Waspada Bahaya Ide Pluralisme Dibalik Perayaan Nataru

 


Oleh : Siti Rima Sarinah


#BogorKota - Bulan Desember identik dengan perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang dirayakan menjelang penghujung tahun. Euforia perayaan Nataru bukan hanya dirasakan oleh masyarakat yang beragama non muslim, melainkan kebanyakan umat Islam pun ikut-ikutan merayakan Nataru yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Euforia Nataru ini banyak pusat-pusat perbelanjaan, hotel, kafe dan tempat-tempat hiburan dan wisata dihiasi dengan ornamen dekorasi Natal yang diikuti dengan diskon spesial menjelang Nataru.  

Mal Bogor Square salah satu pusat perbelanjaan yang berada di kota Bogor menggelar X’mas Midnight sale untuk menyambut momen liburan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024, dengan memberikan diskon hingga 80 persen. Tak hanya mendapat potongan harga besar-besaran, pengunjung juga dihibur dengan berbagai penampilan menarik, diantaranya parade live music. Beragam diskon dan hiburan yang ditawarkan oleh Mal Bogor Square diharapkan akan menjadi destinasi bagi masyarakat untuk menghabiskan libur Nataru. (Radar Bogor, 24/12/2023)

Euforia Nataru ini pun didukung oleh pejabat dan penguasa di negeri ini. Ucapan Nataru berseliweran baik di media elektronik, media sosial dan baliho yang bisa kita lihat setiap harinya. Sebab, Desember tahun ini bersamaan dengan masa kampanye para calon legislatif (caleg) menuju pesta demokrasi 2024. Dan Nataru menjadi momen yang tepat para caleg berkampanye dan mengumbar ucapan Nataru untuk mengundang simpati masyarakat tentunya. 

Tanpa disadari semakin hari kemeriahan Nataru semakin terasa, padahal perayaan ini adalah hari raya kaum nasrani yang notabene agama minoritas di negeri ini. Tetapi, perayaan Nataru justru seakan menjadi gaya hidup sebagian besar umat Islam dengan dalih toleransi. Fakta ini membuktikan secara tidak langsung negara berupaya menjejalkan ide pluralisme di tengah-tengah masyarakat. Ide pluralisme ini sengaja dihembuskan di tengah umat Islam sebagai agama mayoritas untuk mengopinikan bahwa semua agama sama dan mengakui kebenaran semua agama. Ide pluralisme juga dijadikan propaganda untuk mengantisipasi konflik agama agar terwujud kerukunan di antara pemeluk agama.  Karena negeri ini memiliki keberagaman suku, bahasa dan agama. 

Keberagaman suku, bahasa dan agama menjadi benang merah seruan kerukunan dan toleransi terus digaungkan di berbagai daerah. Mereka menggaungkan dan mengklaim bahwa toleransi adalah solusi masalah keberagaman di tengah masyarakat. Padahal, ada bahaya nyata yang sedang mengintai dibalik ide pluralisme ini. Sehingga ide rusak dan menyesatkan ini harus ditolak disebabkan beberapa hal. Pertama, ide pluralisme bertentangan dengan akidah Islam secara mutlak. Pluralisme yang mengatakan semua agama sama dan benar, bertentangan dengan akidah Islam yang menyatakan hanya Islam agama yang benar.  Allah Swt. berfirman, ”Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang yang merugi” (QS Ali Imron : 85). Kedua, paham ide pluralisme bukanlah berasal dari Islam, melainkan dari sekularisme Barat yang memisahkan agama dari kehidupan dan mengagungkan kebebasan, di antaranya kebebasan beragama. Ketiga, pluralisme diklaim bertujuan untuk menumbuhkan hidup berdampingan secara damai, toleran, dan saling menghormati antar umat beragama hingga harus ikut-ikutan untuk merayakan perayaan agama lain. Ini jelas merupakan toleransi yang kebablasan yang menyalahi ajaran Islam. Faktanya di negara-negara Barat, umat Islam yang minoritas justru dihambat untuk menjalankan ibadah. Bahkan para muslimah yang ingin menutup auratnya dilarang. Apakah ini yang disebut dengan toleransi, dan dimanakah ide pluralisme yang mereka agung-agungkan itu?

Tiga alasan di atas sangatlah jelas bahwa ide pluralisme sangat berbahaya bagi akidah umat dan menjauhkan umat Islam dari ajaran pemahaman agama mereka yang benar serta menjadi penghalang bagi kebangkitan Islam. Keberadaan ide pluralisme inilah yang justru menjadi biang kerok terjadinya perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Sehingga ide ini harus dibuang jauh-jauh dari masyarakat dan umat Islam tidak butuh dengan ide rusak dan menyesatkan. Sebab Islam adalah agama yang sempurna, akidah dan syariatnya yang menjadi pedoman hidup umat Islam mampu menciptakan kerukunan hidup umat manusia.

Fakta sejarah selama 14 abad Islam diterapkan dalam bingkai negara mampu menguasai 2/3 dunia, dan tidak pernah terjadi penjajahan. Justru umat manusia hidup berdampingan, aman, makmur, dan sejahtera. Tatkala pertama kali Rasulullah saw. mendirikan negara Islam di Madinah yang penduduknya memiliki keberagaman suku bangsa dan agama, mereka bisa hidup rukun dan damai, berdampingan dengan kaum muslim. Wilayah kekuasaan Islam yang terbentang dari Afrika sampai Asia berhasil menata persatuan dan kerukunan antar umat manusia.

Fakta ini membuktikan dengan penerapan Islam kafah mampu menghilangkan berbagai macam perpecahan dan konflik di antara umat manusia. Sebab Islam memiliki aturan dan syariat yang sempurna yang bukan hanya diperuntukkan kepada kaum muslim saja, melainkan Islam juga memiliki aturan untuk non muslim. Islam pun menjamin warga non muslim yang hidup dalam wilayah daulah Islam mendapatkan hak yang sama dengan warga muslim. Termasuk hak mereka untuk beribadah sesuai agama dan keyakinan yang mereka anut. Hanya saja syariat Islam melarang mereka menyiarkan agama dan keyakinan mereka.  

Sudah sangat jelas hanya sistem Islam yang mampu mewujudkan kerukunan umat manusia dan kehidupan yang aman sejahtera. Inilah kesempurnaan Islam, tatkala diterapkan secara menyeluruh akan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Karena Islam berasal dari Al Khaliq Al Mudabbir yang maha mengetahui apa yang terbaik untuk semua makhluk ciptaan-Nya.

Dan umat Islam harus senantiasa waspada dari berbagai upaya musuh-musuh Islam yang ingin menjauhkan dari syariat Islam. Seperti ide pluralisme, sekulerisme, moderat, dan sebagainya. Di saat yang sama, berupaya sekuat tenaga menyeru umat Islam untuk kembali berpegang teguh pada Islam dan berjuang bersama untuk menerapkan Islam kafah dalam naungan khilafah. Wallahua’lam.

Posting Komentar

0 Komentar