Kajian Mubalighah Se-Tangsel; “Kembalikan Peran Ibu Sebagai Arsitek Peradaban!”



Kajian Muballighah Tangerang Selatan (Dirasah Syar’iyyah Syahriyyah) edisi ke 5 (lima) kembali diselenggarakan tepat di bulan Ramadhan dengan tema “Mengembalikan Peran Strategis Perempuan Dalam Mencetak Generasi”. Acara ini menghadirkan 2 (dua) narasumber yang konsen membidangi isu-isu seputar perempuan dan generasi. Ustazah Rahmania Idrus M.Pd selaku narasumber yang pertama adalah Founder Tazkiyatun Nafs & Terapi Quran (TNTQ), sedangkan narasumber kedua adalah Ustazah Yoyoh Nasroh, S.Ag, seorang Penyuluh Kementerian Agama Kabupaten Tangerang. 



Acara ini terselenggara di salah satu masjid di Tangerang Selatan, pada Sabtu, 23 Maret 2024. Dihadiri sekitar 70 (tujuh puluh) peserta yang merupakan tokoh masyarakat dari kalangan ustazah, muballighah, pengurus majelis taklim, ormas Islam, juga guru-guru TPA,TPQ serta Rumah Tahfidz dari kecamatan Pondok Aren, Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Setu, Serpong dan Serpong Utara.



Ustazah Rahmania Idrus mengawali pemaparannya dengan menyampaikan betapa istimewanya posisi perempuan di dalam Islam. “Dalam diri seorang Ibu itu ada keteladanan. Di mana dengan keteladanannya ia mampu mencetak pemimpin-pemimpin umat”, ucapnya, lalu mengutip Al-Quran surat Al-Furqon ayat 74 dan beberapa hadis tentang keistimewaan perempuan, khususnya ibu.



Bahkan lanjutnya, ibu sanggup menjalankan peran yang memenuhi tiga aspek sekaligus, yaitu fisik, spiritual dan emosional. Fisik, adalah mulai dari sang ibu mengandung, melahirkan, menyusui hingga merawat anaknya sampai dewasa. Kedua, aspek spiritual yaitu ketika ibu menanamkan akidah dan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan, kepada anak. Ibu pula yang mengenalkan kasih sayang Allah dan Rasul-Nya melalui kasih sayangnya. Ketiga, aspek emosional di mana ibu menjadi tempat yang memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi anak.  



Namun sayang, kondisi ideal tersebut tak mudah untuk diwujudkan. Ibu sebagai arsitek peradaban menemui banyak sekali kendala hari ini. Hal ini disampaikan narasumber kedua, Ustazah Yoyoh Nasroh S.Ag. “Generasi hari ini terjebak pada budaya hedon, materialistik, konsumtif, mudah marah, bully dan tawuran marak, maunya serba instan, tidak mau kerja keras, sampai pada kerusakan moral dan akhlak hingga terlibat seks bebas, L96T, narkoba, miras dan lain-lain”, ungkapnya. 



Lantas sudah sejauh manakah ibu menjalankan perannya sebagai artisek peradaban? Ustazah Yoyoh mengungkapkan, kondisi ibu hari ini tak ssedang baik-baik saja.. Wajar, generasi yang lahir pun masih jauh dari harapan. Bagaimana tidak, bukannya bangga memiliki banyak anak, tapi justru ada ibu yang menganggap anak adalah beban dan menghambat karir, hingga child free menjadi trend hari ini. Fakta lain menunjukkan, tidak sedikit ibu yang tak punya cukup waktu dan energi untuk bisa membersamai dan mendidik anak dengan optimal karena harus membantu suami mencari nafkah di tengah sulitnya kondisi ekonomi hari ini. 



Tentu ini semua terjadi bukan tanpa sebab. Ustazah Yoyoh membeberkan ada banyak faktor kenapa Ibu tak lagi bisa optimal menjalankan perannya. Pertama, sistem pendidikan hari ini yang berbasis pada sekulerisme, yaitu pemisahan agama dan kehidupan telah memalingkan kaum ibu dari peran utamanya, sebagai pendidik generasi. Mereka teracuni dengan ide-ide Barat yang menyesatkan, seperti liberalisme, feminisme yang mendorong mereka merasa setara dengan laki-laki dalam segala hal. 



