Solusi Dua Negara, Sebuah Prediksi yang Sulit Terealisasi

 


Oleh Ruruh Hapsari


#CatatanRedaksi - Hingga saat ini korban syahid telah mencapai puluhan ribu yang mayoritas adalah rakyat sipil, terdiri dari perempuan juga anak-anak. Segala infrastruktur hancur lebur. Listrik dan air sudah tak lagi mengaliri area seluas satu kecamatan itu. Tentara IDF hanya berani membombardir masyarakat tak bersenjata yang tidak berdaya. 

Di tengah dukungan Indonesia kepada penolakan peristiwa genosida di P4l35t1n4, negeri ini pun mendukung solusi dua negara (two state solution) dapat segera terwujud. Hal ini disampaikan oleh Menteri luar negeri, Retno Marsudi di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 26 Oktober lalu. 

Retno menyatakan bahwa tidak akan ada perdamaian sampai akar masalah konflik teratasi. Menurutnya, dengan adanya proses perdamaian untuk mewujudkan solusi dua negara merupakan solusi yang harus dilakukan (detik.com, 3/11/2023).

Selain itu Uni Eropa pun mendorong hal yang sama. Kepala Kebijakan Luar Negeri EU, Jossep Borrel menyatakan bahwa solusi dua negara tetap menjadi pilihan yang paling layak, walaupun hal tersebut sangat kompleks (antaranews.com, 24/10/2023).

Tak berbeda pula dengan Jerman yang memberikan dukungan kuatnya untuk melakukan solusi dua negara. Wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Kathrin Deschauer mengungkapkan bahwa solusi dua negara merupakan solusi satu-satunya untuk menciptakan kehidupan damai antara dua negara.

Berbeda dengan yang lain, Iran justru menolak solusi dua negara. Pada kesempatan tersebut, Iran menyerukan solusi demokratis untuk negara tunggal. Presiden Iran Ebrahim Raisi menyatakan bahwa sejak awal kemenangan revolusi Islam, Iran sudah mempunyai pendapat yang jelas mengenai hak rakyat P4l35t1n4 dan menganggap rezim Z10n15 merupakan rezim palsu yang merampas tanpa identitas (tribunnews.com, 13/11/2023).

Perjalanan Kesepakatan “Solusi Dua Negara” 

Solusi dua negara yang digadang-gadang oleh beberapa negara ini bertujuan untuk mewujudkan dua negara 15r43l dan P4l35t1n4 yang hidup berdampingan secara damai. Dahulu, sekitar tiga puluh tahun lalu, pada 1993, pemeritahan Z10n15 dan Organisasi Pembebasan P4l35t1n4 (PLO) menyetujui solusi ini.

Tepatnya pada April 1993, PLO di bawah kepemipinan Yasser Arafat bernegosiasi secara rahasia dengan pemerintahan Z1on15 untuk menjalani kemungkinan penyelesaian damai antara kedua belah pihak. Kesepakatan Oslo yang merupakan dokumen pertama ditandatangani pada 13 September 1993 oleh Arafat dan para pimpinan pemerintahan Z1on15.

Perjanjian tersebut menyebutkan pengakuan kedua belah pihak dan menetapkan kondisi Tepi Barat dan G@z@ secara bertahap diserahkan kepada otoritas P4l35t1n4 yang baru dibentuk di bawah pimpinan Arafat sebagai presiden pertama. 

Penyerahan pada ototritas P4l35t1n4 ini pada awalnya dilakukan selama lima tahun pertama. Namun sepanjang tahun 1990an, negosiasi tersebut tersendat dan kemudian pecahlah pemberontakan rakyat atas pendudukan Z10n15 yang dikenal dengan Intifada.

Bisakah Berjalan Lancar?

Menurut P4l35t1n14n Center for Policy and Survey Research (PSR), dukungan masyarakat di kedua negara lambat laun berkurang secara drastis atas solusi dua negara ini. Walaupun pada kenyataannya dukungan masyarakat atas kesepakatan tersebut di kedua negara mengalami fluktuasi, hal ini bergantung dari situasi dan ideologi politik pada saat itu (dw.com, 3/2/2023).

Pada 2014 terjadi perundingan damai antara kedua negara dan berakhir buntu. Sejak saat itu belum ada lagi inisiatif kongkrit untuk mendamaikan kedua negara tersebut. Namun begitu dengan maraknya pembangunan pemukiman Y4hud1 di Tepi Barat yang diduduki pada kenyataannya semakin mempersulit realisasi dua negara.

Begitu pula sejak akhir 2022, I5r43l kembali dikuasi oleh rezim ultra nasionalis di bawah pemerintahan Benjamin N3y4ny4hu. Selain itu ia terus berusaha mendorong pemukiman tersebut dan ingin memaksa aneksasi terhadap sebagian wilayah P4l35t1n4 (voaindonesia.com, 16/11/2023).

Seorang pakar dari Brown University, AS, Omer Bartov merasa skeptis terhadap kesepakatan ‘Solusi Dua Negara’ ini. Omer menyatakan bahwa solusi tersebut tidak realistis karena ke depannya menjadikan P4l35t1n4 lemah secara ekonomi dan bergantung pada I5r43l. 

Pada dasarnya Solusi Dua Negara ini secara otomatis mengakui eksistensi I5r43l sebagai sebuah negara yang berdampingan dengan P4l35tin4. Tanpa melihat bahwa 75 tahun lalu mereka telah mengusir secara paksa sekitar 700 ribu warga P4l35t1n4 yang sampai saat ini masih berstatus sebagai pengungsi. Belum lagi puluhan ribu warga P4l35t1na yang terbunuh pada peristiwa Nakba dan sampai saat ini pun sudah tidak terhitung berapa nyawa termasuk infrastruktur yang hancur di sana. 

Kemudian, tanah mereka justru didiami oleh orang-orang baru berbangsa Y4hud1 dari berbagai negara. Sampai saat ini, pemukiman para pendatang itu justru semakin banyak dan terus merangsek ke Masjid Al Aqsa.

Tiap saat Z10n15 Y4hud1 dengan seenaknya membantai anak-anak dan wanita warga P4l35t1n4 saat sedang salat di masjid, saat ibadah pada bulan Ramadan ataupun pada hari raya Idul Fitri di masjid Al Aqsha ataupun pada hari yang tidak ada perayaan apapun. Penyerangan selalu terjadi dan moncong senjata selalu diarahkan pada warga sipil.

Sehingga apakah dengan solusi dua negara, bisa membuat perbuatan Z10n15 mereda? Ustaz Ismail Yusanto menyatakan dalam chanel Youtube nya bahwa ada dua persoalan yang muncul apabila Solusi Dua Negara dimunculkan.

Pertama, jika mengakui eksistensi penjajah Zi0n15 berarti telah mengakui seluruh kekejaman dan seluruh penguasaan wilayah P4l35t1n4. Layaknya pengakuan dan perdamaian terhadap perampok yang telah menguasai seluruh rumah dan melakukan tindakan sangat keji. Sesungguhnya hal ini tidak masuk akal.

Kedua, dengan adanya Solusi Dua Negara maka Pl35t1n4 tidak betul-betul menjadi sebuah negara, karena syarat sebuah negara tidak ada padanya. Seperti tidak adanya pertahanan negara ataupun batas wilayah yang jelas. Selain itu, segala hal tentang P4l35t1n4 hingga infrastruktur pun diatur oleh pemerintahan Z10n15.

Maka, apakah perlu terus bersikeras pada solusi yang tidak membawa perubahan total pada nasib rakyat P4lst1n4 ini? Wallahu’alam. 

Posting Komentar

0 Komentar