Oleh: Nora Trisna Tumewa, Aktivis Muslimah
Fakta penjajahan Palestina hingga hari ini merupakan sebuah catatan besar yang terjadi pada 7 Oktober 2023, ketika pejuang Hamas melakukan perlawanan yang dinamai ‘Operasi Badai Al Aqsa’ dengan ribuan roketnya yang menyerang kawasan penjajah Zionis Yahudi. Korban jiwa dalam serangan mendadak tersebut mencapai 700 orang dan puluhan lainnya tersandera.
Serangan tersebut menunjukkan bahwa semangat perjuangan umat Islam untuk membebaskan bumi Palestina yang diberkahi tidak pernah padam. Alasan di balik serangan tersebut berkaitan dengan ketidakadilan di bumi Palestina selama 75 tahun sejak 1948. Tak ingin kalah, Zionis Yahudi membalas dengan serangan yang jauh lebih besar dan membabi buta.
Namun, balasannya, dalam sepekan mereka menjatuhkan 6.000 bom dengan total berat 4.000 ton ke Gaza. Akibatnya, lebih dari 1.400 orang warga sipil tewas, termasuk bayi dan anak kecil. Pengeboman ini menyebabkan seluruh lingkungan Gaza, rumah bagi 2,3 juta penduduk termasuk anak-anak di dalamnya telah luluh lantak.
Banyak pihak yang menilai tindakan tersebut adalah genosida dan kejahatan perang yang melawan hukum internasional. Pasalnya, Yahudi diduga menggunakan bahan kimia terlarang, yaitu fosfor putih. Dugaan tersebut berdasarkan hasil analisis Human Right Watch karena telah memverifikasi video yang diambil pada 10-11 Oktober 2023 di Lebanon. Fosfor putih merupakan bahan kimia berbahaya yang dapat membakar kulit hingga ke tulang pada suhu 800 derajat Celcius. Hal tersebut diperparah dengan fasilitas air yang sengaja dihancurkan, pemadaman listrik dan pemutusan hubungan internet oleh entitas Yahudi.
Mereka berupaya menghabisi nyawa setiap warga Palestina, tidak memandang anak-anak, wanita, dan orang tua. Selain itu, mereka juga menutup rapat-rapat kekejaman yang dilakukan dengan menyebarkan berita hoaks kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Hamas. Untuk menguasai media, Zionis Yahudi membangun narasi gerakan perjuangan Hamas adalah tindakan kriminal. Selain itu untuk melegalkan eksistensi entitas Yahudi yang mengklaim sebagai pemilik tanah Palestina.
Sudah satu bulan lebih pembantaian dilakukan oleh Zionis terhadap Muslim di Palestina. Korban berjatuhan mencapai 10 ribu orang yang terdiri dari bayi/anak-anak, belum lagi puluhan ribu yang terluka parah. Sudah hilang rasa kemanusiaan Zionis Yahudi. Respons penguasa Muslim dan kaum Muslimin global, kericuhan yang terjadi di dunia nyata maupun dunia maya ini belum membuat pemimpin kaum Muslim murka. Jangankan murka, mereka masih membatu bak macan yang hanya beraksi di podiumnya. Adapun pemimpin yang pro Palestina hanya menggertak dalam mimbarnya saja. Para pemimpin Muslim disibukkan melakukan normalisasi, menjalin hubungan diplomatik dengan penjajah Yahudi.
Mengapa tindakan Zionis Yahudi ini tampak sangat kuat dan tidak ada yang bisa menghalangi aksinya? Pasalnya, mereka mendapat dukungan dari beberapa negara penyokongnya, seperti AS, Inggris, Jerman, Prancis dan Italia. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan pada Sabtu, 11 November, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dengan percaya diri menantang para pemimpin Arab jika mereka ingin melindungi kepentingan mereka, maka mereka harus diam.
