Semakin Sekuler, Pembunuhan Semakin Merajalela

 


Oleh Titin Kartini


#BogorKota - Warga Kota Bogor dihebohkan dengan penemuan seorang mayat perempuan di sebuah ruko kosong. Hal ini sontak membuat geger masyarakat. Setelah diselidiki ternyata korban dibunuh oleh orang terdekatnya yang merupakan pacar korban yang juga seorang residivis kasus penganiayaan. (metro.tempo.co, 05/12/2023)

Lagi dan lagi, negeri ini bertabur kasus pembunuhan. Kasus-kasus penganiayaan yang berujung pembunuhan terus membanjiri kanal-kanal berita lokal maupun nasional. Lantas apa yang salah? Padahal hukuman untuk kasus pembunuhan bukanlah perkara sepele. Dari hukuman seumur hidup sampai hukuman mati pun telah berlaku. Namun pada faktaya, hukuman tersebut tak jua membuat masyarakat takut melakukan tindak kriminal yang berujung pada pembunuhan. Rasa takut dan rasa kemanusiaan seakan tercerabut dari akar nurani manusia. Bahkan tak ayal mereka melakukan pembunuhan dengan cara-cara yang sangat sadis, melebihi binatang yang membunuh buruannya. 

Jika kita telusuri mengapa hal tersebut terus terjadi, pasti akan bermuara pada penerapan  sistem saat ini, yaitu kapitalisme dengan asas sekuler dan liberalnya. Kapitalisme, seperti yang kita ketahui, adalah sistem yang berasal dari hawa nafsu manusia, hanya memikirkan segala sesuatu yang berkaitan dengan materi belaka. Ditambah dengan asas sekuler telah mencabut nilai-nilai agama, terkhusus akidah Islam, dari diri manusia. Agama dilarang untuk ikut campur masalah kehidupan. Cukuplah agama hanya mengurusi masalah ibadah semata. Alhasil, manusia hidup dengan aturannya sendiri. Adapun asas liberal, telah meracuni pikiran manusia karena ingin bebas tanpa batas tanpa aturan agama, sehingga apapun mereka ambil tanpa filter dari negara. Banyaknya situs-situs kekerasan dan informasi-informasi menyesatkan melenggang bebas masuk ke negeri ini. Hingga inilah yang terjadi, manusia dibuat kacau tanpa aturan agama.

Sejatinya Islam adalah agama mayoritas negeri ini. Bahkan negeri ini adalah negeri muslim terbesar di dunia. Namun tak mampu mencegah terjadinya kejahatan demi kejahatan.

Jika saja Islam diterapkan dan ditegakkan yang berdasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunah niscaya hal tersebut tidak akan terjadi. Karena Islam mampu menjadi fondasi kuat bagi manusia untuk tidak berbuat kejahatan. Negara pun hadir menjadi garda terdepan untuk melindungi umat. Penerapan hukuman dalam Islam pun jelas, tegas, tak ada ampunan bagi sang pembunuh. Allah Swt. dalam surah An-Nisaa ayat 93 berfirman "Siapa saja yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, balasannya ialah neraka jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepada dia, mengutuk dia dan menyediakan bagi dia azab yang besar."

Tegasnya hukum dalam Islam mampu menekan bahkan menghilangkan pembunuhan. Namun Islam pun memberikan jaminan ketika seorang pembunuh ataupun pelaku kejahatan telah dihukumi dengan hukum Islam, maka kelak di akhirat nanti ia tak akan dihukumi kembali atas kejahatan yang dilakukannya di dunia. 

Minimnya kejahatan telah terjadi pada masa Rasulullah saw., juga pada masa khulafaur rasyidin dan para Khalifah sesudahnya. Keniscayaan ini dapat terjadi kerena Islam dijadikan ideologi negara dan umat. Islam menjadi landasan berpikir dan bertindak. Sehingga apapun yang akan dilakukan harus senantiasa berdasar pada Al-Qur'an dan As-Sunah.

Karena itu ketika Islam diterapkan secara kafah atau menyeluruh, kejahatan pun dapat diminimalisir karena adanya umat yang bertakwa. Menjadikan Islam sebagai landasan berpikir, berbuat, dan bertindak. Menjadikan halal dan haram sebagai tolok ukur segala tindak tanduk manusia. Sudah saatnya kita hempaskan sistem kapitalisme sekuler dan liberal. Mari tegakkan dan terapkan Islam kafah dalam bingkai sistem Islam yakni khilafah. Wallahu a'lam.

Posting Komentar

0 Komentar