Kapitalisme Petaka bagi Perempuan dan Generasi, Islam Perisai Hakiki



#Reportase - Muslimah Peduli Bogor menyelenggarakan acara Risalah Akhir Tahun pada Ahad, 31 Desember 2023 pukul 08.30 - 11.30 WIB. Acara ini dihadiri oleh 300 tokoh muslimah dari seluruh wilayah di Kota Bogor. Para mubalighoh, praktisi pendidikan, praktisi kesehatan, pengusaha, ormas, hingga tokoh masyarakat, berkumpul di acara ini. 

 

Acara ini menghadirkan tiga pemateri yang mengupas materi tentang perampasan ruang hidup di Indonesia yang berdampak pada kehidupan perempuan dan generasi.  

 

Pemateri pertama, Ibu Ir. Tati Murniwati, M.Si. (Pengurus Alisa “Khodijah” - ICMI Wilayah Khusus Bogor) memaparkan materi dengan judul “Politik Oligarki Merampas Ruang Hidup Perempuan dan Generasi”. Beliau menyampaikan fakta-fakta perampasan ruang hidup yang terjadi di Pulau Rempang, Mandalika, pertambangan nikel di Halmahera, hingga yang terdekat dengan kehidupan para peserta, yakni di Kota dan Kabupaten Bogor.  

 

Dengan tegas beliau menyampaikan bahwa kondisi ini terjadi sebagai akibat dari sistem demokrasi kapitalis yang diterapkan di negeri ini. Sistem ini menjadi media bagi para penguasa dan pengusaha untuk berkolaborasi membentuk politik oligarki. Politik oligarki ini menimbulkan banyak krisis di masyarakat. Diawali dengan krisis ekonomi yang berdampak pada krisis-krisis yang lain. Politik oligarki sejatinya lahir dari sistem kapitalisme global yang mencengkeram negeri-negeri muslim atas nama investasi. Maka Indonesia juga negeri-negeri muslim harus keluar dari jerat kapitalisme global ini. 

 

Bagaimana cara keluar dari jeratan jahat tersebut, pemateri kedua, Dr. Feril Harianti, S.T., M.Eng (Dosen Teknik Sipil) menyampaikan bahwa masyarakat haruslah melek politik Islam. Politik dalam Islam adalah meriayah, mengurusi urusan umat. Dan ini adalah sebuah kewajiban. Rasulullah saw. bersabda: "Kalian semua adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan diminta (pertanggungjawaban) atas orang yang berada di bawah pimpinan kalian. Pemimpin bertanggung jawab atas rakyatnya” (HR. Bukhari Muslim) 

  

Kemudian Ibu Feril membandingkan pandangan Islam tentang politik, dengan gambaran politik dalam sistem demokrasi yang dianut negara saat ini. Politik demokrasi bermakna bahwa suara rakyat suara tuhan (dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat). Artinya rakyat yang katanya diwakili oleh penguasa, membuat berbagai macam aturan sesuai dengan keinginannya. Penguasa menjadi tujjar (pebisnis). Semua hal dibisniskan, termasuk tanah, sumber daya alam, dan sumber daya manusia. 

 

Berbanding terbalik dengan politik demokrasi, politik Islam adalah politik yang mengimplementasikan seluruh hukum-hukum Allah dalam setiap sendi-sendi kehidupan. Perbedaan mendasar adalah bahwa penguasa dalam Islam sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (perisai). Maka tidak akan terjadi perampasan ruang hidup masyarakat dalam sistem Islam. 

 

Untuk mewujudkan sistem politik Islam tersebut, pemateri ketiga, Ustadzah Hj. Ir. Dedeh Wahidah Achmad (Aktivis Muslimah dan Konsultan Keluarga) membuka materi dengan penyampaian QS. Al An’am: 153. Jika tidak mengikuti jalan Islam, maka kalian akan tercerai-berai. Mengikuti jalan Islam semata-mata karena ini adalah perintah Allah.  

 

Beliau menyampaikan, agar terjadi perubahan maka harus ada target yang jelas, yaitu: 1) mewujudkan individu yang bertakwa, 2) membangun masyarakat yang peduli, yang beramar makruf nahi mungkar, bukan masyarakat yang individualistis, egois. Masyarakat Islam tidak akan membiarkan kemunkaran terjadi. 3) menegakkan negara yang menerapkan Islam secara sempurna.  

 

Cara mewujudkan kondisi ideal di atas adalah dengan mengikuti metode Rasulullah saw., yaitu melakukan tiga tahapan dakwah, antara lain: 1) melakukan pembinaan/pengkaderan, 2) berinteraksi dengan umat, dan melakukan thalabun nushrah untuk membangun dukungan pemilik kekuatan, 3) penyerahan kekuasaan.


Menegakkan pemerintahan Islam dengan cara membaiat seorang Khalifah. Menerapkan hukum Islam di dalam negeri dengan syamil dan kamil. Mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.


Semua ini membutuhkan dukungan dan perjuangan umat Islam terutama para tokoh umat untuk bersama-sama berjuang mewujudkan politik Islam dengan tegaknya Khilafah Islamiyyah.


Umat membutuhkan tokoh yg berani menyuarakan kebenaran Islam, layaknya Umar bin Khattab yang dengan lantang berkata: "Kami adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam, maka jika kami mencari kemuliaan dengan selainnya, maka Allah akan menghinakan kami." (Al Bidayah wan Nihayah)

Posting Komentar

0 Komentar