Reportase Majlis Tadabbur Quran Masjid Jakarta Islamic Center edisi Liqo Syawal.

 



Senin, 22 April 2024, bertepatan dengan 13 Syawal 1445 H, hadir di ruang Salimah Masjid JIC tokoh muslimah Jakarta Utara dari berbagai komunitas untuk mengikuti kajian Tadabbur Quran yang diselenggarakan Majlis Tadabbur Quran JIC.

Hj. Dr. Rosmeinita, selaku ketua MTA, mengawali sambutan dengan motivasi untuk bersemangat menuntut ilmu.

Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi inti dengan tema: *Idul Fitri: Menjaga Fitrah Taat Kepada Syariah* yang disampaikan oleh Ustadzah Fatikah S. Ag.

Ustadzah Fatikah S. Ag mengawali dengan doa:

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ صَالِحَ الْأَعْمَالِ وَجَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِينَ وَالْفَائِزِينَ وَالْمَقْبُولِينَ. *عِيدًا مُبَارَكًا وَسَعِيدًا كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ*

Ustadzah Fatikah melanjutkan dengan menjelaskan makna Idul Fitri dan Idul Fitrah dengan mengutip kamus Al Mu’jam Al Wasith, ‘Id adalah suatu perkara penting atau sakit yang berulang, bisa juga sesuatu yang berulang tersebut adalah sesuatu yang dirindukan dan semacamnya. ‘Id juga berarti setiap hari yang terdapat perayaan di dalamnya. Sedangkan fitri berasal dari kata ‘afthoro’ yang berarti memutuskan puasa karena melakukan pembatalnya. Jadi fitri di sini dimaksudkan dengan hari setelah Ramadhan, di mana tidak berpuasa lagi. Hal ini berbeda dengan kata fitroh (fitrah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang dalam bahasa Arab bermakna sifat asli atau watak asli, atau bermakna pula tabi’at selamat yang belum tercampur ‘aib (Lihat Al Mu’jam Al Wasith, hal. 727-728).

Ustadzah Fatikah S. Ag melanjutkan dengan menjelaskan siapa yang berhak dinyatakan berhari raya yakni dengan mengutip hadis:

"لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ، إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ، وَكُلُّ يَوْمٍ لاَ يُعْصَى فِيْهِ فَهُوَ عِيْدٌ"

Artinya, “Bukanlah disebut 'Id bagi orang yang mengenakan (pakaian) baru, sesungguhnya 'Id itu bagi orang yang ketaatannya bertambah, dan setiap hari yang tiada maksiat di dalamnya itulah 'Id” (Abdul Hamid al-Makki asy-Syafi’i, Kanzu an-Najah wa as-Surur).

Ustadzah Fatikah S. Ag melanjutkan dengan menjelaskan betapa berat menjaga fitrah untuk tetap taat pada-Nya saat ini.

Beratnya menjaga fitrah untuk taat seperti menggenggam bara api:

"عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ"

Artinya: Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Akan datang kepada manusia suatu masa yang ketika itu orang yang sabar di atas agamanya seperti menggenggam bara api.” (HR: Tirmizi)

Beliau melanjutkan bahwa fitrah untuk taat hanya akan terjaga dengan tiga pilar penjaga fitrah yaitu ketaatan individu yang kuat, kontrol dari masyarakat yang tinggi, serta pelaksanaan aturan dan sanksi jika ada penyimpangan oleh negara dengan aturan Islam.

Terakhir, ustadzah Fatikah mendorong peserta untuk rajin menuntut ilmu karena ketaatan yang benar itu harus berasal dari ilmu yang benar.

Juga mengajak peserta untuk aktif beramar ma'ruf nahyi munkar serta aktif ikut mengupayakan tegaknya penerapan Islam.

Sesi tanya jawab merupakan sesi akhir pemaparan yang menunjukkan keseriusan mengikuti acara.

Acara pun ditutup dengan ramah tamah berjabat tangan, saling mendoakan, dan makan siang bersama.

Posting Komentar

0 Komentar