Stunting dan kemiskinan bak saudara kembar yang menghiasi potret masyarakat di negeri yang dikenal dengan zamrud khatulistiwa. Aneh tapi nyata, Indonesia sebagai negeri yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah namun bertolak belakang dengan nasib rakyatnya yang sangat jauh dari hidup layak apalagi sejahtera. Rakyat tak ikut merasakan dan menikmati hasil kekayaan alam di mana mereka tinggal di dalamnya.
Angka kemiskinan yang terus mengalami peningkatan diiringi pula dengan angka stunting yang terus bertambah setiap harinya. Kota Hujan Bogor merupakan salah satu kota yang terus mengalami kenaikan angka stunting menjadi 18,7 persen. Pemerintah Kota Bogor bekerjasama dengan warga Upadaya dan Child Fund Internasional, menggelar Diseminasi Program Percepatan Penurunan Stunting Ibu Anak Tangguh Kota Bogor (Batagor Phase II). Kerjasama ini telah dilakukan sejak tahun 2020, sebagai upaya pembinaan dan edukasi kepada para ibu yang memiliki anak di bawah dua tahun tak terkecuali yang berisiko stunting dan pembinaan terkait pola pengasuhan, pangan, gizi dan perilaku hidup sehat dan bersih (PHSB).
Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bogor dan Forkopimda dengan gencar mereduksi angka stunting di masyarakat. Walikota Bogor, Bima Arya menekankan agar Kementerian Agama Kota Bogor memastikan tidak ada lagi pasangan yang menikah di bawah umur (minimal 19 tahun). Sebab, pernikahan di bawah umur disebut juga berpotensi besar melahirkan anak stunting. Dan ia juga mengajak masyarakat untuk senantiasa mengkonsumsi makanan bergizi saat hamil. (Radar Bogor, 10/02/2023).
Stunting adalah masalah gizi yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Banyak yang mengatakan bahwa penyebab stunting adalah kurang edukasi dan pernikahan di bawah umur (pernikahan dini). Maka dua upaya inilah yang terus diupayakan oleh pemkot Bogor dan jajarannya. Padahal yang menjadi penyebab stunting adalah kemiskinan yang mendera masyarakat sehingga tidak mampu menngkomsumsi makanan bergizi pada saat hamil.
Stunting merupakan persoalan kronis yang melanda Indonesia, bahkan dunia. Indonesia menduduki peringkat kelima stunting di dunia. Target penurunan stunting di Indonesia sudah ditetapkan sebesar 14% pada tahun 2024.
Untuk mengentaskan masalah stunting tidaklah cukup hanya dengan edukasi, tanpa ada dukungan dari negara sebagai institusi yang berwenang. Apabila persoalan ini dibiarkan berlarut-larut akan berdampak buruk bagi generasi bangsa ke depan.
Masalah stunting akan tertuntaskan apabila masyarakat hidup sejahtera dan makmur. Kemiskinan yang menjadi penyebab stunting disebabkan tak lain karena penerapan sistem kapitalisme yang tak mampu menjamin kebutuhan pangan dan akses kesehatan bagi generasi, hingga kasus stunting tidak pernah tuntas. Sistem kapitalisme terbukti sukses melahirkan kesenjangan sosial ditengah-tengah masyarakat. Yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin kaya. Kebebasan dalam berekonomi dan diterapkannya hukum rimba, siapa yang memiliki modal besar dialah yang akan meraup keuntungan materi yang besar.
Penerapan sistem buatan manusia ini, telah mengalihkan peran negara dalam mengelola kekayaan alam milik rakyat kepada para korporasi. Negara mengabaikan tugasnya sebagai pelayan bagi rakyat dan beralih menjadi pelayan bagi korporasi dan pengusaha besar untuk mengeksploitasi kekayaan alam hanya untuk kepentingan mereka saja. Walhasil, masyarakat yang bertahan hidup dengan mahalnya biaya hidup, dijadikan ajang bisnis bagi korporasi. Walaupun masyarakat telah bekerja keras, tapi tidak akan mampu hidup layak dan sejahtera apalagi harus mengkomsumsi makanan bergizi.
Hilangnya fungsi negara yang seharusnya menjadi pengurus urusan rakyat ini karena menjadi fasilitator dan regulator bagi korporasi. Masyarakat miskin hanya diberikan bantuan sosial ala kadarnya yang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tanpa ada dukungan negara, maka takkan pernah bisa mengatasi persoalan stunting.
Sebab, stunting adalah persoalan sistem yang membutuhkan solusi yang berasal dari sistem yang mampu menuntaskan kemiskinan yang menjadi penyebab dari stunting. Sistem tersbut adalah sistem Islam (khilafah). Sejarah telah menorehkan tinta emas dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya hingga 13 abad lamanya.
Mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat bukanlah hal yang sulit bagi khilafah. Sebab, khilafah memiliki seperangkat hukum syariat untuk mewujudkan hal tersebut. Pengelolaan kekayaan alam milik rakyat akan dikelola dan dikembalikan hasilnya kepada rakyat dalam bentuk fasilitas pendidikan, kesehatan, keamanan dan lain sebagainya.
Khilafah akan membuka lapangan pekerjaan sebesar-besarnya agar setiap kepala keluarga bisa menafkahi keluarganya dengan cara yang layak dan mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Rakyat tidak perlu memikirkan biaya pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya karena sudah dijamin oleh negara. Negara takkan membiarkan satupun rakyatnya hidup dalam kemiskinan, karena negara senantiasa hadir di tengah rakyat untuk menjamin apa saja yang dibutuhkan oleh rakyat secara adil dan merata.
Negara tidak akan memberi peluang sedikitpun kepada individu atau swasta untuk menguasai kekayaan alam karena semua di bawah kendali negara. Sebab Allah Swt. berfirman yang artinya, “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu“. (TQS Al-Hasyr: 7). Dan Rasulullah saw dalam hadis riwayat Thabrani bersabda, “Tidak termasuk orang yang beriman kepadaku, orang-orang yang tertidur karena kekenyangan, tapi disampingnya ada tetangga yang tidak bisa tidur karena lapar. Dan dia tahu keadaan itu.”
Khalifah Umar bin Khattab ketika sidak di malam hari menemukan seorang anak menangis karena kelaparan, kemudian bergegas menuju baitul maal untuk mengambil gandum dan daging serta mengantarkan ke rumah anak tersebut. Sesampainya dirumah tersebut, Umar pun meminta ijin untuk memasak makanan dan memastikan anak kecil dan ibunya makan dengan kenyang. Dan memberikan kepingan uang emas untuk mereka.
Inilah bentuk pelayanan seorang Khalifah Umar terhadap rakyatnya. Karakter pemimpin bervisi akhirat, yang sangat takut terhadap pertanggungjawabannya kepada Allah Swt, apabila dalam kepemimpinanya ada rakyat yang kelaparan dan hidup miskin. Saat ini adakah pemimpin yang bersikap demikian?. Pemimpin seperti Khalifah Umar bin Khattab hanya lahir dalam sistem khilafah bukan yang lain.
Jelaslah sudah bahwa hanya Islam satu-satunya solusi tuntas untuk mengatasi stunting dan kemiskinan serta problem multi dimensi yang melanda dunia. Saatnya beralih pada sistem khilafah dan campakkan sistem kapitalis yang batil.
Wallahua’lam.
Oleh: Siti Rima Sarinah
0 Komentar