Selain itu, ia menolak seruan internasional untuk melakukan senjata di Gaza. Justru sebaliknya, Netanyahu malah ingin melanjutkan pertempuran dengan tujuan pemusnahan kelompok Hamas. Ia mendesak para pemimpin negara Arab untuk menentang Hamas dan menuduh Hamas yang membawa bencana di Gaza dengan mengorbankan nyawa warga sipil.
Padahal dalam KTT gabungan Islam Arab yang digelar di Riyadh tujuannya mendesak pengadilan kriminal internasional untuk menyelidiki kejahatan perang dan kemanusiaan yang dilakukan oleh Zionis Yahudi di Palestina. Arab Saudi melalui Putra Mahkota Saudi, Mohamed bin Salman sampai mengumpulkan para pemimpin Arab untuk memperkuat tujuan tersebut. Namun sangat disayangkan, sampai detik ini pun belum ada hasil yang sangat berdampak, nyatanya kejahatan tetap terjadi di bumi Palestina. Ini tamparan keras bagi para penguasa negeri-negeri Muslim yang berkilah dengan upaya melawan penjajah Yahudi, padahal sesungguhnya mereka tidak memiliki kuasa atau kendali.
Mereka hanya bisa mengecam, mengutuk, atau membisu, padahal dunia sudah mendukung perjuangan rakyat Palestina. Di Indonesia sendiri, Presiden Joko Widodo telah melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden AS Joe Biden di Washington DC, pada Senin 13 November 2023. Presiden Jokowi meminta agar Joe Biden untuk menggunakan pengaruhnya terhadap tindakan kekejaman yang dilakukan Israel.
Nyatanya kekuasaan para pemimpin Arab atau mayoritas Muslim tidak berguna melindungi umat Islam, apalagi untuk menegakkan Islam secara kaffah. Justru mereka malah berhati-hati dalam menyikapi perang ini agar kepentingannya tidak ternodai. Masalah Palestina bukan soal kemanusiaan, ini persoalan agama, sudah 43 hari agresi brutal dan keji yang telah dilakukan oleh Zionis Yahudi terhadap rakyat Palestina dan telah menewaskan 11.500 jiwa anak-anak maupun perempuan dan akan terus bertambah.
Aksi kebrutalan tersebut semakin menjadi-jadi dengan membombardir gedung-gedung sekolah yang menjadi tempat pengungsian rakyat Palestina. Tidak sampai di situ bahkan rumah sakit tak luput dari sasaran bom para penjajah Zionis yang seharusnya menjadi tempat teraman bagi korban luka-luka menurut aturan perang internasional. Saat ini tak hanya di Gaza, Zionis pun mulai memperluas agresi ke wilayah tepi barat dan sudah banyak menelan korban.
Tak cukup sampai di situ kini penderitaan rakyat Palestina, khususnya kaum Muslim semakin bertambah dengan bertebaran opini-opini serta tuduhan yang menyudutkan perjuangan dan nasib mereka. Di media sosial secara masif dibangun narasi mengkriminalisasi pergerakan perjuangan Hamas.
Tak sedikit pula masyarakat yang akhirnya menganggap apa yang dilakukan Hamas merupakan aksi terorisme dan tindakan Zionis bagian dari mempertahankan diri juga untuk membasmi gerakan-gerakan terorisme. Opini ini sungguhlah sesat dan menyesatkan untuk mengkriminalisasi gerakan perlawanan rakyat Palestina terutama Hamas. Mereka membangun narasi ini juga untuk melegalkan eksistensi Zionis Yahudi untuk mengklaim sebagai pemilik tanah Palestina.
Selain itu hal yang lebih menyesatkan lagi menyebutkan dalam tragedi Palestina ini bukanlah persoalan agama, tetapi persoalan kemanusiaan. Alasannya, bukan hanya warga Muslim yang menjadi korban, umat Nasrani Palestina pun juga menjadi sasaran kekejaman Zionis Yahudi. Akan tetapi sebagai umat Muslim, persoalan Palestina merupakan persoalan agama bukan hanya sekadar persoalan kemanusiaan. Banyak alasan mengapa sebagai kaum Muslim harus memandang dan menyelesaikan krisis Palestina sesuai syariah Islam. Di antaranya, mayoritas korban genosida oleh entitas Yahudi adalah saudara seiman. Harta dan jiwa mereka terancam bahkan dibunuh oleh kaum Yahudi penjajah.
Sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam al-Qur'an Surah al-Hujurat ayat 49 yang artinya, “Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara.” Bagi umat Islam, Palestina tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam karena di sanalah berdiri kiblat pertama umat Islam yaitu Masjidil Aqsha. Dalam sejarah panjang umat Islam, tanah Palestina merupakan tanah kaum Muslimin sejak Kekhilafahan Umar bin Khaththab ra. Beliau telah mendapat kunci dan menandatangani perjanjian dengan Pendeta Sofronius untuk melindungi Palestina mereka meminta kepada Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. untuk mengusir Yahudi dari Yerusalem. Permintaan ini pun disepakati oleh beliau. Maka perjanjian ini masih akan terus mengikat kaum Muslim sampai Hari Kiamat nanti.
Bukankah Nabi Muhammad SAW juga telah mengingatkan umat untuk menjaga perjanjian-perjanjian mereka "Kaum Muslim harus memenuhi syarat-syarat yang telah mereka sepakati, kecuali syarat yang mengharamkan suatu yang halal atau menghalalkan suatu yang haram (HR al-Bukhari).”
Oleh karena itu sudah sepatutnya sebagai Muslimin janganlah mudah tertipu dengan narasi dan opini yang dibuat untuk menjauhkan kita dari agama Allah. Tidak sepantasnya pula kita terpedaya oleh tipu daya yang dibangun oleh media propaganda Barat yang menginginkan krisis Palestina dikembalikan kepada PBB. Karena hakikatnya sama dengan menyerahkan nyawa saudara kita seiman untuk kembali dibantai oleh Zionis Yahudi.
Pendudukan Israel atas Palestina dalam perjalanan sejarah fakta menunjukkan bahwasanya Zionis Yahudi tak pernah memiliki negara, mereka adalah bangsa yang tercerai berai dan tersebar di berbagai penjuru dunia. Maka klaim bahwa tanah Palestina merupakan tanah nenek moyang mereka atau tanah yang dijanjikan seperti yang sering mereka serukan itu merupakan sebuah kedustaan dari Yahudi dan Barat.
Hal ini bermula dari gagasan Theodor Herzl, yaitu bapak Zionis internasional yang menginginkan berdirinya negara Yahudi. Ia mengklaim bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan oleh Tuhan yang membentang dari sungai Nil di Mesir hingga sungai Euphrat di Irak. Mengapa Palestina? Pemilihan wilayah ini bukan tanpa alasan, wilayah Palestina dianggap memiliki kedekatan sejarah dengan Yahudi. Mereka menganggap bahwa mereka dulu pernah berada di sana selain itu mereka juga meyakini bahwa bangunan Masjidil Aqsha kini berdiri di atas bangungan atau kuil yang didirikan oleh nenek moyang mereka lebih dari 2000 tahun silam.
Sehingga berbagai upaya pun dilakukan oleh Herzl agar Yahudi bisa mendirikan negara di tanah tersebut, ia pun meminta wilayah Palestina kepada Khalifah Sultan Abdul Hamid II akan tetapi permintaan tersebut ditolak. Maka Herzl dengan bantuan negara barat serta kaum Yahudi ia menghancurkan kekhilafahan Utsmani, yang ia yakini cita-cita negara Yahudi hanya dapat diwujudkan apabila pelindung wilayah tersebut hancur dan setelah kehancuran kekhalifahan tersebut selanjutnya mereka diberi legitimasi oleh PBB untuk menduduki wilayah palestina hingga saat ini.
