100 Tahun Dunia Islam Tanpa Junnah (Perisai), P4L3st1n4 Kian Bersimbah Darah!


Oleh Karina Fitriani Fatimah ,

(Alumnus of master degree of applied computer science, Albert-Ludwigs- Universität Freiburg, Germany) 


#TelaahUtama- Terhitung 100 tahun sudah, kaum muslimin kehilangan perisai, pelindung, serta pemersatu umat, Daulah Khilafah Islamiyah. Sejak saat itu pula, kekuatan kolonial Barat kian merajalela dan menjadikan tanah negeri-negeri muslim bagaikan papan catur yang begitu mudah diadu domba serta disulutkan api konflik, sulit untuk dipersatukan. Ironisnya, di tengah hiruk-pikuknya konflik antar negeri-negeri Islam, terutama di wilayah Teluk, para penjajah Barat bersama dengan Z!0n1$ laknatullah bisa dengan leluasa mengobrak-abrik tanah P4L3st1n4. 


Penderitaan rakyat al-Quds tidaklah dimulai sejak 7 Oktober 2023 silam, melainkan jauh sebelum dibacakannya deklarasi kemerdekaan Isra-Hell pada 14 Mei 1948. Dengan dukungan negara-negara Barat terutama Inggris saat itu, kaum Z!0n1$ tanpa rasa malu merebut wilayah P4L3st1n4 sedikit demi sedikit dari tangan kaum muslim. Hingga kemudian, strategi busuk Z!0n1$ mendapat dukungan internasional dalam forum PBB pada 1948 lalu. Dan sejak itulah, Z!0n1$ merasa bebas bergerak dan tiada henti memukul mundur penduduk Yerusalem untuk mengosongkan wilayahnya. 


Kebiadaban Isra-Hell kemudian kian menggila dengan banjirnya dukungan yang ia dapat dari negeri-negeri Barat, terutama USA, Inggris, Kanada, dan Perancis. US secara rutin setiap tahunnya menyiapkan dana sekitar US$3.8 milyar (setara dengan Rp59,4 triliun) kepada entitas Yahudi, setara dengan 20% total budget anggaran pertahanannya. Sedangkan pada tahun 2019 sekutu besar US, yaitu Kanada, ikut menyumbang alutsista dan teknologi militer senilai US$13.7 juta (setara dengan Rp214,3 milyar). Tank-tank ternama Z!0n1$ pun banyak diberikan oleh Barat, seperti halnya M22 Locust dan Magach (M48/M60) yang diproduksi US; Centurion Tank (A41) pemberian Inggris; serta Hotchkiss H35, Hotchkiss H39 dan AMX-13 yang berasal dari Perancis. 


Lalu bagaimana dengan bumi P4L3st1n4? Siapa yang mempertahankannya? Tentara mana saja yang melindunginya? 


Ironisnya hingga detik ini penguasa-penguasa muslim hanya sibuk menggerakkan lisan mereka dengan melontarkan protes keras atas kekejaman Isra-Hell. Namun simpati mereka tidaklah menjadikan hati mereka tergerak untuk menurunkan tentara-tentara mereka! Walhasil, kecaman tersebut hanya sebatas gertak sambal belaka, yang tidak berarti apa-apa bagi tanah al-Aqsa. 


Di mana kita melihat dengan nyata bagaimana para penguasa muslim telah bersikap lemah yang diakibatkan oleh penyakit al-wahn (cinta dunia dan takut mati) dalam jiwa-jiwa mereka. Yang kemudian kian diperparah dengan ketundukan mereka pada para penjajah Barat, terutama Amerika Serikat, sebagaimana anjing-anjing yang tunduk patuh kepada tuannya. 


Sekalipun memang benar, masih banyak umat Islam termasuk sebagian pemimpin muslim yang tetap berupaya menyuarakan kebenaran untuk P4L3st1n4. Mereka berupaya mengirimkan bantuan kemanusiaan, melakukan boycott pada produk-produk Isra-Hell, dengan tujuan untuk meringankan beban kaum muslim P4L3st1n4. Namun tidak dapat kita pungkiri bahwa itu semua tidaklah cukup menolong rakyat Gaza! Karena sesungguhnya rakyat P4L3st1n4 tengah menghadapi penjajahan fisik, yang melibatkan kekuatan senjata, serta didukung secara politik dan ekonomi dari negara-negara adidaya. 


