Kumuh Diantara Megahnya Ibukota, Lalu Pembangunan Untuk Siapa?

 


Dalam sebuah diskusi Tokoh yang mengangkat tema “Kumuh Diantara Megahnya Ibu kota, Lalu Pembangunan Untuk Siapa?”. Ibu Nur Maslaha S.Pd, sebagai salah satu narasumber membahas tentang di balik gemerlapnya kota Jakarta. Di awal pemaparannya, Bu Nur menggambarkan kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang menjadi pusat semua aktivitas dari pemerintahan, ekonomi, dan sosial budaya. Selain itu, Jakarta merupakan kota urban terpadat dibanding kota-kota lainnya. Karena Jakarta memiliki magnet yang besar membuat orang-orang tertarik untuk datang ke Jakarta. Hal inilah yang membuat Jakarta penduduknya menjadi padat. Kota Jakarta memiliki kekhasan tersendiri, penduduknya berbeda antara penduduk siang dan malam. Jakarta di siang hari penduduknya sekitar 11,2 juta dan di malam hari penduduk Jakarta sisa 10,7 juta.

Di usia ke 496 tahun, kota Jakarta terlihat megah dan gemerlap dengan segala pesonanya. Gedung-gedung pencakar langit dan bangunan yang megah membuat nuansa Jakarta menarik hati masyarakat. Namun di balik gedung-gedung yang sangat tinggi itu ada pemandangan yang sangat kontras yaitu pemukiman yang sangat padat dan kumuh. Sehingga orang yang melihat Jakarta, antara harapan dan impian tidak sesuai dengan realitas.

Menurut data BPS menyatakan bahwa Jakarta memiliki kepadatan penduduk dari 520 RW, kondisi padat dan kumuh sebanyak 445 RW, berarti hampir 95% merupakan daerah-daerah padat dan daerah tersebut tidak hanya berada di pinggiran tetapi juga melebar hingga ke tengah kota. Fakta di Jakarta Barat ada 8 kecamatan yang juga masih menjadi tempat padat penduduk. Tambora salah satu wilayah di Jakarta Barat yang terkenal sebagai kawasan padat penduduk dan sering terjadi kebakaran.  Kemudian ada juga di Jelambar, pemukiman padat penduduk di bawah tol jembatan Angke yang berjumlah 31 KK.

Kemudian, Bu Nur kembali menjelaskan bahwa dari pemukiman yang kumuh itu memberikan dampak kebakaran seperti di Tambora dikarenakan konsleting listrik. Kawasan padat penduduk ini terbuat dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Selain itu rawan penyakit sering terjadi di pemukiman kumuh dan ketiadaan sanitasi serta sulitnya mendapatkan air bersih. Ditambah meningkatnya kriminalitas dari mencuri, pemerkosaan, membunuh, dan narkoba.

Beliau menyampaikan penyebab pemukiman kumuh diakibatkan sempitnya lahan dan ruang tinggal. Hal ini diakibatkan pembangunan perumahan elit, apartemen, mall, dan infrastruktur yang dibangun di atas lahan sehingga menggeser lahan masyarakat. Hal ini terjadi dikarenakan adanya perselingkuhan penguasa dan pengusaha dari rakyat. Karena penguasa butuh duit untuk berkuasa dan pengusaha memberikan bantuan untuk mencapai kekuasaan dengan kompensasi penguasa akan memberikan regulasi bagi pengusaha yang membutuhkan lahan.

Ada kebijakan agraria, UU cipta kerja, terkait bank tanah, dan ada penegasan tanah yang belum bersertifikat dianggap sebagai tanah negara. Ada prioritas proyek strategis nasional lebih diutamakan daripada hunian masyarakat. Dalam paradigma kapitalisme tanah merupakan tempat produksi yang harus menghasilkan dengan menghalalkan segala cara. Di akhir pemaparannya, Bu Nur menegaskan bahwa pemerintah lebih berpihak kepada oligarki/pengusaha. Demokrasi yang mengatakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, padahal realitasnya dari pengusaha untuk pejabat. Pemerintah menjadi jalan bagi pengusaha menguasai hajat hidup rakyat.