Fakta Zionis Yahudi Penjajah
Apa yang terjadi di Palestina sepanjang lebih dari 70 tahun ialah pendudukan wilayah oleh Yahudi secara ilegal adalah bentuk dari penjajahan. Maka layak dikatakan bahwa Zionis adalah penjajah dan Palestina merupakan milik kaum Muslim. Ada 3 hal mengapa kaum Zionis Yahudi layak disebut sebagai penjajah: Pertama, Palestina merupakan tanah kharajiyah yaitu tanah hasil penaklukan yang didapatkan kaum Muslimin dengan jiwa dan darah mereka dan kepemilikan tanah tersebut bersifat abadi. Pertama kali dibebaskan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab ra. dan dikomandoi oleh Khalid bin Walid pada 637 M, sehingga Palestina dijadikan bagian dari wilayah Daulah Khilafah dan secara mutlak Palestina adalah sepenuhnya milik kaum Muslimin.
Kedua, Zionis ibaratkan seperti tamu tak diundang dan hidup menumpang di tanah kaum Muslimin, namun setelah dibiarkan menumpang diberi hunian yang layak, makanan yang banyak membuat mereka menjadi serakah dan justru ingin memiliki dengan meminta sebagian wilayah tanah kepada palestina. Maka pantaslah mereka disebut sebagai benalu pengganggu bagi kaum Muslim di Palestina. Maka sudah sewajarnya kaum muslim khususnya Palestina sebagai pemilik tanah mempertahankan habis-habisan supaya tanah tersebut agar tidak dirampas oleh Zionis Yahudi yang serakah.
Ketiga, Palestina adalah milik kaum Muslim di seluruh dunia bukan hanya milik bangsa Palestina saja, karena di tanah yang diberkahi tersebut terdapat Al-Aqsha sebagai kiblat pertama kaum Muslim. Selain itu terdapat makam para sahabat dan syuhada juga merupakan persinggahan atau tempat tinggal para nabi. Karenanya Palestina dikenal sebagai bumi para nabi.
Meskipun orang-orang Yahudi telah menduduki Palestina, mereka tidak akan pernah tinggal di sana selamanya. Kejahatan dalam diri mereka tidak dapat digambarkan. Mereka akan kembali menderita kekalahan dan pukulan telak. Allah SWT berfirman dalam hal ini, "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan bahwa sungguh, Dia akan mengirim orang-orang yang akan menimpakan azab yang seburuk-buruknya kepada mereka (orang Yahudi) sampai hari kiamat. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat siksa-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang" (QS al-A'raf ayat 167).
Adapun mengenai klaim bahwa kaum Yahudi mempunyai hak untuk menjadikan Palestina sebagai tanah perjanjian mereka. Maka hal ini berkaitan dengan surah al-Maidah ayat 21: "Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi." Janji yang ditentukan Allah itu hanya diperuntukkan bagi mereka yang menaati ajaran Allah.
Begitu mereka menunjukkan ketidaktaatan, janji itu tidak ada lagi. Bahkan janji itu sudah tidak berlaku lagi, karena Allah SWT berfirman, "Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh" (QS al-Anbiya ayat 105).
Khilafah dan Jihad, Solusi Tunggal Palestina
Israel hanya mengerti bahasa perang, maka tidak ada jawaban lain untuk mengusir mereka dari tanah suci Kaum Muslimin kecuali dengan jihad. Nyawa seorang muslim dalam Islam sangat mahal, kini jadi 'murah' sebab tak ada pelindung. Two state solution usulan PBB artinya setuju dengan perampasan tanah kaum Muslimin.
Perang melawan Israel samadengan perang melawan negara2 imperialis Barat (AS, Inggris, dan sekutunya). Tidak layak bagi kaum muslim meminta pertolongan dari negara Barat dan sekutunya, apalagi PBB. Umat Islam haruslah paham bahwa berdirinya negara Zionis di atas tanah Palestina tersebab oleh resolusi PBB yang memaksa Palestina membagi wilayahnya dengan Israel. Jadi, meminta bantuan kepada PBB sama halnya bunuh diri politik.
