Oleh Asa Manafia Mumtaza
#Tangsel - Kemiskinan bukan menjadi wajah baru bagi masalah dunia, apalagi jika setelahnya diberi imbuhan ekstrem. Kemiskinan ekstrem menjadi sorotan dunia yang tidak bisa kita pungkiri, lebih dari miliaran anak di seluruh dunia hidup dalam kondisi dan keadaan yang sungguh mengkhawatirkan. Menurut laporan terbaru berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO), Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF) dan Save the Children, sebanyak 333 juta anak hidup dalam kemiskinan ekstrem yang bertahan hidup dengan pendapatan kurang 2,15 dolar atau jika di rupiahkan hanya sekitar Rp 33.564 per hari.
Demikian pula dalam skala nasional, permasalahan kemiskinan ekstrem bukanlah hal yang patut dipermainkan. Berdasarkan data yang dikutip dari CNBC Indonesia 5 Juni 2023, pemerintah memprediksi bahwa kemiskinan ekstrem bisa melonjak drastis pada penghujung masa jabatan presiden Joko Widodo di tahun 2024.
Akar Masalah: Sistem Kapitalis dan Perlindungan Sosial yang Tidak Merata
Kemiskinan ekstrem tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu, tetapi juga mengancam masa depan generasi yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh penerapan sistem kapitalis yang memberikan kebebasan ekonomi pada para pemilik modal, yaitu pengusaha, sehingga mengorbankan kesejahteraan rakyat. Negara-negara bergantung pada perlindungan sosial yang seringkali hanya berfungsi sebagai tambal sulam.
Kesenjangan cakupan perlindungan sosial juga seringkali lepas dari jangkauan. Terjadi banyak ketimpangan dalam perlindungan sosial yang tidak seimbang. Pada negara-negara berpendapatan rendah, tingkat cakupan perlindungan sosial masih sangat rendah yaitu di angka 9 persen. Pada tempat yang lain, 84,6 persen anak-anak di negara dengan pendapatan tinggi telah tercakup dalam program perlindungan sosial tersebut. (kumparan.com, 15/02/2024)
Dalam sistem ini, perusahaan memiliki kekuatan besar untuk menguasai sumber daya alam dan kehidupan rakyat, sementara negara hanya berperilaku sebagai regulator semata.
Nyatanya, perlindungan sosial ala kapitalisme tidak pernah terbukti membawa rakyat pada kesejahteraan. Sebaliknya, kemiskinan ekstrem justru semakin meningkat dari tahun ke tahun. Buruknya sistem yang mengelola ekonomi global, memaksa rakyat termasuk para generasi masa depan hidup dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan.
Islam Solusi Konkret Kemiskinan Global
Perlindungan sosial tambal sulam ala kapitalis terbukti tidak membawa rakyat pada kesejahteraan. Ketimpangan yang terjadi, menjadi bukti nyata bahwa negara-negara di dunia terbagi dalam negara berpendapatan tinggi dan negara berpendapatan rendah. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Pada dasarnya, semua masalah tersebut bersumber dari sistem kapitalis yang menjadikan para pemilik modal sebagai sumber yang memiliki kekuatan sementara negara hanya berperan sebagai regulator. Akibatnya, banyak terjadi ketimpangan seperti pembangunan yang tidak merata pada negara-negara di dunia. Jika menguntungkan, maka akan di prioritaskan, jika tidak, dinomorduakan.
Belum lagi sekulerisme yang menjadi tonggak kapitalisme, yang menyebabkan terjadinya liberalisme atau kebebasan pada seluruh sektor kehidupan. Sungguh, kehidupan sekuler liberal yang dicangkokkan pada negeri-negeri di seluruh dunia, termasuk negeri dengan mayoritas penduduk muslim menjadikan kemiskinan ekstrem sebagai ancaman dahsyat bagi kaum generasi masa depan.
Syariat islam adalah rahmat bagi seluruh umat manusia. Kalimat bukan sekedar kalimat pemanis semata, ini merupakan pernah Allah SWT yang tercantum dalam Q.S Al-Anbiya ayat 107 yang artinya, "Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam."
Maknanya, islam datang tidak sekedar membawa rahmat bagi umat islam, tetapi juga umat lain dan semesta alam. Islam bukan hanya sekedar agama saja, tetapi ia lahir sebagai sistem yang membawa peraturan-peraturan lainnya. Islam membagi kehidupan pada tiga bagian: yakni kehidupan yang mengatur antara hubungan dirinya dengan Allah, sebagai contoh ibadah mahdhah, mengatur hubungan dirinya dengan manusia lain seperti sistem sosial, politik, ekonomi, hukum, pemerintahan, dan lain-lain, juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, misal makanan, minuman, dan pakaian.
Dalam konteks ini, islam mewajibkan negara menyejahterakan rakyat dengan memberikan perlindungan yang mengakar, sehingga tidak akan menimbulkan ketimpangan ataupun kemiskinan ekstrem. Perlindungan generasi harus menjadi prioritas utama negara, diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk memastikan kesejahteraan dan perlindungan bagi semua warga negara. Dalam sistem Islam, setiap pembuatan hukum dan kebijakan diputuskan berdasarkan syariat Allah, maka tidak akan terjadi sebuah ketimpangan, hal ini sebagaimana perintah-Nya dalam Q.S Al-Ma'idah: 50)
"Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya?)"
Terdapat beberapa mekanisme yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah kemiskinan ekstrem. Pertama, pembagian kepemilikan yang sesuai, baik itu kepemilikan individu, umum, ataupun negara. Kepemilikan umum tidak seharusnya dikuasai negara, misalnya air, sumber daya hutan, gas, serta fasilitas umum lainnya.
Kedua, perlu pengaturan pembangunan yang benar, yaitu berpangku pada pembangunan rill.
Ketiga, distribusi kekayaan harus dibagikan dengan benar untuk menjamin kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan primer ataupun sekunder.
Keempat, negara wajib memenuhi kebutuhan pokoknya sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Negara juga wajib memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis. Sehingga hak seluruh masyarakat dapat terwujud dengan sebaik-baiknya. Sebab sudah menjadi tanggung jawab negara untuk memelihara urusan umat.
0 Komentar