Maraknya Penculikan Anak, Hilangnya Jaminan Keamanan Dari Negara

 




Akhir-akhir ini di media sosial berseliweran berbagai video tentang penculikan anak. Hampir setiap hari ada saja kasus penculikan anak terjadi. Hal ini tentu menimbulkan rasa khawatir dan takut di kalangan orangtua. Apalagi, maraknya penculikan anak diduga kuat untuk diambil organ tubuhnya untuk dijual. Himbauan dan peringatan pun terus berdatangan dari media hingga tataran RT dan aparat keamanan, agar orangtua berhati-hati dalam menjaga buah hati mereka dari para pelaku penculikan.

Dilansir oleh RBG.id, Jumat 27/01/2023, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Hanafi mengatakan sudah mendapat laporan mengenai hal tersebut. Ia memahami perasaan dan aspek psikologi para orang tua yang khawatir dengan anaknya selama di sekolah. Sehingga ia mengeluarkan surat imbauan secara resmi kepada seluruh kepala sekolah di Kota Bogor untuk melakukan tindak kewaspadaan dalam mencegah adanya penculikan dengan memastikan anak-anak yang belum dijemput untuk tetap berada di lingkungan sekolah. 

Sementara itu, Kapolresta Bogor Kota Kombes Bimo Teguh Prakoso mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan jangan panik secara berlebihan. Para orangtua diimbau agar tidak mudah percaya dan memastikan isu yang beredar. Juga meminta orangtua untuk tetap waspada dan mengedukasi anaknya agar menghindari kontak dengan orang asing atau tidak dikenal.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) menyebut terjadi 28 kasus penculikan anak sepanjang 2022. Data tersebut cenderung meningkat jika dibandingkan tahun 2021 sebanyak 15 kasus penculikan anak. Deputi Bidang KPPA Nahar meyakinkan data di lapangan bisa lebih banyak lagi. Menurut Nahar, maraknya penculikan anak dipengaruhi oleh tuntutan ekonomi dan pengasuhan yang tidak sesuai standar. (Radar Bogor, 14/01/2023)

Banyak faktor yang melatarbelakangi meningkatnya kasus penculikan anak. Selain faktor ekonomi, media pun menjadi sarana pendukung memicu terjadinya kasus penculikan anak di wilayah lain, bak jamur di musim hujan. Apalagi maraknya video penculikan yang terjadi setiap hari, tidak dibarengi dengan peran aparat untuk segera menangkap pelaku penculikan tersebut. 

Sehingga wajarlah apabila kepanikan dan ketakutan menghinggapi para orangtua dalam menanggapi isu ini. Di sisi lain aparat hanya bergerak apabila mendapatkan laporan dari pihak korban. Padahal, kasus penculikan ini banyak terjadi dan tidak dilaporkan oleh masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa keamanan menjadi sesuatu yang teramat mahal harganya. Bahkan rasa aman tersebut telah hilang tatkala berbagai kejahatan merebak di tengah masyarakat.

Keamanan merupakan salah satu hajat hidup masyarakat yang harus dijamin oleh negara. Karena salah satu tupoksi sekaligus kewenangan negara adalah memberikan jaminan keamanan kepada seluruh warga negara.  Namun, hal ini berbeda dalam sistem kapitalis yang saat ini masyarakat hidup di dalamnya. Dalam sistem kapitalis yang mengagungkan materi di atas segalanya, keamanan hanya bisa dirasakan oleh mereka yang miliki uang yang banyak. Sedangkan masyarakat kecil, harus berjuang keras untuk menjaga keamanan diri, harta dan jiwanya tanpa bisa mengandalkan pihak lain.

Maka tak heran jika kejahatan semakin merajalela di negeri ini. Bahkan kejahatan sudah menjadi ritme kehidupan yang terjadi dalam sistem kapitalis. Sulitnya mendapatkan pekerjaan membuat sebagian masyarakat menjadi gelap mata untuk melakukan kejahatan demi bisa bertahan hidup. Tidak dipungkiri, faktor ekonomi menjadi pemicu utama lahirnya berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. 

Oleh karena itu, untuk memberantas berbagai kejahatan yang marak terjadi, tidak cukup dengan imbauan dan kewaspadaan orangtua semata. Tanpa peran, dukungan dan jaminan dari negara, semua akan sia-sia. Dan tentunya peran, dukungan dan jaminan dari negara ini, tidak akan kita dapatkan dalam sistem kapitalis yang menihilkan peran agama dalam kehidupan. Karena sistem ini menganggap semua hajat masyarakat hanya dipandang dari satu sudut bernama materi. 

