Mengabaikan Hukum Allah




Allah Swt. Sang Pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan telah menurunkan seperangkat aturan sebagai pedoman manusia dalam mengarungi medan kehidupan. Sebab, yang namanya makhluk pasti memiliki keterbatasan dan kekurangan, sehingga Allah memberikan bekal berupa syariat yang termaktub di dalam Al-Qur’an dan sunah agar manusia tidak tersesat dan terjerumus pada jalan kegelapan.


Maka aturan yang wajib digunakan manusia hanya aturan dari Allah, bukan yang lain. Sedikit saja manusia keluar atau mengambil aturan yang bukan dari-Nya, maka berbagai kerusakan dan kehancuran akan bermunculan di muka bumi, juga azab pedih dari Allah sebagai balasan karena telah mengabaikan aturan-Nya. 


Allah Swt. berfirman, “Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagaian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-doa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS Al Maidah: 49).


Ketika Allah menimpakan azab kepada manusia, tanpa memilih apakah ia muslim ataukah kafir. Semua mendapatkan azab yang sama dan azab di dunia seperti gempa bumi yang akhir-akhir ini sering terjadi, gunung meletus, banjir bandang dan yang lainnya, tak sebanding dengan balasan di akhirat kelak. Cukuplah cerita terkait azab neraka yang banyak disampaikan di dalam Al-Qur’an membuat kita takut untuk melanggar aturan barang sedikitpun.


Tidaklah mudah untuk tetap berpegang teguh pada syariat Allah. Begitu banyak godaan berupa gemerlapnya dunia yang mengajak kita untuk semakin jauh dari aturan-Nya. Apalagi kita hidup dalam sebuah sistem yang menjunjung tinggi hukum buatan manusia, sementara hukum Allah dicampakkan begitu saja.


Namun, kita tidak boleh lengah dan terlena dengan godaan dunia yang fana dan menipu ini. Karena pada hakikatnya, kita semua akan menghadapi akhir kehidupan bernama kematian. Di dunia ini kita hanya menunggu giliran untuk dipanggil kembali kepada pemilik jiwa kita, yaitu Allah. Dan kita pun tidak mendapatkan informasi kapan panggilan itu datang. Oleh karena itu kita hanya bisa senantiasa bersiap dan terus mengumpulkan bekal yang cukup hingga waktu itu tiba. 


Oleh karena itu, jangan sia-siakan usia, waktu dan masa lapang kita. Terus berupaya maksimal menunaikan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Perbanyak amal saleh dengan mengisi waktu untuk mempelajari syariat-Nya, mentadaburi kitab-Nya, mendakwahkan risalah-Nya hingga ajal menjemput kita. Karena hari ini tanpa disadari begitu banyak kaum muslim yang mengabaikan hukum-hukum-Nya, ‘merendahkan dan tidak memuliakan Al-Qur’an’. Tahu bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk dan tolok ukur setiap amal perbuatan. Tetapi enggan melaksanakan kewajiban dari Allah, seperti menutup aurat, mengkaji Islam dan menjadi pengemban dakwah Islam. 


Mereka mengaku muslim, tapi sering melabeli saudara sesama muslim dengan sebutan radikal, teroris dan fanatik hanya karena cara berpakaiannya berbeda. Juga tidak ada rasa iba ketika saudara seakidah di Palestina, Suriah, Uighur dan yang lainnya, diperangi dan dianiaya oleh tentara dari negara-negara kafir yang sangat membenci Islam. Padahal sesama muslim adalah satu tubuh, jika ada anggota tubuh merasakan sakit, maka otomatis anggota tubuh lainnya akan merasakan yang sama.


Sekat nasionalisme telah mencerai-beraikan ikatan akidah di antara sesama muslim. Sehingga mereka tidak mempedulikan kekejaman yang menimpa saudaranya. Sifat individualis dan cinta dunia telah menggerogoti jiwa-jiwa kaum muslim. Racun yang ditebarkan ke jiwa-jiwa kaum muslim ini harus dibersihkan dan diganti dengan pemikiran yang murni dan cemerlang dengan aktifitas dakwah.


Dakwah ibarat penawar racun terhadap pemikiran rusak yang terus disebarkan musuh Islam ke tengah kaum muslim agar mengabaikan agamanya. Kaum muslim harus diselamatkan dan diarahkan pandangannya untuk akhirat, karena dunia hanya tempat persinggahan sementara. Agar kaum muslim segera menyadari kesalahannya dan bertobat, sebelum ajal menjemput dan tak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki diri. 


Janganlah rasa penyesalan hadir ketika sakaratul maut. Mumpung masih diberikan nikmat sehat dan nikmat iman, maka gunakanlah kenikmatan itu untuk menjadi bagian dari pejuang agama Allah, mendakwahkan Islam hingga ajal tiba, hingga Allah Swt melayakkan kita menjadi penghuni Jannah-Nya. Wallahua’lam.


Oleh: Siti Rima Sarinah

Posting Komentar

0 Komentar