Oleh Titin Kartini
Informasi yang cepat tentunya sangat diharapkan oleh masyarakat, namun apa jadinya jika informasi yang diterima masyarakat adalah informasi penuh kebohongan atau hoaks belaka, artinya berita tersebut tidak sesuai dengan faktanya.
Itulah yang terjadi saat ini, informasi dengan mudah dan cepat sampai kepada masyarakat dengan adanya teknologi internet. Informasi dengan mudah dijangkau masyarakat dalam setiap detiknya. Tetapi masyarakat hendaknya waspada dan mencari tahu kebenaran informasi tersebut agar tidak menjadi fitnah. Seperti baru-baru ini, viral di Kota Bogor dimana ada mobil tangki membuang limbah ke sungai Cisadane dari atas jembatan Panaragan, Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor dengan informasi bahwa itu truk sedot WC seperti yang di-posting akun @mang_bink. (bogor.tribunnews.com, 16/3/2024)
Setelah viral dan tentunya meresahkan masyarakat akhirnya Direktur Teknik (Dirtek) Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor, Jawa Barat Ardani Yusuf menjelaskan bahwa pembuangan limbah tersebut berasal dari truk kontraktor yang sedang mengerjakan proyek pembuatan jalur pipa Tirta Pakuan, di depan Mako Yonif 315/Garuda, Kelurahan Gunung Batu. Lebih lanjut Ardani menjelaskan bahwa limbah yang dibuang tersebut merupakan air lumpur sisa pengeboran dari pengerjaan proyek tersebut dan bukan tinja seperti yang viral di masyarakat. Proyek ini dilakukan untuk menangani keluhan masyarakat terkait pelayanan air bersih di Bogor Barat. Metode boring yang dilakukan memang tanpa koordinasi dengan pihak pelaksana, sehingga air sisa pengeboran dibuang ke Sungai Cisadane. (jabar.antaranews.com, 17/3/2024)
Sangat disayangkan karena berita itu telah viral dan meresahkan masyarakat. Kecanggihan teknologi memang memudahkan segalanya, namun negara yang lost control membuat berita tersebut ditangkap dengan mudah oleh masyarakat walaupun belum jelas kebenarannya. Selain lost control negara, hal ini juga dipengaruhi adanya paham kebebasan berpendapat di negeri penganut sekulerisme. Bak bola panas yang bergulir tanpa kendali, informasi apapun menjadi absurd di tengah-tengah masyarakat.
Inilah hasil dari penerapan kapitalisme sekulerisme yang menjamin kebebasan berpendapat meski pendapat itu membahayakan masyarakat dan menimbulkan kegaduhan. Kebebasan berpendapat yang kebablasan, pada akhirnya menimbulkan praduga-praduga saja, bahkan tak jarang dari informasi hoaks menimbulkan fitnah keji bagi korban yang bisa saja berujung pada kematian ataupun kejahatan lainnya.
Lantas, bagaimanakah Islam memandang semua ini?
Islam merupakan sebuah ideologi yang mempunyai aturan dalam setiap lini kehidupan, tak terkecuali dalam bidang informasi. Islam mengatur semua informasi agar tidak terjadi adanya berita bohong atau hoaks. Negara khilafah justru harus menguasai masalah informasi agar tidak terjadi kekacauan di masyarakat. Dalam sistem Islam (Khilafah) ada satu departemen yang bertugas mengurusi bidang informasi yaitu Departemen Penerangan. Lembaga ini akan memberikan informasi yang spesifik kepada masyarakat, tentunya dengan sepengetahuan pemimpin atau khalifah.
Adapun dalil tentang pentingnya memilah informasi, Allah Swt. berfirman dalam surat an-Nisa ayat 83 yang artinya "Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)".
Saat ini, beredarnya informasi dengan mudah, tentu berkaitan erat dengan jaminan kebebasan. Sementara itu, dalam Islam tidak ada kebebasan berpendapat tanpa disertai dalil, artinya masyarakat boleh menyuarakan pendapatnya namun harus sesuai hukum syara dimana segala sesuatu harus bisa dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat kelak. Inilah yang akan membuat masyarakat takut jika membuat dan menyebarkan berita bohong atau hoaks.
Negara khilafah melindungi lahir dan batin rakyatnya. Maka negara menjamin tak akan ada berita atau informasi yang akan membuat masyarakat cemas, khawatir, bahkan ketakutan. Semuanya merasakan terlindungi. Inilah yang tidak bisa dan tidak akan ada dalam sistem kapitalisme, semua bebas melakukan apapun meski nyawa rakyat menjadi taruhannya asalkan menguntungkan bagi negara.
Tentu kita tahu dengan kecanggihan teknologi informasi, apapun akan dengan mudah sampai kepada masyarakat dalam hitungan detik saja. Jika negara tidak memfilternya atas nama kebebasan berpendapat, maka kondisi semacam ini akan terus berulang. Tak jarang dari suatu informasi hoaks pada akhirnya menimbulkan adu domba antar masyarakat yang dapat memicu kerusuhan. Lantas, masihkah kita berharap pada sistem kapitalisme dimana informasi hoaks akan terus menjamur tanpa henti. Rakyat membutuhkan solusi hakiki atas semua ini, yakni dengan penerapan Islam kafah dalam bingkai Daulah Khilafah. Wallahua’lam.
0 Komentar