Oleh Rini Sarah
Sobi, keknya udah lama banget kita terpisah. Udah 100 tahun. Sejak tali pengikat persatuan itu digunting oleh kafir penjajah pada 3 Maret 1924, kita auto kepisah. Tercerai berai jadi 50 bangsa dan negara.
Trus, akibat keterpecahan itu ternyata parah, Sobi. Kita yang dulunya raksasa. Kita yang dulunya ditakuti, disegani oleh kaum kafir berubah jadi makhluk kerdil nan lemah. Trus kita jadi akrab dengan kata dijajah. Mau secara fisik, politik, budaya, atau semua ada.
Kondisi ini mengkonfirmasi hadis Nabi saw.. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir-hampir bangsa-bangsa (kafir) saling mengajak untuk memerangi kalian, sebagaimana orang-orang yang akan makan saling mengajak menuju piring besar mereka.”
Seorang sahabat bertanya: “Apakah disebabkan dari sedikitnya kita pada hari itu?”
Beliau menjawab: “Tidak, bahkan pada hari itu kalian banyak, tetapi kalian buih, seperti buih di lautan. Dan Allah akan menghilangkan rasa gentar dari dada musuh terhadap kalian. Dan Allah akan menimpakan wahn (kelemahan) di dalam hati kalian.”
Seorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Cinta dunia dan takut menghadapi kematian.” (HR. Abu Dawud no. 4297).
Dikatakan bahwa musuh-musuh Islam tak lagi merasa takut terhadap kaum muslimin. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Aku diberi kemenangan dengan kegentaran (musuh) sejauh perjalanan satu bulan.” (Muttafaqun ‘alaih).
Apa yang disebutkan di hadis Rasulullah Saw tersebut relate beud kan ma kondisi kita sekarang. Plek ketiplek malah. Kondisi kita itu bukan sedikit dari jumlah. Tapi kek udah ga ada harga dirinya. Penjajah gak lagi takut. Malah pada ngelunjak, pake acara ngerampok kekayaan alam, trus ngejajah budaya juga, ngedikte paham keagamaan lalu parahnya mereka dengan enteng ngebunuhin kaum Muslim. Udah gitu, tanahnya dirampas kaya yang dialami oleh saudara kita di Palestina.
Saudara kita Muslim Rohingya juga sampai terlunta-lunta di lautan. Tanpa kewarganegaraan. Ini terjadi karena kezaliman rezim juga. Lalu, kita semua ga bisa apa-apa. Lalu, negara lain yang sesama penduduknya muslim juga kek ga peduli. Itu bukan urusan kami, dalihnya. Duh, sungguh lemah umat Muhammad saat ini.
Nah, klo kita di Indonesia mah kebagean yang dijajah secara politik dan ekonomi. Indonesia itu negara kaya akan sumber daya alam kan udah kita ketahui bersama lah ya. Cuma hal itu kontras ma kondisi penduduknya yang ampir mayoritas miskin. Bukan miskin premium yang baru berasa miskin pas dianter ke sekul pake Avanza, sementara yang lain pake Alfard. Tapi miskin ekstrim! Yang ga punya rumah pe tidur di gerobak atau kolong jembatan. Yang pe makan rumput gegara ga punya uang.
Lalu kekayaannya kemana? Kemana lagi, klo bukan dikuasai oleh para pengusaha nasional atau asing. Merekalah yang menikmati mayoritas harta kekayaan bumi kita. Kita yang diberikan hak kepemilikan atas kekayaan itu justru malah jadi penonton saja.
Trus, ada yang berani merebut kekayaan itu kembali? Lalu, dibalikin ke rakyat sang pemilik asli dari harta kekayaan itu? Alhamdulillah sampe saat ini kagak ada. Yang ada malah tambah adem ayem aja itu para penjarah melakukan operasinya. Mereka malah dikuatkan dengan dibikinin Undang-Undang.
Sobi, udalah mending kita akhiri aja kelemahan ini. Udah lelah. Lelah jadi lemah. Lelah untuk berpisah. Soalnya gara-gara berpisah, kita jadi lemah. Ehehehe. Balikan lagi yuk?! Balikan jadi umat yang satu. Balikan lagi jadi umat yang mulia. Balikan lagi jadi umat yang disegani oleh musuh-musuh Islam. Balikan lagi jadi umat terbaik yang mengemban amanah menyebarkan Islam Rahmat seluruh alam.
Kita kan muslim. Allah Swt. ga ngebolehin lho kita tercerai-berai gini. Harus bersatu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا عْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَا ذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَ صْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَا نًا ۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّا رِ فَاَ نْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 103).
Sobi, yuks kita jadiin ikatan di antara kita adalah ikatan akidah kembali. Buang ikatan-ikatan semu kaya kebangsaan, kesukuan, kecirclean, atau kepentingan itu. Udah ga mutu. Ga worth it. Selama pake itu kan kita jadi umat yang lemah tadi. Sekarang mah instal di otak kita klo sesama muslim itu saudara. Mau dia tinggal di negara manapun. Mau ras, warna kulit, atau bahasanya apa pun.
Lalu, more than that, kita juga harus ikat pemahaman ini dengan sebuah ikatan yang kuat, yaitu sebuah kepemimpinan dalam Islam. Kepemimpinan Islam ini lah yang bakal mewujudkan persatuan umat itu jadi real. Dan, ia juga yang akan jadikan kita one ummah. So, it is time to be one ummah.
0 Komentar