Oleh Rini Sarah
Perang Israel dan Palestina, tepatnya Hamas, masih belum usai hingga tulisan ini dibuat. Israel semakin brutal dan membabi buta. Tanpa rasa kemanusian Israel hujani tanah yang diberkati itu dengan roket bahkan bom fosfor. Akibatnya, Gaza seakan berubah jadi krematorium raksasa. Tak ada lagi tempat aman di sana, hatta untuk wanita, lansia, dan anak-anak.
Sungguh, Israel memang telah melakukan proyek genosida. Setidaknya lebih dari 8 ribu warga Palestina tewas dalam serangan Israel. Sekitar 70% dari kematian warga Palestina adalah perempuan dan anak-anak, menurut angka resmi. Sementara, 2.3 juta rakyat Palestina bergulat dengan kondisi kekurangan makanan, air, obat-obatan, dan sarana vital bagi kehidupan lainnya. Ini adalah akibat dari pemboman brutal dan blokade total terhadap wilayah kantong tersebut (news.detik.com, 29/10/2023).
Berharap pada Adidaya, Bisa?
Lalu, bagaimana reaksi adidaya dunia atas apa yang terjadi di Gaza? Para adidaya justru malah mempertontonkan sikap hipokritnya. Mereka berkoar-koar anti penjajahan, HAM, perdamaian dunia, dan kata-kata beracun lainnya, tapi ternyata mereka tidak melakukan apa pun. Malah dengan telanjang memperlihatkan dukungannya pada Israel laknatullah.
Sebut saja Amerika Serikat, sudah menjadi hal yang diketahui bersama bahwa Amerika Serikat merupakan sekutu Israel. Dukungannya kepada Israel nampak dalam kedatangan Joe Biden ke Palestina lalu kemudian menampakkan dukungannya terhadap entitas penjajah Yahudi. Pemerintahan Joe Biden juga mengirimkan senjata ke entitas penjajah Yahudi.
Lebih lanjut, Amerika Serikat juga memveto Resolusi Dewan Keamanan PBB Amerika pada Rabu (18/10), yang menyerukan "Jeda Kemanusiaan" dalam konflik Israel-Hamas. Duta Besar AS marah karena resolusi tersebut tidak menghormati hak Israel untuk membela diri (cnnindonesia.com, 18/10/2023).
Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia juga menunjukkan sikap yang sama. Perancis, Jerman, Italia, dan Inggris berjanji untuk mendukung Israel. Pernyataan bersama disampaikan Senin malam waktu setempat.
"Ini dalam upayanya mempertahankan diri," kata negara-negara itu dikutip AFP, Selasa (10/10/2023).
Hal sama juga dimuat The Guardian. Secara rinci pernyataan tersebut dikeluarkan setelah adanya panggilan telepon antara Presiden AS Joe Biden, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri (PM) Italia, Giorgia Meloni, dan PM Inggris Rishi Sunak (cnbcindonesia.com, 10/10/2023).
Sikap Uni Eropa juga sama, mereka justru menabuh solusi absurd yaitu meningkatkan upaya solusi dua negara. Mereka seakan lupa bahwa ada penjajahan di sana. Ada perampasan wilayah di sana. Lalu, bertindak bak Santa mengatakan kepada sang pemilik wilayah untuk berbagi wilayahnya dengan sang penjarah (m.antaranews.com, 24/10/2023).
Hanya sikap Irlandia yang berbeda, Irlandia juga menyerukan gencatan senjata di Gaza. Pada Kamis (19/10/2023), Pemerintah Irlandia mengumumkan paket bantuan langsung 13 juta Euro bagi warga Palestina. Tapi itu juga tidak bisa menghilangkan penderitaan Palestina. Karena akar masalahnya yaitu penjajahan Israel atas Palestina yang hanya bisa dienyahkan oleh kekuatan militer tidak diupayakan di sana (kompas.id, 26/10/2023).
Lalu, PBB bagaimana? Sama saja. Tak ada yang bisa diharapkan dari lembaga (yang katanya) dunia itu. Terbukti, PBB sungguh tidak berdaya. Resolusi demi Resolusinya senantiasa bertekuk lutut di kaki Amerika Serikat. Termasuk, Resolusi terbaru tentang “Jeda Kemanusiaan” untuk Gaza.
Dua belas dari 15 anggota DK PBB memberikan suara mendukung resolusi yang diajukan oleh Brasil dan melakukan negosiasi selama beberapa hari, sementara dalam pemungutan suara ini Rusia dan Inggris abstain. Dan, Amerika Serikat seperti yang sudah dapat ditebak menentangnya. Penentangan Amerika Serikat ini dianggap veto bagi resolusi tersebut.
