Banjir, Fenomena Alam Atau Akibat Ulah Tangan Manusia?

 

Oleh : Siti Rima Sarinah

 

#Bogor Kota_Hujan adalah sebuah keberkahan dari Allah Swt. yang diturunkan untuk semua makhluk yang ada di muka bumi ini. Sebab, turunnya hujan sangat bermanfaat dan dibutuhkan bukan hanya untuk manusia, tetapi hewan dan tumbuh-tumbuhan. Terlebih lagi Kota Bogor yang dikenal dengan Kota Hujan, dengan curah hujan yang tergolong tinggi. Sakingnya tingginya curah hujan, Kota Bogor seakan tidak memiliki musim kemarau seperti yang terjadi di wilayah-wilayah lain di Indonesia.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor Theofilo Patrocinio Freitas mengatakan bahwa ada 13 kejadian bencana di wilayah Kota Bogor, disebabkan hujan deras yang mengguyur pada Rabu, 29 November 2023. Bencana yang terjadi meliputi 6 banjir lintasan, 4 tanah longsor, 2 bangunan ambruk dan 1 pohon tumbang. Dari jumlah tersebut, terdapat 11 rumah mengalami kerusakan dan 331 terdampak banjir walaupun tidak menimbulkan korban jiwa. (okenews, 30/11/2023)

Turunnya hujan senantiasa mengakibatkan kota ini dikepung oleh banjir. Terjadinya banjir tentu bukanlah tanpa sebab, kondisi ini menunjukkan bahwa tata kota, pengurusan sampah dan mitigasi bencana di Kota Bogor masih sangat buruk. Pengamat lingkungan Eman Rustiadi menuturkan, fenomena banjir terjadi oleh berbagai faktor, di antaranya faktor alam dan juga kesiapan mitigasi bencana. Cuaca ekstrem dan intensitas hujan yang tinggi, ditambah dengan alam Kota Bogor yang semakin berkurang ruang terbuka hijau, menyebabkan penyerapan air hujan semakin berkurang.

Tidak dipungkiri, massifnya pembangunan yang dilakukan pemkot Bogor dari tempat wisata, hotel, infrastruktur dan lain sebagainya, mengakibatkan berkurangnya ruang resapan air hujan. Kota Bogor sebagai kota wisata terus berbenah diri dengan melakukan berbagai pembangunan untuk menarik para wisatawan baik lokal maupun asing untuk berlibur di kota ini. Sebab, sektor wisata menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bogor.

Selain itu, tidak sedikit masyarakat yang terpaksa tinggal dan membangun pemukiman di area bantaran sungai yang tidak sesuai peruntukannya. Hal ini diperparah juga  dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan, karena kebanyakan masyarakat membuang sampah sembarangan seperti di kali atau di sungai yang akhirnya turut menyebabkan banjir. Penumpukan sampah di tepi jalan turut mewarnai pemandangan di Kota Bogor. Walhasil banjir menjadi fenomena yang terus terjadi tatkala hujan turun.

Banjir yang mengakibatkan tanah longsor dan bencana lainnya bukan hanya terjadi di Kota Bogor, melainkan juga terjadi hampir di semua wilayah di Indonesia. Hujan yang seharusnya menjadi sebuah anugerah bagi manusia justru menjadi bencana bagi manusia, karena ulah tangan manusia yang salah dalam tata kelola lahan. Namun kondisi ini tidak membuat penguasa negeri ini mengambil pelajaran dan berbenah diri untuk mengatasi persoalan ini.  Hal ini tak lepas dari penerapan sistem kapitalisme yang menjadi landasan lahirnya berbagai aturan dan kebijakan yang diterapkan oleh penguasa negeri ini. Tata kota dikelola untuk kepentingan para korporasi, yang pada akhirnya merusak keseimbangan alam dan menimbulkan berbagai macam bencana.

Di sisi lain rakyat kecil kian terpinggirkan, mereka yang tidak memiliki akses untuk bisa menempati hunian yang layak dan aman, terpaksa harus tinggal di bantaran sungai, atau dipinggiran rel kereta api, di tempat-tempat rawan banjir dan longsor. Ini semakin menegaskan negara yang menerapkan kapitalisme sebagai auto pilot. Negara enggan untuk mengurusi urusan rakyatnya. Rakyat dipaksa secara mandiri mengurusi dan menyelesaikan persoalan kehidupan yang mereka hadapi. Mirisnya, negara justru menggelar “karpet merah” atas nama investasi bagi korporasi untuk memuluskan semua kepentingan dan keinginan mereka. Dan rakyat kerap kali menjadi tumbal atas kezaliman yang dilakukan oleh negara.

Sistem kapitalisme memang bukanlah sistem yang layak diterapkan. Rakyat butuh sistem yang menjadikan penguasanya menjadi pelayan dan pengurus bagi rakyatnya. Sistem tersebut adalah sistem Islam yang menjadikan syariat Allah sebagai landasannya dan mampu memberikan solusi untuk berbagai macam persoalan kehidupan. Karena Allah Swt. sebagai pencipta semua makhluk, tentu paling mengetahui apa yang terbaik bagi semua makhluk-Nya.

Allah Swt. telah memberikan seperangkat aturan untuk mengelola alam agar keseimbangan dan kelestarian alam tetap terjaga. Hujan yang merupakan anugerah, diturunkan dengan membawa manfaat dan dibutuhkan oleh semua makhluk. Hujan tidak akan menjadi bencana bagi manusia apabila manusia mengelola alam sesuai dengan syariat Sang Pencipta. Jika tidak, tentu bencana alam takkan bisa dihindari lagi, bahkan bisa mengorbankan jiwa manusia. Allah Swt berfirman, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (TQS. Ar Ruum : 41).

Untuk mengantisipasi terjadinya banjir, Islam memiliki mekanisme dengan melakukan pemetaan tata kota yang baik dan benar dan tentu saja sesuai dengan syariat Islam.  Jika yang menjadi penyebab banjir adalah keterbatasan daya tampung lahan terhadap curahan air hujan, baik akibat banjir, gletser dan lain sebagainya, maka negara akan menempuh upaya-upaya dengan membangun bendungan-bendungan dengan berbagai tipe untuk menampung curahan air dari aliran sungai, curah hujan, mencegah banjir maupun untuk keperluan irigasi.

Negara juga membuat undang-undang dan kebijakan bahwa pembukaan pemukiman harus menyertakan variabel-variabel drainase, penyediaan daerah resapan air, serta penggunaan air tanah berdasarkan karakteristik tanah dan topografinya. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadinya banjir ataupun genangan air.

Apabila ketika terjadinya banjir menimbulkan korban, maka negara bertindak cepat untuk memberikan bantuan logistik berupa tenda atau tempat pengungsian, makanan, pakaian dan pengobatan yang layak agar korban segera ditangani dan tidak mengalami kekurangan makanan atau tempat istirahat yang tidak memadai. Selain itu, memberi edukasi kepada rakyat akan penting kebersihan dan membangun kesadaran untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya. Sebab, kebersihan dalam Islam merupakan bagian dari iman.

Dengan hadirnya negara sebagai garda terdepan untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh rakyat, setiap persoalan akan mudah diatasi. Inilah sistem Islam dalam naungan khilafah yang layak menjadi satu-satunya sistem aturan kehidupan manusia, sehingga apa saja yang diturunkan Allah menjadi keberkahan bagi umat manusia. Sebaliknya, apabila mengganti syariat Islam dengan hukum buatan manusia yang lemah maka bisa dipastikan bencana, kerusakan dan kezaliman akan terus terjadi. Wallahua’lam.

_____




Posting Komentar

0 Komentar