Hari ini dunia dikejutkan lagi dengan pemberitaan serangan Israel terhadap Palestina. Korban berjatuhan dari kedua pihak.
Korban tewas imbas perang Israel dengan milisi Palestina, Hamas, tembus 2.904 jiwa per Kamis (12/10).Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Palestina tercatat 1.572 orang tewas dan 7.262 orang luka-luka di Jalur Gaza.Ada 32 orang meninggal dunia dan 600 orang lainnya luka-luka.(CNN Indonesia, 3/10/2023)
Di sisi lain, korban jiwa dari pihak Israel mencapai 1.300 orang dan korban luka 3.391 orang.(databoks.katadaco.id13/10/2023).
Hampir setiap hari pemberitaan terkait kondisi saudara kita di Palestina terus bersliweran. Korban terus berjatuhan manakala Yahudi Israel menghancurkan RS Sakit al-Ahli Arab di tengah-tengah Gaza. Ada sekitar 500 orang yang meninggal dunia.
Hamas pun mengutuk serangan tersebut dan dianggap kejahatan perang. Israel justru sebaliknya apa yang terjadi tidak bertanggung jawab. Hal tersebut terjadi karena peluncuran roket yang gagal oleh kelompok Jihad Islam Palestina. Bahkan Netanyahu menganggap bahwa saat ini "kita sedang perang",bukan sebuah putaran untuk melawan Hamas yang menguasai jalur Gaza. Hal tersebut di sampaikan Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri rapat kabinet mingguan di kantor perdana menteri di Yerusalem, Rabu, 27 September 2023.
Dari fakta tersebut kejahatan yang dilakukan Israel justru diamini As dan negara maju lainnya. Hal tersebut bisa dilihat dengan pengiriman tentara bantuan ke Israel. Bahkan serangan menghancurkan terhadap rumah sakit terjadi menjelang kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Israel. Kunjungan tersebut diharapkan akan membuat menegaskan dukungan AS untuk Israel dan mencoba menghentikan perang Israel-Hamas agar tidak berubah menjadi konflik yang lebih luas.
Bukan hanya itu Angkatan militer Amerika Serikat mengerahkan pesawat tempurnya untuk membantu Israel dalam konflik melawan Hamas Palestina, di mana sebelumnya telah mengirimkan kapa perang USS Gerald R. Ford ke laut Mediterania. (TRIBUN-VIDEO.COM,14/10/2023).
Sikap PBB dan Penguasa Muslim
Sikap mengecam terhadap serangan Israel oleh PBB dan WHO nyatanya hanya isapan jemol semata. Karena tak ada upaya penghentian serangan Israel kepada Palestina. Entitas Israel terus dibiarkan terus eksis menjajah di bumi para Nabi.
Celakanya, penguasa negeri-negeri muslim justru seperti tak memiliki kekuatan sedikitpun untuk mengerahkan tentaranya untuk membantu saudaranya terkungkung oleh berbagai ikatan internasional. Padahal penderitaan saudaranya terlihat di depan mata.
Bukan hanya itu, solusi yang disodorkan pun hanya upaya diplomasi agar ketegangan antar Israel dan Hammas segera mereda. Jika solusi demikian tentu sangat menyakitkan hati warga Palestina. Mengapa? Jawabannya karena apa yang dilakukan oleh Israel adalah penjajahan yang seharusnya dilenyapkan dan dihentikan bukan justru dianggap masalah konflik kemanusiaan. Sungguh naif jika solusi yang ditawarkan PBB dan Israel jalur perdamaian diamiinkan oleh penguasa muslim.Terlebih tabiat orang Israel suka membuat kerusakan yang selalu disokong oleh negara-negara Barat.
Jika demikian kekuatan yang bisa menghentikan adalah kekuatan negara yang berasaskan dari sistem azali yakni Khilafah.
Khilafah Pembebas Palestina
Sejarah mencatat bahwa berdirinya negara Israel merupakan bagian dari sokongan Inggris dan AS. Israel yang pada mulanya adalah bangsa yang tercerai berai di seluruh dunia melalui tangan Theodor Heztel bisa bersatu dan mengklaim bumi Palestina merupakan tanah nenek moyang mereka yang harus ditempati. Apa pun kata masyarakat dunia akan diabaikan demi sebuah tujuan. Tak heran jika seluruh bumi mengecampun terus menggempur.
Inilah yang seharusnya menjadi bahan renungan bersama bagi kita umat Islam agar dicari cara yang tepat untuk membebaskan saudara di Palestina.
Menelusuri jejak sejarah Islam satu-satunya pembebas Palestina adalah dengan menggelorakan semangat jihad dan berdakwah mengopinikan Khilafah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Karena dengan Khilafah bumi Palestina akan merdeka selamanya. Tak akan ada lagi deraian air mata anak yang kehilangan keluarganya. Hal inilah yang dilakukan oleh para khalifah di masa Islam tegak dalam bingkai khilafah. Sebagai contoh adalah saat kepemimpinan Umar bin Khattab yang telah mampu menyejahterakan tiga agama dengan hidup berdampingan. Mereka hidup berdampingan tanpa ada konflik. Di masa itu keamanan dan kenyamanan hidup berdampingan terjaga.
Namun sayang setelah Islam runtuh konflik di Palestina terutama di jalur Gaza justru semakin menggema.
Alhasil jika ingin Palestina bebas dari penjajahan Israel maka jihad dan khilafah solusi utamanya.
Oleh karena itu,yuk rapatkan barisan untuk terus berdakwah dan menyatukan seluruh pemikiran umat agar semakin tersadarkan bahwa khilafah menjadi kebutuhan umat. Agar tak ada lagi darah dan air mata yang tertumpah akibat ketiadaan pertolongan penguasa muslim.Tak lupa pula kita terus berdoa memohon kepada Allah agar melindungi saudara kita di Palestina. Agar izzah kaum muslimin tidak dihinakan dengan tidak menyerah kepada Israel karena ada Masjidil Aqsa benteng pertahanan terakhir kaum muslim di dunia.
Firman Allah Swt senantiasa mengingatkan kepada kita saat diujikan dengan berbagai masalah yakni di QS. Al-Baqarah Ayat 214,
Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
Wallahualam bissawab.
Oleh Heni ummufaiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar