Kongres Muslimah Muda; Kapitalisasi Pendidikan dan Eksploitasi Perempuan adalah Hasil Praktik Jahiliyah Sistem Kapitalisme



Reporter Anita Rachman


“Teman-teman, pertanyaan klasik setelah kita lulus apa? ‘habis ini mau kemana’, ya kan? Dan jawabannya tidak jauh-jauh dari tiga pilihan ini. Pertama, lanjut kuliah tapi mahal. Kedua, kerja tapi ngedapetinnya lebih sulit daripada nyari jodoh. Ketiga, nikah dengan segala konsekuensi yang juga tidak mudah,” ungkap Namira Azahra, aktivis muslimah Bandung dalam standup dakwahnya, mengawali acara Kongres Muslimah Muda Nasional, Ahad, 29 Oktober 2023. 


Kongres diselenggarakan secara hybrid, live dari tujuh propinsi, disaksikan dari berbagai titik nobar oleh lebih dari 13.000 remaja muslimah SMA, mahasiwa, aktivis pemuda dari seluruh Indonesia. Acara diisi dengan standup dakwah, talkshow pakar, dan aktivis speakup yang kesemuanya membahas permasalahan pemuda. 


Jaringan Aktivis & Lembaga Muslimah Muda “JAM” sebagai penyelanggara acara menyoroti kondisi generasi muda hari ini yang berada dalam bayang-bayang nestapa. Kebingungan mencari makna bahagia di tengah terpaan masalah; ekonomi sulit, pendidikan mahal, dan keamanan hilang. Berpendidikan tapi hanya untuk menjadi budak korporat. Harapannya dengan acara ini, akan semakin banyak generasi muda yang memahami langkah ke depan untuk menjadi generasi muslim yang sejahtera juga mulia. 


Para aktivis muslimah muda dari titik live Makasar yang mewakili Sulawesi dan Maluku, memberikan perspektifnya tentang ‘Pemuda dan Kemiskinan’. Mereka menyoroti jurang kemiskinan antara si kaya dan si miskin yang semakin dalam dan tingkat pengangguran yang kian tinggi di tengah berlimpahnya sumber daya alam negeri ini. Menurut mereka, ini bukan karena rakyat malas bekerja. Tapi faktanya kekayaan negeri ini berputar di orang kaya saja. 


Mereka menyimpulkan, ini adalah kemiskinan structural, dampak sistem kapitalisme. Para kapital menguasai mayoritas sumber daya alam yang harusnya milik rakyat. Ini terjadi karena umat berpaling dari Islam kaffah yang jelas-jelas menjamin kesejahteraan dan kemuliaan. Maka dari itu, mereka menyeru harus ada upaya terus menerus mencerdaskan umat akan urgensinya penerapan sistem Islam sebagai satu-satunya solusi tuntas kesejahteraan perempuan dan masyarakat.


Kemudian, aktivis muslimah muda dari titik live Surabaya, mewakili Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat juga memberikan perspektifnya tentang ‘Pemuda & Pemberdayaan Ekonomi Perempuan’. Disampaikan bahwa negeri ini memiliki bonus demografi, termasuk perempuan. Bagi kapitalisme ini adalah potensi ekonomi, sehingga perlu memberdayakan mereka dengan mendorongnya untuk bekerja. Bahkan lembaga pendidikan pun disiapkan untuk mencetak lulusan siap kerja. 


Padahal menurut mereka, kesibukan menempuh pendidikan dan mencari kerja ini lambat laun melemahkan kemampuan berpikir kritis dan mengalihkan pemuda dari kewajibannya memikirkan umat. Pemberdayaan ekonomi perempuan yang hari ini digencarkan pun bukanlah solusi kesejahteraan tapi justru membajak potensi generasi, menggiringnya mengikuti standar hidup ala kapitalisme yang hanya fokus pada tujuan duniawi. 


Menanggapi apa yang disuarakan para aktivis perwakilan Makasar dan Surabaya, Dr. Caria Ningsih, SE., MSi., Ph.D, Pakar Politik Ekonomi Islam, sebagai narasumber menyampaikan, pertama, “Betul negeri ini sangat kaya akan sumber daya alam tapi tidak dinikmati rakyat. Ini bukti ada salah kelola. Kita lihat negara ini diurus oleh korporat. Mereka para kapitalis, politikus, penguasa, bekerjasama menguasai negeri ini. Maka yang terjadi adalah kapitalisasi dalam segala bidang, termasuk pendidikan. Biayanya menjadi mahal karena dikelola swasta,” ungkapnya. 


“Kedua, betul hari ini wanita hanya dijadikan komoditas ekonomi. Mereka didorong untuk bekerja, aktif di luar rumah. Faktanya, berapa pun besarnya pendapatan mereka, ternyata tidak mampu mendongkrak kesejahteraan. Belum lagi muncul permasalahan baru, keluarga terbengkalai dan wanitanya sendiri menghadapi banyak ancaman pelecehan dan eksploitasi,” lanjutnya tegas. 


Ketika ditanya oleh moderator, “Lantas masihkah ada harapan?” Dr. Caria menjawab. “Kita tidak boleh berputus asa. Allah telah mengutus Rasulullah menyampaikan risalah Islam yang paripurna, yang tidak hanya mengatur ibadah mahda, tapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hal muamalah, termasuk sistem ekonomi,” jawabnya. 


Dr. Caria menyampaikan, sistem ekonomi Islam menjamin secara komprehensif kebutuhan pokok masyarakat, baik individu maupun kolektif. “Sandang, pangan, papan adalah tanggungjawab laki-laki atau wali yang cara perolehannya dimudahkan oleh negara. Jadi, wanita tidak wajib bekerja. Boleh bekerja tapi sebatas mengimplementasikan ilmunya ataupun pengabdian masyarakat, bukan sebagai penopang ekonomi keluarga apalagi negara. Untuk kesehatan, keamanan dan pendidikan, maka dijamin penuh oleh negara. Jadi nggak ada istilah biaya kesehatan atau sekolah itu mahal. Berbeda dengan kapitalis di mana rakyat harus memenuhinya semuanya sendiri,” jelasnya. 


Dr. Caria menunjukkan bahwa dulu Islam berhasil mengangkat rakyat Arab dari kondisi jahiliyah menjadi sejahtera dan mulia. “Hari ini kapitalisme yang katanya ada di era peradaban modern, justru melakukan praktik jahiliyah! Makanya, pada para aktivis muslimah muda jangan diam!. Bergeraklah, terus menyeru penerapan Islam kaffah, untuk meraih kembali kesejahteraan dan kemuliaan,” serunya. 

Posting Komentar

0 Komentar