Kasus penculikan anak hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak jenis kejahatan yang terjadi. Berbeda halnya dengan sistem khilafah yang mampu mewujudkan rasa aman dan tenteram dalam rentang waktu yang sangat panjang. Selama 1300 tahun berlangsungnya sistem khilafah, hanya terjadi 200 tindak kriminal. (www.al-waie.id) Hal ini menunjukkan keberhasilan sistem khilafah yang mampu mencegah serta memberantas kejahatan hingga ke akar-akarnya.

Dalam Islam, negaralah yang menjadi pihak penjamin keamanan bagi seluruh rakyat. Dengan menerapkan seperangkat hukum untuk memberantas dan mencegah kejahatan yang berfungsi sebagai jawazir dan jawabir (pencegah dan penebus). Sanksi yang diterapkan akan memberi efek jera bagi para pelaku kejahatan. Di samping itu, pelaksanaan sanksi yang diberikan kepada pelaku kejahatan dilakukan di hadapan khalayak umum sehingga jika masih ada yang hendak melakukan kejahatan akan berpikir beribu-ribu kali.

Selain itu, negara khilafah juga menjamin terwujudnya kesejahteraan bagi setiap individu rakyat. Sebab, faktor ekonomi umumnya menjadi motif utama mengapa seseorang melakukan tindak kejahatan. Maka negara khilafah akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya sesuai bidang kemampuan warganya. Negara bisa juga memberikan modal secara gratis (hibah) bagi yang memiliki keahlian berdagang. Atau memberikan sebidang tanah beserta sarana prasarananya bagi para petani. Demikian juga para nelayan akan diberikan modal dan kemudahan sarana prasarana agar bisa berlayar mencari ikan. Pada intinya negara adalah pihak yang bertanggung jawab secara langsung agar para kepala keluarga bisa mendapatkan pekerjaan dan memperoleh harta untuk menafkahi keluarganya dengan cara yang layak.

Tidak hanya itu, negara khilafah juga memiliki mekanisme non ekonomi yakni memberikan bantuan secara langsung bagi masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja, bisa karena usia yang sudah renta, atau karena ada kelemahan secara fisik sehingga tidak mampu bekerja secara optimal. Sehingga jaminan terpenuhinya kebutuhan asasi masyarakat (sandang, pangan dan papan) bisa diwujudkan pada seluruh lapisan masyarakat. 

Negara khilafah juga menjamin terpenuhinya kebutuhan asasi yang bersifat komunal yakni pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Sehingga tidak ada celah bagi individu untuk melakukan tindak kejahatan karena motif ekonomi atau kesulitan hidup.

Khilafah juga akan mengontrol langsung media dan memastikan tidak ada video atau tayangan yang memicu seseorang untuk melakukan kejahatan. Sebab, media dalam khilafah berfungsi untuk memberi informasi dan mencerdaskan masyarakat. Siapa saja yang dengan sengaja menyebarkan video atau sejenisnya yang akan membawa pada kerusakan dan kejahatan maka akan mendapatkan sanksi yang sangat berat.

Pada saat yang sama, khilafah senantiasa memberikan edukasi dan penanaman akidah di tengah masyarakat. Menumbuhkan keimanan dan ketakwaan individu, bahwa tujuan hidup di dunia adalah untuk beribadah. Hal ini membuat individu masyarakat sangat berhati-hati dalam melakukan setiap perbuatan karena pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. di akhirat nanti. Juga karena khilafah menerapkan sistem sanksi yang tegas bagi para pelaku tindak kejahatan. 

Dengan mekanisme seperti ini, setiap kejahatan akan mudah diatasi oleh khilafah. Karena negara senantiasa hadir di tengah masyarakat untuk memberikan apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dan khalifah beserta jajaran penguasa lainnya sangat memahami tupoksinya sebagai penanggungjawab. Sosok pemimpin bervisi akhirat seperti inilah yang sangat takut apabila lalai dalam melaksanakan kewajibannya. Karena setiap tindakannya akan mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat nanti. 

Jelaslah sudah hanya sistem Islam dalam naungan khilafah sebagai satu-satunya solusi tuntas untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi umat manusia. Untuk itu, sistem ini harus diperjuangkan agar kembali tegak dalam kehidupan umat manusia. Agar masyarakat kembali bisa merasakan hidup dalam kondisi aman, nyaman, tenteram dan makmur. Wallahua’lam.

Oleh : Siti Rima Sarinah

Posting Komentar

0 Komentar