Begitu pun dengan mandulnya hukum-hukum internasional dalam mengatasi krisis P4L3st1n4. Baik itu konvensi Jenewa, konvensi Den Haag, hingga resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang menyerukan gencatan senjata, tidak menjadi halangan sedikit pun bagi pihak Z!0n1$ untuk terus membombardir Gaza.  Sekalipun kita melihat dengan jelas bagaimana fasilitas kesehatan, infrastruktur air dan makanan Gaza telah dibumihanguskan Z!0n1$, hingga detik ini tak ada solusi konkret yang ditawarkan lembaga-lembaga internasional.      


Oleh karenanya, sebanyak apapun bantuan moral dan kemanusiaan yang umat Islam kirimkan bagi saudara-saudara kita di al-Aqsa ataupun kuatnya upaya umat menyeret Isra-Hell di pengadilan internasional, tidak akan pernah mungkin menghapuskan penderitaan mereka! Karena satu-satunya cara menghilangkan penjajahan di atas tanah P4L3st1n4 adalah dengan melenyapkan penjajah Z!0n1$ tanpa sisa! Dan hal ini hanya bisa dilakukan tatkala kaum muslim berada dalam satu naungan dan komando, yang meniscayakan turunnya tentara-tentara muslim di dunia guna membebaskan tanah al-Quds. 


Bersatunya kaum muslim dalam satu naungan, yakni Daulah Khilafah Rasyidah, membutuhkan adanya kesadaran politik umat akan pentingnya keberadaan mereka dalam satu kesatuan tanpa adanya dikotomi bangsa dan negara. Ini berarti, kaum muslim harus menghancurkan benteng tinggi yang dibangun para penjajah dengan mengatasnamakan nasionalisme, patriotism, serta cinta tanah air. Karena sesungguhhnya, nasionalisme menjadi biang kerok perpecahan umat hingga detik ini. 


Secara nyata konsep nation state (negara bangsa) yang dielu-elukan Barat, telah berhasil mencerai-beraikan persatuan umat. Atas nama nasionalisme dan kepentingan tiap-tiap negara, bangsa-bangsa muslim pada akhirnya mengenyampingkan persatuan kaum muslimin sebagai satu tubuh. Hal ini tampak jelas dari sikap ‘masa bodonya’ negeri-negeri Islam tatkala sebagian umat mendorong mereka untuk menurunkan pasukan di tanah Gaza. Lucunya, di tengah-tengah situasi berdarah P4L3st1n4-Isra-Hell, pihak Saudi Arabia masih sempat-sempatnya membicarakan kemungkinan negaranya melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Z!0n1$.  


Kesatuan umat manusia yang seharusnya menjadi hal utama kemudian tergerus dan tampak hilang tak bersisa dengan ikatan nasionalisme. Ikatan nasionalisme yang hanya bersandar pada aspek emosional dan kebangsaan hanyalah ikatan yang bersifat temporal (sementara) yang begitu lemah dan tidak mampu menyatukan umat manusia. Sebaliknya, terjadi disintegrasi umat manusia karena batas-batas negara sekalipun mereka memiliki ras dan latar belakang sejarah-budaya yang sama.   


Padahal kaum muslimin seharusnya menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan sebagaimana sabda Rasulullah saw., ''Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim). Bahkan Islam secara tegas menyatakan bahwa kaum muslimin itu bersaudara dan haram hukumnya untuk saling menumpahkan darah. Rasulullah saw. bersabda, Setiap muslim yang satu terhadap muslim yang lain itu haram mengganggu darahnya, hartanya, dan kehormatannya. (HR Muslim)


Dari sini tampak urgensi yang sangat mendesak bagi umat Islam untuk bersatu tanpa adanya negara bangsa, guna menyelesaikan krisis P4L3st1n4. Hal ini tentu saja hanya dapat dilakukan dengan ditegakkannya Daulah Khilafah Islamiyah, yang berfungsi sebagai perisai umat yang akan mampu menyatukan kaum muslimin dalam satu kepemimpinan dan mengomandoi turunnya pasukan kaum muslim ke tanah P4L3st1n4. Lebih dari itu, Khilafah akan mengembalikan fitrah umat Islam sebagai umat terbaik yang kemudian memaksimalkan seluruh potensi umat menuju kepada kebangkitan hakiki. Bahkan, Khilafah akan dapat mewujudkan persatuan yang benar di tubuh umat Islam yang berlandaskan pada ukhuwah islamiyah dan bukan ikatan rapuh nasionalisme seperti saat ini. 

Wallahu alam bi ash-shawab.

Posting Komentar

0 Komentar