Ramadan Bahagia dalam Naungan Islam

 


Ramadan Bahagia dalam Naungan Islam

Ramadan dalam hitungan hari akan menyapa umat Islam di seluruh dunia. Namun, suasana bahagia jelang Ramadan belum juga meliputi umat muslim seantero bumi. Apa yang harus kita sikapi dari situasi ini? Lalu, bagaimana agar kaum muslimin bisa berbahagia dalam Ramadan tahun demi tahun kemudian? Kita simak tanya jawab Muslimah Jakarta, dalam rubik Suara Muslimah, bersama narasumber kita berikut ini.


(Ustazah Estyningtias, Aktivis Dakwah)

Q: Ustazah, menjelang Ramadan 1445 H, bagaimana kondisi umat Islam tahun ini?

A: Kondisi umat Islam secara keseluruhan di dunia ini belum berubah, masih dalam kondisi terpuruk. Bahkan bisa dikatakan lebih terpuruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di beberapa negara harga bahan pokok meningkat, seperti di Mesir dan Indonesia. Kesulitan ekonomi akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis membuat kaum muslimin banyak yang berada dalam kemiskinan. 

Sedang di bagian dunia yang lain, seperti di Palestina khususnya warga Gaza, mereka amat sangat merana dalam kondisi kritis, kelaparan, kedinginan, ketakutan, dan sebagainya. Hidupnya di ujung tanduk, terjepit dengan kondisi yang sangat memilukan.

Q: Dalam kondisi demikian, apa kebahagiaan menjelang Ramadan juga akan bisa dirasakan oleh umat muslim seluruh dunia?

A: Jika kita mengembalikan pada hadis Rasulullah saw. bahwa umat Islam itu satu tubuh, seharusnya seluruh kaum muslimin ini merasakan kenestapaan bersama. Rasulullah kan menggambarkan bahwa jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya). Jadi kalau semua umat Islam merujuk pada hadis ini, maka tidak ada yang berbahagia dalam kondisi sebagian kaum muslimin lain berada dalam kondisi yang sakit. 

Namun, sekali lagi fenomena itu sepertinya sulit kita temui saat ini. Karena sebagian kaum muslimin seolah lupa dengan hadis tersebut atau bahkan tidak paham dengan hadis itu. Sehingga, mereka menganggap saudara-saudara kita di Gaza bukanlah persoalan yang perlu diperhatikan. Atau merasa sudah cukup dengan pemberian donasi yang mereka kumpulkan. Dan tidak ada upaya lain selain itu. 

Q: Euforia kesenangan jelang Ramadan dan kesedihan melihat kondisi saudara-saudara muslim yang lain dalam keadaan menderita, bagaimana seharusnya sikap kita, Ustazah?

A: Nah, sikap yang tadi saya jelaskan itu kan kurang tepat kan? Memang Ramadan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin. Tapi kebahagiaan menyambut Ramadan itu seharus dimaknai dengan cara yang benar. Yakni keagungan dan kemuliaan bulan Ramadan yang di dalamnya adalah waktu yang mustajabah untuk berdoa dan mohon ampunan, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendoakan kaum muslimin di Gaza, di Rohingya, Kashmir, dan kaum muslimin di belahan dunia yang lain agar mereka segera mendapatkan kemenangan dan kemuliaan hidup. Sedangkan untuk kaum muslimin di belahan dunia yang lain, seperti Malaysia, Indonesia, Arab, dan sebagainya, kita doakan agar mereka segera mendapat hidayah dan petunjuk untuk memperjuangkan penerapan Islam secara kaffah, agar mereka tidak terjebak pada gaya hidup sekuler ala Barat dan agar mereka segera sadar untuk membantu kaum muslimin lainnya. 

Ramadan juga momen untuk minta ampunan kan? Makanya di Ramadan kita juga harus banyak beristighfar, meminta ampun atas ketidakberdayaan umat ini dalam menolong saudaranya. Minta ampun atas semua kelalalaian dan kelemahan kita dalam memperjuangkan Islam secara kafah. Begitulah seharusnya kita memaknai kebahagiaan menyambut Ramadan sebagai bulan yang penuh kemuliaan dan ampunan.

Q: Bagaimana muslim Indonesia menyikapi jelang Ramadan tahun ini, Ustazah?