Sementara Rusia, melalui pernyataan Presiden Vladimir Putin seakan memanfaatkan situasi untuk menyerang pesaingnya, Amerika Serikat. Putin seakan mendukung Hamas dan mendorong pendirian negara Palestina. Padahal, Rusia hanya ingin membalas dendam pada Bafat dan bisa saja mengambil pengaruh di Timur Tengah yang saat ini dipegang oleh Amerika Serikat (cnbcindonesia.com, 23/10/2023).
Agenda Mandiri Umat
Berharap pada adidaya Barat bagaikan fatamorgana. justru mereka adalah aktor terciptanya penderitaan rakyat Palestina bahkan Muslim di berbagai belahan dunia. Bukankah Israel bisa menjajah Palestina juga atas sponsor mereka? Bahkan negara Palestina juga terbentuk karena peran mereka? Dunia Islam juga menjadi terkerat-kerat oleh ashobiyah (baca nasionalisme) pasca khilafah pertama dihancurkan, lalu tidak peduli terhadap nasib saudaranya, itu juga atas ulah mereka? Lalu, bukankah mereka juga yang memaksakan sistem hidup bukan Islam plus mengangkat penguasa-penguasa boneka antek Barat di dunia Islam?
Wahai kaum muslim, sekarang sudah saatnya kita mempunyai agenda mandiri, yaitu mewujudkan perisai umat sejati. Perisai umat itu adalah khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah.. Karena sejatinya seluruh Muslim dunia membutuhkannya. Sebabnya jelas, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
Imam (Khalifah) itu laksana perisai; kaum Muslim berperang di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya (HR Muslim).
Sabda Rasulullah saw. ini terbukti dalam sejarah antara lain oleh Khalifah Al-Mu’tashim Billah. Al-Qalqasyandi dalam kitabnya, Ma’âtsir al-Inâfah, menjelaskan salah satu sebab penaklukan Kota Amuriyah—kota terpenting bagi imperium Romawi saat itu, selain Konstantinopel, pada tanggal 17 Ramadhan 223 H. Dikisahkan Penguasa Amuriyah telah menawan dan menyiksa seorang wanita mulia keturunan Fatimah ra. Wanita itu menjerit memanggil Khalifah. “Di mana Anda, Wahai Mut’tashim?!”
Menurut Ibn Khalikan dalam Wafiyah al-A’yan, juga Ibn al-Atsir dalam Al-Kâmil fî at-Târîkh, berita penawanan wanita mulia itu sampai ke telinga Khalifah Al-Mu’tashim Billah. Tanpa birokrasi berbelit dan waktu lama, Khalifah Al-Mu’tashim Billah segera mengerahkan dan memimpin sendiri puluhan ribu pasukan kaum Muslim menuju Kota Amuriyah. Peperangan sengit pun terjadi. Kota Amuriyah berhasil ditaklukkan. Pasukan Romawi kalah. Sekitar 30 ribu tentaranya dibunuh. 30 ribu lainnya ditawan oleh pasukan kaum Muslim. Khalifah pun berhasil membebaskan wanita mulia tersebut.
Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain, Kaum Muslim sedunia harus mewujudkan khilafah sebagai perisai umat. Agenda mewujudkan khilafah hadir kembali di tengah-tengah umat harus jadi agenda yang sangat penting bagi umat. Upaya-upaya untuk mewujudkannya harus dilakukan. Metode sahih warisan Rasulullah saw. dalam perjuangan menegakkan khilafah harus kembali kita tempuh. Agar kesadaran umat untuk kembali menerapkan syariah dan menegakkan khilafah segera terkristal hingga pertolongan Allah dengan tegaknya khilafah islamiyah yang kedua segera hadir.
Insya Allah, jika kaum muslim sudah memiliki khilafah, yang dipimpin oleh seorang khalifah pemberani yang mengayomi, seperti Khalifah Al-Mu’tashim Billah, maka kaum muslim akan terbebas dari penjajahan. Karena Khalifah akan menaklukkan Amerika, Eropa, Rusia, Cina juga Zionis Yahudi/Israel. Khalifah pula yang akan menyatukan berbagai negeri Islam, menjaga kehormatan kaum muslim dan menolong kaum tertindas di mana pun.
Ingatlah, masa yang mulia itu akan segera tiba. Sebabnya, hal itu memang telah di-nubuwwah-kan oleh Rasulullah saw.:
ثُمّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Kemudian akan datang kembali masa Khilafah yang mengikuti metode kenabian… (HR Ahmad).
Tidakkah kita ingin menjadi salah satu orang yang beruntung meraih pahala sebagai orang-orang yang turut serta berjuang dalam penegakkannya?
0 Komentar