Dilanjutkan oleh narasumber kedua, Ibu Hanin Syahidah S.Pd, membahas terkait pembangunan dalam pandangan Islam. Di negeri ini pembangunan dikuasai oleh raksasa bisnis seperti Sinar Mas Land dan Agung Sedayu. Inilah paradigma kapitalis yang memfungsikan pemerintah menjadi pebisnis yang membebaskan asing dan aseng untuk menguasai lahan. Penjelasan Bu Hanin mengawali pemaparan materinya.

Sementara dalam Islam, pemimpin posisinya sebagai Ra’in (pengurus) seperti pengembala dan menjadi junnah (pelindung) yang memastikan kesejahteraan rakyatnya. Kisah Khalifah Umar bin Khattab yang memanggul gandum di malam hari karena takutnya beliau zalim terhadap rakyatnya.  Islam memiliki aturan yang sempurna termasuk urusan tanah.

Perampasan tanah walaupun cuma sedikit, hukumnya haram. Sebab dalam konsep kepemilikan kaum muslim berserikat dalam tiga hal yaitu, air, api, dan padang rumput. Tiga hal ini tidak boleh dimiliki oleh individu/swasta dan harus dikelola negara yang hasilnya diberikan kepada rakyat secara sempurna dalam bentuk pelayanan seperti pendidikan, kesehatan, dan lain-lain secara gratis.

Investasi dan utang luar negeri merupakan penjajahan gaya baru dan Islam mengharamkannya karena berbasis riba dan saat ini Indonesia memiliki utang sebesar 700 trilyun. Tetapi bukan berarti Islam tidak melakukan hubungan luar negeri, tentunya dengan menggunakan syariat Islam. Rasulullah saw. berdagang melalui Syam (Palestina), dan ada perjanjian yang melewati tempat tersebut. Pembangunan ekonomi dalam Islam hanya bergerak dalam ekonomi riil, barang dan jasa.  Ekonomi non riil seperti saham menjadi penyebab inflasi dan keruwetan ekonomi.

Sumber dana pembangunan di baitul maal sebagai APBN nya negara untuk memenuhi kebutuhan rakyat agar terpenuhinya kesejahteraan rakyat per individu.  Dalam kebutuhan pokok sandang, pangan, dan papan, negara akan memberikan rumah atau tanah untuk dikelola karena fungsi negara mengurusi urusan umat dan kesejahteraannya. Di dalam kekhilafahan ada Khalifah dan Wali yang akan menyalurkan dana dari baitul maal ke wilayah-wilayah dari pusat ke daerah.

Pos pemasukan baitul maal dari kharaj dan fai adalah harta yang didapatkan dari rampasan perang. Di masa Khalifah Umar ada Palestina hingga yaumil qiyamah adalah tanah kharaj. Ada pos kepemilikan umum mampu membiayai sekolah dari paud hingga kuliah. Untuk hutan saja, hasilnya senilai APBN sebesar 5 trilyun dan zakat sebesar 200 trilyun dari zakat maal orang Indonesia.

Di akhir pemaparannya, Bu Hanin menyampaikan fakta kejayaan Islam. Sejak peradaban Bani Abbasiyah sudah maju, dibangun masjid, sekolah, perpustakaan, dan lain sebagainya. Dan mahasiswa penelitian dan anak-anak sekolah gratis, termasuk rumah sakit juga gratis. Pengakuan dunia pada kekhilafahan terakhir Utsmaniyah, dari seorang wanita melakukan perjalanan dari Krimea (Ukrake Konstitantinopel). Ia mengatakan bahwa perempuan itu adalah makhluk yang sangat bahagia dalam sistem Islam dengan fasilitas yang memadai dan rumah yang layak. Sekitar sebelum 1924 kekuasaan Islam itu berjaya. Hal ini membuktikan Islam itu menyejahterakan, maka sekarang kita harus mengkaji dari mulai masalah mendasar akidah, Syariah, sampai penerapan Islam kaffah dalam bingkai institusi khilafah islamiyyah .

 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar