutukan dan kecaman terhadap tindakan paludan.
Bahkan selain ungkapan resmi dari Pemerintah negara-negara itu, umat Islam sendiri juga ikut turun ke jalan memprotes aksi paludan ini. Gelombang protes terus membesar di berbagai negara tidak terkecuali Inggris dan beberapa negara di Eropa, bahkan di Indonesia juga. Pengunjuk rasa di Indonesia menyampaikan akan melakukan aksi bela Al Qur'an tiap hari Jumat, jika terus terjadi pembiaran terhadap tindakan paludan ini. Bahkan ormas-ormas Islam di Indonesia juga melakukan kecaman yang sama terhadap aksi paludan ini.
Mirisnya, seolah tidak berkutik dengan semua gelombang aksi yang ada, Paludan malah semakin melecehkan umat Islam dengan mengancam tetap akan melakukan hal yang sama di setiap hari Jumat sampai Turki bisa merestui keanggotaan Swedia di NATO. Namun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan semakin menutup pintu negosiasi dengan Swedia dan Finlandia dan tidak akan merestui bergabungnya mereka di NATO. Turki sebagai salah satu negara anggota blok juga menjadi penentunya.
Dua alasan Turki tidak mau memberi restu Swedia dan Finlandia untuk masuk ke dalam NATO, sebagaimana dikutip dalam CNN Indonesia.com, 27/1/2023 yakni, alasan pertama, Swedia agar repatriasi aktivis Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang lari ke negara itu (mereka kelompok yang disebut Turki sebagai kelompok separatis bahkan teroris yang kerap membuat kekerasan di negaranya), alasan kedua manuver Turki ini sebagai upaya negara itu mengalihkan isu atas krisis biaya hidup menjelang pemilihan umum pada Mei. Seperti dilansir Reuters, para ahli juga berpandangan Turki bisa jadi hendak menggunakan ratifikasi NATO sebagai upaya untuk menjalin kesepakatan dengan Amerika Serikat. Turki sendiri ingin membeli jet tempur F-16 dari AS, tapi beberapa anggota Kongres Negeri Paman Sam keberatan dengan rencana tersebut.
Lagi-lagi kepentingan politik lah yang ada di balik besarnya isu Islamophobia di dunia, Islam terus akan jadi bulan-bulanan kepentingan politik negara-negara di dunia untuk eksistensi mereka.
Alasan kebebasan berekspresi mendasari perilaku arogan seorang Paludan dan dunia tidak bisa melakukan hal yang lebih jauh selain hanya mengutuk, mengecam dan menghujat hal itu. Bahkan Mengutip dari CNBC, otoritas Swedia mengatakan aksi demonstrasi yang dipimpin Paludan itu masih dinilai sah di bawah Undang-Undang Kebebasan Berpendapat Swedia. Paludan juga telah mendapat izin demonstrasi dengan mengatasnamakan pertentangan terhadap Islam dan upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mempengaruhi hukum kebebasan berpendapat di Swedia.(newsEkozone.com, 1/2/2023).
Kejadian pelecehan terhadap Islam kerap terjadi berulang kali di alam demokrasi ini, dimana memang inti ajaran demokrasi adalah liberalisasi (kebebasan) yang memuat empat kebebasan yakni kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, kebebasan berperilaku, dan kebebasan beragama, empat kebebasan ini menjadi legitimasi bahwa dunia harus menghargai terlaksananya empat kebebasan tersebut, bahkan menjaminnya. Tampak jelas bahwa karena implementasi empat kebebasan tersebut posisi umat Islam selalu tersudut, misalnya mereka mengagung kebebasan tapi tidak untuk Islam, simak saja fenomena pelarangan hijab dan burqa di beberapa negara Eropa, diantaranya Perancis, Belgia, Austria, dan Denmark. Negara-negara itu memberikan denda bagi yang melanggarnya, seperti di Perancis sejak diberlakukan undang-undang terkait pelarangan cadar, terjadi sekitar 1.600 penangkapan. Pelanggar dapat dikenai denda sampai 150 euro (Republika.co.id, 12/3/2021).
Katanya demokrasi menjunjung tinggi empat kebebasan, harusnya kalau mau "jujur" dengan demokrasinya, umat Islam juga diberikan ruang lebih luas dan hak yang sama untuk menjalankan syari'at Islam secara Kaffah, tapi faktanya tidak. Hanya sekadar syariat hijab dan burqa saja dihalang-halangi apalagi yang lebih dari itu. Hak Asasi Manusia hanya untuk kepentingan di luar Islam, tapi tidak untuk umat Islam. Begitulah absurdnya demokrasi.
_______________
Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya
Follow kami di
Facebook : https://www.facebook.com/Muslimah-Jakarta-Reborn-111815451296281/
Website : www.muslimahjakarta.com
Instagram : instagram.com/muslimahjakartaofficial
0 Komentar