“Ide kesetaraan gender terus dimasifkan bahkan di sekolah, kampus, pesantren dan majelis taklim. Ada juga moderasi beragama yang bahkan menjadi program pemerintah dan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Prinsipnya, wanita itu bebas berkarir, jangan mau terkungkung di rumah ngurus anak dan suami saja, ibu itu harus berdaya dan seterusnya.”, ungkap Ustazah Yoyoh. 



Di sisi lain, lanjutnya, kapitalisme yang juga lahir dari sekulerisme menganggap materi atau cuan adalah segalanya. Hal ini disadari atau tidak, menyeret kaum ibu untuk keluar rumah. Entah itu demi mengejar karir agar diakui dan dihargai adalah karena bisa menghasilkan uang. Atau memang karena desakan ekonomi yang sengaja dibuat sulit, serba mahal, serba butuh cuan. 



Ustazah Yoyoh menunjukkan, telah jelas kerusakan yang ditimbulkan dari sistem sekulerime-kapitalisme ini yang memang berasal dari akal manusia yang lemah dan terbatas. Lalu mengutip Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 85 dan Al-Maidah ayat 50 yang menjadi dasar haramnya manusia membuat hukum sendiri, termasuk memilah dan memilih sebagian hukum Allah dan meninggalkan yang lain. 



Maka, Ustazah Yoyoh menegaskan, untuk bisa mengembalikan peran ibu sebagai arsitek peradaban, tidak ada jalan lain kecuali dengan meninggalkan sistem sekulerisme-kapitalisme yang merusak tadi dan kembali kepada Islam.



Lebih lanjut Ustazah Yoyoh menjelaskan, sistem ekonomi yang berdasarkan syariat Islam mengatur dengan rinci bagaimana mengelola dan mendistribusikan kekayaan. Sumber daya alam yang ada, benar-benar untuk kemakmuran rakyat. Tidak diobral kepada asing dan aseng seperti hari ini. Para suami dimudahkan menjadi nafkah, sehingga istri atau ibu bisa maksimal menjalankan perannya mengurus rumah dan mendidik generasi. Peran yang sangat dimuliakan di dalam Islam. Tidak sebagaimana hari ini yang dipandang sebelah mata. 



Antusias para tokoh yang hadir sangat tampak dari berlomba-lombanya mereka mengacungkan tangan untuk menyampaikan tanggapan maupun pertanyaan di sesi diskusi. Tanggapan dan pertanyaan di antaranya disampaikan Ustazah Faizah, yang cukup lama berkecimpung di bidang parenting. Beliau mengaku, selama ini problematika rumah tangga hanya sampai pada solusi individu, belum sampai kepada solusi sistem seperti yang disampaikan oleh narasumber. Ustazah Faizah menemukan anak-anak yang bermasalah itu bahkan orangtuanya shalih, mendidik anak dengan sangat baik. Ini bukti, bahwa ternyata tak bisa hanya solusi individu atau keluarga.



Ustazah Yuniati Susilowati, selaku pemangku Ma’had CQC (Cinta Quran Center) juga memberikan tanggapan, bahkan ketika anak sudah dimasukkan ke sekolah Islam pun, pesantren misalnya, masih belum menjamin anak tersebut tumbuh menjadi seperti yang kita harapkan. Ustazah Susi sepakat dengan apa yang disampaikan narasumber bahwa kita butuh solusi sistem, yaitu sistem Islam sebab hanya sistem Islam sajalah yang dapat mengantarkan kaum perempuan untuk bisa menjadi ibu pencetak generasi peradaban yang agung dan gemilang. 



Para tokoh masyarakat sangat menantikan kegiatan Dirosah Syar’iyyah Syahriyyah edisi berikutnya serta dengan tema-tema yang menarik, sebab kegiatan ini dianggap menjadi wadah bagi para tokoh untuk mendapatkan ilmu dan informasi untuk selanjutnya disampaikan kepada masyarakat agar umat tercerdaskan dengan pemikiran-pemikiran Islam. 



Acara kajian mubalighah Tangerang Selatan ini pun diakhiri doa, memohon pertolongan Allah, agar segera tegaknya sistem Islam dalam naungan khilafah, yang akan mengembalikan peran ibu sebagai arsitek peradaban dan kemudian ditutup dengan foto bersama. 



Reporter Anita Rachman






Posting Komentar

0 Komentar