Akan menjadi pertanyaan besar bagaimana mungkin kaum muslim meminta bantuan dan pertolongan kepada perserikatan negara-negara yang justru menyetujui dan melegitimasi pendirian negara Israel? Hal ini juga akan menjadi kesia-siaan karena pada dasarnya Barat dan sekutunya tidak akan pernah berpihak pada Palestina dan kepentingan kaum muslim. Negara barat selalu menampakkan standar ganda, tidak ada satu pun negara Barat yang berani dan vokal menyebut Israel sebagai negara teroris atau menyeret mereka ke pengadilan internasional.
Yang bisa dilakukan hanya mengecam dan mengutuk saja, padahal kita semua tahu, menghadapi bangsa bebal zionis tidak cukup dengan bahasa diplomasi atau basa-basi kecaman. Menyeret Israel ke Mahkamah Internasional atas kejahatan kemanusiaan dan penjajahan adalah hal yang mustahil. Dukungan yang diberikan AS dan Barat adalah alasan terkuat penyebab hal itu tidak akan pernah mungkin terwujud. “Two-state solution” dan diplomasi sudah pasti bukanlah solusi hakiki. Membagi dua tanah untuk Palestina dan Israel adalah bentuk pengkhianatan.
Ide tersebut adalah ilusi kekuatan tentara Yahudi serta ketidakmampuan umat Islam untuk mendapatkan kembali Tanah yang diberkati, ini merupakan kelemahan dalam menjalankan kewajiban atas bumi Palestina. Ini adalah era non peran dan upaya untuk memecah belah Palestina sesuai dengan proyek penjajahan yang mana Yahudi akan berkuasa. Namun adanya perubahan posisi internasional dan masuknya Amerika secara paksa ke kancah internasional secara egois memaksakan visinya sendiri pada dunia dan kawasan Timur Tengah.
Di Palestina sendiri terdapat proyek dua negara dan pembentukan Organisasi Pembebasan (PLO) yang akan membantu memisahkan masalah ini dari kedalaman Islam dan Arab. Adapun tujuan sesungguhnya pendirian organisasi ini adalah untuk memisahkan masalah Palestina dari kewajiban umat untuk bersikap tegas atas masalah tersebut. Maka jelas, masalah Palestina adalah masalah umat Muslim.
Tidak boleh ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah kharajiyah kepada pihak lain, terutama kepada perampok dan penjajah seperti Israel. Oleh karena itu, sikap seharusnya terhadap Israel yang telah merampas tanah Palestina adalah sebagaimana yang telah Allah Swt. perintahkan, yakni perangi dan usir! Demikian sebagaimana firman-Nya, “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum Mukmin.” (TQS At-Taubah [9]: 14).
Mereka hanya bisa ditundukkan dan ditaklukkan dengan bahasa perang, Sehingga dibutuhkan persatuan kaum muslimin di seluruh dunia untuk membebaskan Palestina. Oleh sebab itu harus ada kekuasaan Islam yang dapat menyerukan jihad fi sabilillah dan tidak ada solusi lain bagi Palestina selain Daulah Khilafah Islamiah. Karena hanya dengan khilafah sekat bangsa "Nation State" dapat dihancurkan sehingga persatuan kaum Muslimin pun akan terwujud dan akidah Islam dapat ditegaakkan serta menjadi pondasi kekuatan kaum Muslimin dalam memerangi musuh-musuh Islam.
Tidak ada solusi lain selain khilafah sebagai solusi tunggal dan fundamental untuk membebaskan Palestina serta negeri-negeri Muslim lainnya yang terjajah. Dapat kita rasakan secara nyata saat ini ketika tanpa adanya khilafah, umat Muslim ditindas dan tercerai-berai. Maka nyata sabda Rasulullah bahwa umat Muslim banyak akan tetapi layaknya buih di lautan yang terombang ambing tak mampu berbuat apa-apa tanpa adanya khilafah. Hanya khilafah yang mampu menjadi rumah dan tempat teraman kaum Muslimin meminta perlindungan sehingga baik kehormatan dan nyawa serta harta dapat terjaga.[]
0 Komentar