Reporter Anita Rachman
Ribuan peserta aksi peduli Palestina memenuhi kawasan Patung Kuda di depan Monumen Nasional, Jakarta, Sabtu, 21 Oktober 2023. Setelah itu, mereka longmarch menuju ke kedutaan besar Amerika Serikat. Gemuruh suara peserta aksi meneriakkan kalimat takbir dan tauhid sambil mengibarkan bendera Rasulullah Al-liwa berwarna putih dan Ar-roya berwarna hitam, membuat suasana syahdu penuh semangat.
Peserta aksi dari berbagai kelompok masyarakat, para tokoh dan aktivis, masyarakat umum, mahasiswa, remaja, hingga santri berbondong-bondong dari wilayah Jabodetabek dan sekitarnya. Barisan emak-emak militan yang sebagian membawa serta anak-anaknya, tak mau ketinggalan. Sesekali panitia menertibkan barisan agar tidak menginjak rumput dan tidak memenuhi jalan, sehingga lalu lintas tetap berjalan.
“Mungkin berdirinya kita di bawah terik matahari di depan kedubes Amerika, pendukung Isra-hell penjajah ini belum bisa memberikan sumbangsih yang berarti. Tetapi setidaknya ini bukti kepedulian dan pembelaan kita kepada saudara kita di Palestina,” seru Ustaz Yan Sofyan dengan lantang di depan ribuan peserta aksi. Sebagai orator pertama, Ustaz Yan Sofyan memaparkan sejarah perjalanan panjang Palestina hingga hari ini dalam kondisi terjajah.
“Tanah Palestina adalah milik kaum muslimin. Dipertahankan dengan darah para syuhada. Dibebaskan oleh khalifah Umar bin Khatab dari penguasaan Romawi Bizantium tahun 637. Kemudian tahun 1099 pecah perang salib I, di mana di tengah kaum muslimin mulai muncul perpecahan dan terbuai kegemilangan, hingga akhirnya bisa dikalahkan. 100 tahun kemudian Palestina berhasil direbut kembali berkat seorang Shalahuddin Al-Alyubi yang bisa menyatukan kaum muslimin dan mengobarkan jihad melawan orang-orang salib,” paparnya.
“Ratusan tahun lamanya, kehidupan Palestina berlangsung damai berdampingan dengan orang-orang kafir. Hingga pada abad 20, Perancis, Inggris, dan Rusia memerangi kekhilafahan Turki Utsmani. Karena kaum muslimin semakin lemah, pada tahun 1916 mereka membuat perjanjian Sykes-Picot yang membagi-bagi wilayah kaum muslimin. Puncaknya tahun 1924 kaum muslimin tidak lagi memiliki kekhilafahan, maka dengan mudah Palestina kembali dikuasai. Dan pada 1948 melalui PBB, Amerika, Inggris, Prancis, dan sekutunya melegalkan lahirnya negara Zionis Yahudi. Sejak itu tanah kaum muslimin dikuasai orang-orang kafir,” jelasnya.
Aksi dilanjutkan dengan orasi 7 orator lainnya, yang terdiri dari para alim ulama, kyai, tokoh masyarakat, ketua organisasi, juga aktivis. Di sela-sela orasi, moderator terus membakar semangat peserta dengan mempimpin takbir, tauhid, dan shalawat yang disambut peserta dengan penuh semangat.
Orasi dilanjutkan oleh Ustaz Asep Sudrajat yang menunjukkan bahwa umat Islam hari ini begitu besar, tapi tidak memiliki kekuatan apa-apa. “Persis seperti yang digambarkan Rasulullah ‘bagaikan buih dilautan’. Rasulullah bersabda, “Suatu saat umatku akan seperti hidangan di atas meja, yang dikerubuti orang-orang lapar. Ketika hidangan itu digigit, dikoyak, dikunyah, hanya diam dan pasrah,” ucapnya.
Oleh karena itu, Ustaz Asep melanjutkan, “Selain mengutuk Amerika, kita mengutuk siapapun umat Islam yang berdiam diri, termasuk para penguasa. Hati-hati ketika kita berdiam diri dengan keberadaan Amerika di negeri ini. Ini adalah bentuk penghianatan! Karena Amerika lah yang ada di balik Yahudi, penyebab masalah ini terus berkepanjangan,” tegasnya.