A: Sebenarnya tidak jauh beda dengan kondisi umat Islam di dunia kan. Jadi ya, saya kira sudah cukup dengan penjelasan yang tadi. Hanya saja kondisi khusus di Indonesia saat ini kan lagi rame dengan kenaikan harga beras yang disusul dengan kenaikan bahan-bahan pokok lain kan? Jadi, seperti yang saya sampaikan tadi, bahwa kenaikan harga beras itu terjadi karena salah kelola pertanian akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis. Banyaknya regulasi yang memudahkan investor untuk melakukan alih fungsi lahan pertanian, kurangnya perhatian dalam mengembangkan teknologi pertanian, dan pembangunan infrastruktur yang tidak memihak pada rakyat, ini semua menjadi gambaran bahwa memang terjadi salah kelola di bidang pertanian. Padahal Indonesia itu negeri yang subur. Kan ironis sekali kita ini seperti ayam mati di lumbung padi jadinya

Q: Bagaimana Islam mengajarkan kaum muslim menyambut Ramadan dalam keadaan yang sentosa dan dalam keadaan yang sempit, Ustazah? 

A: Yang saya tahu tidak ada ajaran khusus tentang itu. Yang pasti Islam mengajarkan pada kita ada bulan istimewa, yaitu Ramadan. Istimewanya adalah dalam bulan tersebut semua pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Artinya, di bulan tersebut kaum muslimin harus menahan diri dari nafsu serakah yang ada pada dirinya, karena setannya kan sudah dibelenggu. Jadi harapannya di bulan istimewa ini tidak ada muslim yang bersikap tidak baik atau dzalim terhadap muslim yang lain. 

Di sisi lain, pintu-pintu surga dibuka di bulan Ramadan. Maka harapannya, kaum muslimin itu lebih mudah melakukan kebaikan. Kebaikan apapun ya, yang bisa dia lakukan, apakah dengan bersedekah, berbuat baik, mendoakan muslim yang lain, dan sebagainya. 

Dan amal-amal itu semua, baik yang menahan diri untuk tidak melakukan kemaksiyatan maupun melakukan amal sholih, dua-duanya bisa dilakukan baik dalam kondisi senang maupun susah, lapang maupun sempit. Jadi bagaimanapun kondisinya, ketika kita memaknai Ramadan dengan tepat, insya Allah kita akan merasakan keistimewaan dan kemuliaan bulan Ramadan ini.

Q: Siapa sebenarnya yang harus mensituasikan jelang Ramadan dari tahun ke tahun semakin khidmat, Ustazah?

A: Jika kaum muslimin ini berada dalam satu tubuh, tentu komandonya ada di kepala kan? Jadi, jika kaum muslimin ini bersatu dalam 1 kepemimpinan, maka yang memiliki kewenangan untuk mensuasanakan Ramadan ini, ya pemimpinnya, Khalifah. Suasana khidmat dan khusyu beribadah, melakukan penghayatan yang benar akan makna Ramadan, dan memfasilitasi serta mendorong dilakukannya semua kebaikan dan amal sholih termasuk menutup semua celah kemaksiyatan yang mungkin terjadi di masyarakat, itu semua menjadi tanggung jawab khalifah beserta jajarannya. 

Termasuk jika kaum muslimin menghadapi musuh yang mengganggu di bulan Ramadan, maka khalifah wajib untuk memimpin pasukan menghalau musuh. Sebab jihad termasuk amal sholih yang jika dilakukan di bulan Ramadan pahalanya dilipatgandakan. Makanya, dalam sejarah kaum muslimin tidak pernah menghindari perang saat bulan Ramadan. Perang Badar Al Kubro, itu juga terjadi di bulan Ramadan bukan? 

Disitulah kita jadi merasa butuh adanya seorang pemimpin yang akan menyatukan kaum muslimin kembali dalam bingkai khilafah Islamiyah dalam menerapkan Islam secara kafah. 

Q: Adakah pesan yang ingin disampaikan untuk umat Islam menjelang Ramadan 1445 H, Ustazah?

A: Bulan Maret tahun 2024 ini tepat dengan 100 tahun runtuhnya Khilafah Islamiyah di tanggal 3 Maret 1924. Semenjak Khilafah Islamiyah ini runtuh kaum muslimin mengalami kenestapaan yang luar biasa. Dan tahun ini tepat pula kita akan memasuki bulan Ramadan. Maka manfaatkanlah sebaik-baiknya bulan Ramadan ini untuk melakukan berbagai upaya agar kaum muslimin bisa kembali dalam persatuan, menerapkan Islam secara kafah, memimpin dunia, dan membebaskan saudara-saudara kita di Gaza. Semoga Ramadan tahun ini adalah Ramadan terakhir tanpa Khilafah. Aamiin. 

Posting Komentar

0 Komentar