Ketika Wisata Alam Hanya Untuk Memenuhi Cuan

Oleh: Titin Kartini

Wisata alam, semua orang pasti senang menikmati suasana alam. Hawanya yang segar, gemericik air, dan tentunya rimbun pepohonan hijau nan menyegarkan pandangan kita. Berwisata umumnya dilakukan saat hari libur tiba. Setelah hampir satu pekan berkecimpung dengan penatnya pekerjaan atau pelajaran bagi para pelajar, maka berwisata alam merupakan salah satu cara untuk mengembalikan kesegaran tubuh.

Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tempat wisata berbalut alam, membuka kesempatan tiap daerah untuk menyediakan fasilitas tersebut, salah satunya Kota Bogor. Baru-baru ini Kota Bogor membuka kawasan Situ Gede yang telah direvitalisasi menjadi tempat wisata oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar. Situ Gede berada di kawasan hutan lindung yang juga merupakan tempat penampungan air untuk mengaliri sawah di sekitar danau.

Dilansir dari Kompas.com, kawasan Situ Gede mempunyai wajah baru setelah selesai direvitalisasi yang menghabiskan anggaran hingga Rp 7 milyar dari bantuan Pemprov Jawa Barat.
Danau dengan luas 4,2 hektar itu kian kental dengan nuansa eksotis sebagai bentuk pengembangan ekowisata. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, "Silakan manfaatkan Situ Gede untuk peningkatan ekonomi wisata". Setelah direvitalisasi kawasan tersebut dilengkapi berbagai fasilitas seperti wahana air, jogging track, tempat istirahat, hingga warung-warung kuliner tersedia di seputaran danau. (megapolitan.kompas.com, 20/01/2023)

Pariwisata memang masih terus digenjot keberadaannya, dengan dalih peningkatan ekonomi masyarakat. Beginilah pemerintah dalam sistem kapitalis, semua akan dilakukan demi cuan. Tanpa melihat dampak buruk dari kebijakan mereka. Keuntungan lebih diutamakan daripada kelestarian dan keseimbangan alam. Jika semua telah dikomersilkan demi cuan, apakah ada jaminan kelestarian dan keseimbangan alam akan terjaga? Banyaknya bencana alam salah satunya karena tidak bisanya menjaga kelestarian alam. Alih fungsi seperti Situ Gede menjadi ekowisata mengundang tangan-tangan jahil manusia untuk berbuat kerusakan. Tak bisa dipungkiri, penerapan sistem kapitalis memang telah merusak lingkungan. Oleh karenanya kita memerlukan satu sistem yang benar-benar bisa memilah dan memilih mana yang bisa dijadikan tempat wisata, mana yang memang khusus untuk menjaga kelestarian lingkungan. Sementara jika mengandalkan pada sistem kapitalis, kelestarian lingkungan menjadi sesuatu yang mustahil terjadi. Karena sistem ini hanya berorientasi pada keuntungan materi belaka.

Islam sebagai ideologi tentunya mempunyai aturan bagaimana sebuah negara merealisasikan konsep pembangunan infrastruktur, tata ruang dan konversi lahan. Negara khilafah tidak asal membuat kebijakan, namun terlebih dahulu melakukan penelitian yang mendalam, dengan orientasi kemaslahatan bagi masyarakat luas. Apakah dampak dari suatu kebijakan akan merusak kelestarian alam, memberikan manfaat atau mudarat kepada masyarakat.

Para ulama telah menulis hal ini dalam kitab fikih, bahkan ada yang benar-benar terpisah dan menjadi pembahasan khusus dalam masalah tata ruang, pembangunan dan konversi lahan. Ada satu kitab yang ditulis oleh Ibn ar-Rami yang berjudul al-I'lan bi Ahkami al-Bunyan yang dianggap sebagai kitab fikih bangunan dan infrastruktur secara umum.

Ada kategori-kategori khusus dalam Islam, dimana suatu bangunan yang dikhususkan untuk menjaga kelestarian alam, tidak bisa dialihfungsikan menjadi tempat wisata. Dan ini menjadi salah satu tugas dari Qadli Hisbah untuk melihat dan menentukan apakah hal tersebut mendatangkan manfaat atau mudarat bagi masyarakat tanpa mengganggu kelestarian alam.

Standar halal dan haram menjadi dasar setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Untuk meningkatkan ekonomi rakyat, sistem Islam tentunya mempunyai pos yang lain, bukan dari sektor wisata. Kelestarian alam yang terjaga, akan menyelamatkan manusia dari bencana alam. Kerusakan di muka bumi tidak lain terjadi karena ulah tangan manusia. Dampak dari kerusakan ini kemudian berimbas bukan hanya pada pelaku kerusakan, tetapi juga kepada semuanya, sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar-Rum ayat 41, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".

Ini memerlukan kerja keras dari negara untuk mewujudkan kelestarian alam sekaligus menjamin kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam pandangan Islam, wisata alam ditujukan untuk kita bermuhasabah diri dan tafakur alam mengagumi ciptaan-Nya tanpa merusak kelestariannya, agar semua berjalan seimbang, tanpa adanya embel-embel wisata kuliner atau fasilitas lainnya yang notabenenya merusak kelestarian alam itu sendiri. Disadari atau tidak, masyarakat belum sepenuhnya memahami pentingnya menjaga kelestarian alam.

Mengembalikan segala sesuatu sesuai fungsinya hanya ada dalam sistem Islam, yakni Khilafah. Karena khilafah membangun infrastruktur bukan demi cuan. Mengembalikan kelestarian alam adalah tugas kita semua, dan negara sebagai pengendalinya. Alam yang terjaga kelestariannya menghindarkan kita dari berbagai bencana alam. Namun tentunya semua itu hanya bisa diwujudkan dengan penerapan dan penegakan Islam kafah dalam bingkai Khilafah.
Khilafah adalah solusi hakiki problematika kehidupan manusia, agar selamat di dunia dan di akhirat. Kita bisa belajar dari sejarah bagaimana Kota Baghdad dapat menjadi kota dengan arsitektur megah tanpa merusak alam. Tentunya dengan standar Islam, bukan kapitalisme yang segala sesuatunya dinilai dengan cuan. Kembalikan kelestarian alam dengan penerapan Islam kafah.

Wallahu a'lam.

_____
Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya
Follow kami di

Posting Komentar

0 Komentar