Selamatkan Generasi Akhir Zaman

 



#Reportase - Forum Kajian Dirosah Syar’iyyah Syahriyyah yang bertajuk “Peran Mubaligah Selamatkan Generasi Akhir Zaman” terselenggara dengan baik. Menghadirkan dua narasumber, yaitu Dr. Siti Rahmianti, M.Pd. dan dr. Estiningtyas. Dr. Siti Rahmiati, M.Pd., sebagai narasumber pertama mengangkat tema “Selamatkan Generasi Akhir Zaman”. Di awal pemaparannya, Bu Ami menyampaikan fakta-fakta kerusakan generasi muslim hari ini. Dari generasi alay, generasi strawberry, frugal living, fomo, pacaran plus freesex, kriminalitas, ĺhingga bullying. 

Kemudian beliau membacakan surah At Tahrim ayat 6 dan menjelaskan terkait dengan ayat tersebut dan mengajak orang tua sebagai madrasatul ula (sekolah pertama) untuk mendidik dan mencetak generasi. Saat ini orang tua hanya fokus kepada nilai dan hal ini berimbas kepada anak bahwa dia hidup hanya untuk materi demi untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus. 

Maka guru yang berperan di sekolah sebagai jihad fi sabilillah, mendidik anak-anak kita dimulai dari keluarga. Peran penting guru sebagai motivator, fasilitator, mediator, sehingga guru harus menjadi pioner, uswah/contoh teladan bagi anak didiknya. Dan kemudian Bu ami membacakan surah An Nahl ayat 125 dan menjelaskan untuk  melakukan dakwah bil hikmah yang dilakukan oleh seorang guru terhadap siswanya. Tantangan yang harus dihadapi hari ini harus berhadapan dengan fakta remaja yang rusak, latar belakang orang tua yang tidak memiliki pemahaman agama, beban guru, diri sendiri dan keluarga, beban kerja full waktu,  tuntutan kurikulum yang selalu berubah, dan guru PAI wajib urus moderasi beragama. 

Adapun faktor-faktor penyebab kenakalan remaja meliputi dua aspek yaitu aspek internal dengan minimnya akidah, hilangnya jati diri dan kemandirian pada diri remaja. Dan aspek eksternal meliputi  orang tua salah mendidik memaksa anak untuk juara agar bisa mendapatkan kerja dengan cepat. Tuntutan sekolah yang membebani siswa dengan segudang tugas dan beban kurikulum. Tuntutan pergaulan dari yang mengikuti tren, seks bebas, tawuran demi untuk solidaritas. Fakta kerusakan remaja ini disebabkan oleh liberalisme dan sekularisme yang menganggap semua agama adalah sama, sehingga anak dengan mudahnya pindah agama, pacaran dengan beda agama, nikah beda agama, serta tidak paham standar nilai perbuatan. 

Di akhir pemaparannya, Bu Ami menegaskan bahwa untuk menyelamatkan generasi dari kerusakan, maka solusinya adalah kembali kepada Islam sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. sebagai uswah/teladan kita.

Kemudian forum ini dilanjutkan dengan narasumber kedua yaitu dr. Estiningtyas yang mengangkat tema “Peran Mubaligah Agar Zillenial Tak kian Liberal”. Mengawali pemaparannya, Bu Esti menjelaskan bahwa gen Z sejak mereka lahir sangat lekat dengan teknologi. Yang hal ini mengakibatkan gen Z sulit untuk konsentrasi dan dengan mudah terpapar dengan kerusakan dan penyimpangan seperti FWB dan LGBTQ. Selain ini gen Z adalah generasi materialistis demi konten rela melakukan apa saja hingga terjerumus pada pinjaman online. Selain itu, gen Z juga rentan mengalami mental illness diakibatkan dari gaya hidup sekuler liberal sebagai standar perbuatan mereka. 

Hidup di alam sekuler-liberal menyebabkan hilangnya mutiara pada gen Z. Mereka tidak terbiasa berpikir serius, sulit berkomunikasi, malas untuk mengikuti sebuah proses yang membutuhkan waktu lama, tidak memiliki standar benar salah, baik buruk dalam kehidupan, dan orientasi hidupnya hanyalah sekedar life balance. Hal ini terbentuk secara alamiah namun mengembalikannya tidak alamiah. 

Oleh karena itu, kita tidak boleh berdiam diri melihat fakta ini. Ada peran keluarga, peran lingkungan masyarakat, dan peran negara.  Pertama, peran keluarga meliputi penanaman aqidah, penanaman standar nilai, gaya komunikasi dalam keluarga, dan hubungan antar anggota keluarga. Kedua, peran lingkungan masyarakat akan mewarnai tingkah laku anak seperti diibaratkan dalam hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. 

Maka dibutuhkan political will dari masyarakat dan negara. Saat ini negara tidak memiliki political will untuk melindungi generasi dari berbagai kerusakan. Karena negara hanya memikirkan kepentingan bisnis oligarki. Dan mewujudkan lingkungan yang kondusif hanya bisa dilakukan oleh negara yang mampu menutup semua celah kemaksiatan, menerapkan sistem sanksi yang tegas, kontrol masyarakat yang tinggi, melakukan edukasi ditengah masyarakat dan ditopang dengan sistem pendidikan berbasis aqidah Islam. Yang mampu menciptakan lingkungan kondusif ini jika Islam diterapkan secara kaffah dan hanya Khilafah Islamiyyah yang mampu melaksanakannya. 

Yang harus dilakukan oleh para mubaligah adalah edukasi dengan konten/isi yang meliputi penanaman visi hidup ala Islam, memahamkan konsep qadha dan qadar, memberikan parameter kemuliaan dalam Islam, mengokohkan standar perbuatan sesuai dengan syariat Islam, mengingatkan pada balasan di akhirat serta mengajak semua elemen masyarakat untuk berjuang menegakkan sistem Islam yang kaffah. 

Hal inilah yang harus kita tanamkan kepada gen Z agar mereka tidak inklusif pada semua nilai. Kita berusaha mewujudkan semua ini dengan langkah-langkah kecil kita di majelis taklim, keluarga, lingkungan sekitar agar kita bisa mengembalikan gen Z dengan kualitas seperti kualitas para sahabat. Di akhir penyampaian materi, Bu Esty mengajak semua elemen masyarakat, terkhusus mubaligah untuk bersama-sama berjuang menerapkan sistem Islam kaffah dalam naungan Khilafah Islam.






Posting Komentar

0 Komentar