Negara Khilafah Menjamin Sistem Ekonomi Tahan Resesi



Tahun 2022 lalu banyak yang memprediksi bahwa pada 2023, dunia akan terancam resesi. Hal ini didasari oleh Ned Navis Research yang menemukan bahwa peluang terjadinya resesi global di 2023 mencapai 98,1 persen (Tirto.id 29/1/2023). Riset ini menunjukkan bahwa ekonomi dunia tengah merosot tajam. 


Menurut Bank Dunia, resesi 2023 dipicu oleh peningkatan suku bunga bank di seluruh dunia akibat inflasi tinggi di tahun 2022. Tingginya inflasi ini terjadi di banyak negara di dunia, terutama akibat krisis pasca pandemi dan konflik geopolitik antar negara-negara besar. 


Pada 2023 ini, resesi ekonomi diperkirakan karena beberapa hal antara lain, pertama, tingkat inflasi yang terus merangkak naik. Kedua, konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang menambah beban perekonoian untuk dapat pulih. 


Ketiga, perlambatan ekonomi China. Pada tahun 2022, ekonomi China hanya mampu tumbuh sekitar 3%. Keempat, kenaikan tingkat suku bunga untuk menahan laju inflasi akan memperlambat pertumbuhan PDB dan akan menyebabkan resesi global tahun ini. 


Menurut Forbes, resesi dianggap sebagai bagian yang tidak bisa dihindari dari siklus bisnis dan kontraksi reguler yang terjadi dalam perekonomian suatu negara. Akibat resesi ini tentunya akan mengakibatkan pengangguran meningkat tajam yang ditandai dengan bangkrutnya perusahaan-perusahaan, menurunnya pendapatan masyarakat yang tentunya berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat. 


Menurut IMF, resesi global merupakan siklus yang berlangsung setiap delapan hingga sepuluh tahun sekali. Siklus selalu dimulai dari ekaspansi ekonomi, kemudian ekonomi bergerak mencapai puncaknya. Lalu turun dan mengalami resesi hingga kembali ekspansi kembali dan begitu seterusnya, yang berbeda hanya durasi masing-masing siklus tersebut. 


Sejak 1970 resesi global terus berulang, dari tahun 1974 hingga 1975, 1980 hingga 1983, 1990 hingga 1993, 1998, 2001 hingga 2002 dan 2008 hingga 2009. Di AS sendiri menurut NBER sejak tahun 1858 hingga 2020 telah mengalami resesi sebanyak 34 kali. Maka jika di rata-rata Amerika mengalami resesi selama lima tahun sekali.


Resesi berulang tersebut merupakan dampak dari sistem keuangan kapitalisme. Kapitalisme menjadikan mata uang bukan hanya sebagai alat tukar namun juga menjadi sarana spekulasi untuk mengejar kentungan dari investasi pada deposito dan surat berharga di pasar modal. Sistem keuangan kapitalisme juga ditopang dengan kemudahan dalam mencetak uang dalam jumlah sangat besar  di waktu yang singkat. 


Resesi ekonomi yang dirugikan bukan hanya masyarakat, negara pastinya juga merasakan kerugian finansial. Kerugian yang tajam ini tidak akan dijumpai pada sistem ekonomi khilafah. Karena sistem ekonomi yang dipakai sangat kontras, sehingga potensi resesi akan sangat kecil. 


Terdapat beberapa poin dalam sistem keuangan khilafah yang dapat menutup potensi terjadinya resesi ekonomi tersebut. Pertama, mengharamkan transaksi riba. Selain keharaman riba sudah jelas dalam banyak nash dalam Alquran, riba juga mendatangkan transaksi yang tidak sehat secara ekonomi. Dalam sistem ribawi, pemilik modal akan mendapatkan keuntungan secara pasti tanpa harus menanggung resiko. Sebaliknya peminjam harus selalu membayar bunga, apapun yang terjadi. 


Sedangkan dalam Islam pengelolaan harta secara bersama semisal mudharabah dan musaqat dengan segala persayaratannya adalah hal yang mubah. Sebab pengelolaan semacam ini tidak ada tenaga yang dieksploitir. Bila mereka menderita kerugian ataupun keuntungan akan dirasakan bersama.


Kedua, Islam mengharamkan pasar modal, komoditas berjangka yang dibangun atas transaksi yang bertentangan dengan Islam. Islam juga melarang memperdagangkan surat-surat berharga yang melibatkan transaksi yang batil seperti obligasi berbunga, produk keuangan multi akad dan saham yang diterbitkan oleh perusahaan berbentuk PT. Selain itu, Islam juga melarang semua sarana perjudian dan manipulasi keuangan. 


Ketiga, negara khilafah menetapkan mata uang emas dan perak sebagai standar moneter, mata uang yang beredar nilainya ditopang oleh kedua logam mulia tersebut. Dengan demikian kestabilan uang negara ditentukan oleh logam mulia yang selalu stabil sepanjang sejarah. Disaat yang sama sistem mata uang emas ini menegasikan peran perbankan dalam menciptakan dan melipatgandakan uang melalui kredit dan pembelian surat berharga. 


Keempat, Islam mengharamkan konsep liberalisme ekonomi termasuk dalam aspek kebebasan memiliki dan pasar bebas. Kebebasan memiliki dalam paham kapitalisme berarti setiap individu bebas menguasai atau menjual komoditas. Akibatnya saham-saham perusahaan mudah dikuasai dan diperjual belikan oleh investor termasuk asing.


Sedangkan Islam dalam sistem pemerintahannya, khilafah melarang konsep kepemilikan yang demikian dan diatur dengan jelas dan tegas. Ada pembagian kepemilikan dalam negara khilafah, yaitu kepemilikan individu (swasta), publik dan negara. 


Barang-barang yang tergolong milik publik seperti minyak, tambang, energi hanya boleh dikuasai oleh negara dan hasilnya didistribusikan ke rakyat. Oleh karenanya haram untuk memperjual belikan barang-barang milik umum tersebut kepada pihak swasta.


Kelima, Khilafah menjamin pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara gratis, baik pangan, pakaian serta perumahan. Penjaminan hak dasar ini termasuk pula menyediakan layanan pendidikan, kesehatan juga keamanan secara gratis, selain itu, negara juga wajib menciptakan lapangan kerja. Kewajiban pelayanan negara pada masyarakatnya tetap akan berjalan walaupun terjadi kontraksi ekonomi, baik karena kekeringan berkepanjangan ataupun bencana alam dalam skala besar. 


Sistem ekonomi negara khilafah yang didasari oleh iman kepada Allah swt dan targetnya adalah untuk mengayomi masyarakat, tentu sangat berbeda dengan sistem buatan manusia. Walaupun seakan sempurna namun tetap saja aturan manusia tidak akan pernah sebanding dengan aturan sang Pencipta.


Wallahu’alam


Oleh Ruruh Hapsari







Posting Komentar

0 Komentar