Harapan Palsu Kesejahteraan Ibu dan Anak dalam Negara Sekuler




#Reportase - Pada Sabtu 18 November 2023 pukul 08.30-12.30 WIB,  Telah diselenggarakan Kajian Muballighah kota Tangerang Selatan, Dirosah Syar’iyyah Syahriyyah (DSS) edisi keempat bertempat di aula Pondok Pesantren Al-Jawahir Ciputat, Tangerang Selatan. Peserta datang dari beragam kalangan, mulai dari muballighah, pemimpin majelis taklim, tokoh agama dan penggerak majelis taklim.

Acara yang bertajuk Harapan Palsu Kesejahteraan Ibu dan Anak dalam Negara Sekuler menghadirkan tiga pembicara. Ustadzah Hj. Rukiyah selaku Muballighah Tangerang Selatan bertindak sebagai pembicara pertama. Beliau menjelaskan tugas dan tanggungjawab seorang pria dan wanita dalam perspektif al-Qur’an dan al-Hadits. Bahwa setiap pria sebagai pemimpin dalam keluarga (qawwan) memiliki kewajiban atas anggota keluarganya. Tak hanya kewajiban memberi nafkah dengan cara yang ma’ruf, namun termasuk juga berkewajiban mendidik anggota keluarganya dengan Islam dan mengajak mereka untuk taat kepada Allah Swt.

Selanjutnya Ustadzah Suriani, S.Pd.I selaku Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik adalah pembicara kedua. Beliau memaparkan data dan fakta yang menunjukkan perempuan dan anak baik di kota Tangerang Selatan maupun nasional. Tingginya angka kemiskinan, melonjaknya angka kematian ibu dan anak serta kasus stunting yang semakin memprihatinkan menunjukkan bahwa perempuan dan anak di Indonesia masih jauh dari kata sejahtera. 

Berbagai regulasi dibuat oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya Perempuan dan anak namun hingga hari ini masih jua belum terselesaikan. Ustadzah Suriani menjelaskan bahwa program-program pemerintah seperti pemberian Bantuan Sosial (Bansos), Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), hingga pemberdayaan ekonomi Perempuan dengan melibatkan mereka dalam kegiatan UMKM tidak akan pernah bisa ciptakan kesejahteraan.

Penyebabnya karena semua program itu dibiayai oleh negara dari pajak dan utang luar negeri yang berbasis ribawi. Wajar saja, sebab sistem sekuler yang diterapkan di negeri ini mengakibatkan liberalisasi sumber daya alam. 94,8% lahan Indonesia dikuasai oleh koorporasi sementara 70% tambang dikuasai Perusahaan swasta dan asing. Padahal seharusnya kekayaan alam tersebut dikelola oleh negara dan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat.

Pembicara terakhir adalah ustadzah Afifatul Millah, STP selaku Muballighah kota Tangerang Selatan. Konsern materi beliau adalah menjelaskan kehebatan dan keunggulan politik ekonomi Islam dalam mengelolaan APBN. Beliau memaparkan perbedaan sistem ekonomi sekuler-kapitalis dengan sistem ekonomi Islam. Jika ekonomi sekuler memberi kebebasan swasta untuk mengelola kekayaan alam sebuah negara, maka hal itu justru diharamkan dalam Islam. Allah Swt melarang kekayaan alam diserahkan kepada siapapun, baik individu, perusahaan swasta maupun negara-negara asing. 

Pengelolaan kekayaan alam secara mandiri oleh negara akan membantu stabilisasi keuangan negara. Negara akan mampu memberikan layanan kesehatan, pendidikan, keamanan secara cuma-cuma bagi masyarakat termasuk menjamin tiap-tiap individu rakyat terpenuhi seluruh kebutuhan mendasarnya.

Selain itu, beliau juga memaparkan bagaimana mekanisme pemberian nafkah dalam pandangan Islam. bahwa setiap laki-laki muslim akan didorong untuk bekerja dalam rangka menunaikan kewajibannya atas keluarganya. Jika seorang laki-laki (suami) tidak mampu bekerja maka kewajiban nafkah atas keluarganya jatuh ke anggota keluarga dari suami tersebut. Jika dari pihak keluarga suami pun tidak mampu menafkahi karena kondisi lemah atau miskin maka negara berkewajiban untuk menjamin kebutuhan keluarga tersebut.

Tentu saja kondisi ideal tersebut hanya akan terealisasi jika Islam kaffah diterapkan dalam sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah. Sebab hanya sistem pemerintahan khilafah sajalah yang bisa menjadi wadah bagi penerapan hukum-hukum Islam secara kaffah. Dan Sejarah telah membuktikan, selama Islam diterapkan keluarga-keluarga muslim hidup dalam kesejahteraan.

Sekitar 50 peserta yang hadir di acara ini sangat antusias menyimak dan  berdiskusi dengan ketiga pembicara. Dari angket yang dibagikan terungkap peserta berkomitmen untuk terlibat menyampaikan tentang Islam Kaffah ke setiap pengajian-pengajian yang mereka pimpin. 

Acara luar biasa ini ditutup dengan sesi doa yang sebelumnya diputarkan video kondisi kaum muslimin  saat ini di Gaza, Palestina sekaligus mengirimkan doa agar Allah Swt segera menurunkan pertolongannya dan kemenangan atas kaum muslimin segera diraih. Wallahu A’lam

Posting Komentar

0 Komentar