Ustaz Slamet Ma’arif Ketua Dewan Syuro Presidium Alumni 212 dalam orasinya menyampaikan, “Isra-hell tadinya tidak punya wilayah, tidak punya negara, tidak punya domisili, kemudian disokong, dibantu, dibackup Amerika dan Inggris menduduki, menjajah tanah Palestina. Sejak saat itu, saudara kita di Palestina dijajah, dizalimi, diusir, dibunuh, hidupnya terlunta-lunta di negaranya sendiri,” paparnya prihatin.
Sungguh, penderitaan kaum muslim Palestina adalah derita seluruh kaum muslim, karena umat muslim ibarat satu tubuh. Ustaz Edi Mulyadi menyampaikan, “Bantuan k epada mereka berupa makanan, obat-obatan, kebutuhan fisik lainnya, juga doa memang dibutuhkan, tapi mereka membutuhkan bantuan yang lebih konkrit lagi, yaitu bebas dari penjajahan,” ungkapnya.
Ustaz Muslim Ardhi mengingatkan, “Membebaskan Palestina adalah perintah konstitusi, UUD 1945. Penguasa seluruh negeri muslim tidak cukup hanya dengan mengecam, tapi kirimlah pasukan karena Isra-hell adalah musuh umat manusia,”tegasnya.
Kyai Rokhmat S. Labib menyambung orasi dengan menegaskan, wajib kaum muslimin memerangi siapapun yang memeranginya. Itulah yang harus dilakukan ke Palestina. “Seluruh negeri-negeri muslim jika ditotal, memiliki lebih dari 2 juta tentara. Mereka punya senjata, pesawat tempur, rudal, roket, dan lain-lain. Andai bersatu melawan Yahudi yang jumlahnya jauh lebih sedikit, bukan hal yang sulit untuk menang. Ini perintah Allah. Masak lebih takut dengan Amerika. Apa Amerika lebih tinggi dari Allah?” sindirnya.
Ustaz Abu Umar, orator selanjutnya menyampaikan, “Tumpahnya darah, diambilnya tanah air, dikuasainya Al-Aqsa adalah perkara besar. Tapi sungguh, ada perkara yang lebih besar. Yaitu tidak diterapkannya hukum Allah. Dan hukum Allah tidak dapat tegak tanpa khilafah. Maka, tegaknya khilafah lebih besar dari pada penaklukan Masjidil Aqsa. Justru dengan khilafah kita bisa membebaskan Al-Aqsa,” tegasnya.
Pada akhirnya, semua orator menyerukan suara yang sama. Bahwa yang bisa membebaskan Palestina adalah jihad dan khilafah. Persatuan umatlah yang mempercepat segera tegaknya khilafah yang akan menggerakkan umat dan pasukan kaum muslimin untuk jihad fisabilillah memerangi zionis Isra-hell. Sebagaimana dulu Umar bin Khatab dan Shalahudin al-Ayyubi membebaskan Palestina.
Sementara itu, Asep Syarifuddin Ketua API Jabar menyoroti keberadaan PBB, sebagai organisasi internasional penjaga perdamaian dan ketertiban dunia. Faktanya, segala perundingan dan resolusi tak membuat penjajahan berakhir. “Jadi, bohong besar PBB itu untuk melindungi umat manusia. Bohong besar PBB untuk menjaga ketertiban dunia. Ketahuilah PBB, yang di dalamnya ada Amerika, Inggris, Perancis, Uni Soviet, dan China adalah kepemimpinan umat Kristen dan Yahudi, yang dijadikan sebagai alat legitimasi untuk menguasai kaum muslimin,” ungkapnya.
Di tengah aksi juga dibacakan press release pernyataan sikap yang disampaikan dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris, oleh masing-masing Ustaz Abu Naurah, Kyai H. Yasin Mutohar, dan Bung Candra Purna. Yang isinya menegaskan kembali apa yang telah disampaikan para orator.
Cuaca yang cerah cenderung panas, tak menyurutkan peserta aksi, tua maupun muda mengikutinya hingga akhir acara. Setelah ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Kyai Hj. Yasin Mutohar, aksi berakhir dengan tertib. Lokasi aksi terlihat bersih dari sampah, karena para peserta langsung mengemas dan membawa sampahnya masing-masing.
0 Komentar