Liqo Syawal: Meraih Ketakwaan Kolektif Pasca Ramadhan



#Reportase#Pada bulan Syawal tahun ini, Muslimah Jakarta mengadakan acara Liqo Syawal sekaligus halal bihalal yang dihadiri oleh puluhan tokoh dari berbagai kalangan.  Sia-sia rasanya bila pertemuan yang dinantikan ini tidak digunakan sebaik-baiknya untuk sekaligus bertukar pikiran melalui tema tertentu. 

Dalam agenda kali ini, tema besar yang diangkat adalah “Pererat Ukhuwah Perjuangan Islam Kaffah". Pada kesempatan pertama, ustazah Syifa Nafisah memberikan pandangannya mengenai bagaimana membawa ketakwaan pasca Ramadan.

“Pencapaian derajat takwa merupakan hal yang seharusnya diraih saat Ramadan telah berlalu,” ujar Ustazdah Syifa mengawali pandangannya. Gambaran takwa adalah bagaimana kehati-hatian seorang hamba dalam melakukan aktivitas apapun. 

“Namun banyak yang menganggap bahwa konteks bertambahnya ketakwaan tersebut adalah hanya skala individu saja,” ujarnya. Padahal Al-Qur'an telah mensyariatkan dalam surat Albaqarah: 185, bahwa Al-Qur'an merupakan petunjuk dan pembeda antara hak dan batil bagi manusia. Dengan begitu dalam tiap aturannya, manusia harus terikat dengan syariat. 

Saat ini, kondisi kaum muslimin makin terpuruk, tarif dasar listrik makin tinggi, harga BBM juga demikian, sumber daya alam yang makin terhempas oleh investor, oligarki yang mempengaruhi kebijakan penguasa, ditambah utang luar negeri yang makin banyak termasuk saat pemilihan pemimpin yang baru lalu. 

Dengan demikan, ketakwaan bukan hanya bisa terwujud pada individu semata. Karena seharusnya aturan yang mengatur segala aspek kehidupan baik itu ekonomi, politik, sosial, ataupun budaya sesuai dengan syariat Allah Swt. dan takut untuk melanggarnya karena wujud dari takwa. Tersebab segala aturan kehidupan manusia tersebut ada dalam Al-Qur'an.

Kemudian pandangan kedua disampaikan oleh ustazah Ida Farida. Ia menyatakan bahwa takwa merupakan sentral dari segala urusan, karena takwa yang menentukan derajat kemuliaan manusia di hadapan Allah Swt. Takwa pula yang akan menentukan apakah termasuk dalam golongan ashabul yamin (golongan kanan) ataukah ashabusy syimal (golongan kiri). 

“Ashabul yamin ini merupakan golongan yang akan kekal di dalam surganya Allah Swt.,” jelas ustazah Ida. Begitu pula sebaliknya, ashabusy syimal juga akan kekal di nerakanya Allah Swt., naudzubillah. 

“Allah Swt. akan memberikan jalan keluar di dunia ini dari arah yang tidak diduga-duga bagi orang yang bertakwa," paparnya. “Pun Allah Swt. akan memberikan rezeki dari arah yang tidak diduga-duga,” lanjutnya. Hal ini membuktikan betapa takwa ini merupakan hal yang sangat penting bagi seorang muslim. 

Dengan kata lain, pasca Ramadan seorang muslim menyandang predikat takwa, seperti dalam surat Albaqarah: 185. Begitu juga dalam surat Ali Imran: 102, bahwa manusia diharuskan untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya. 

Ustazah Ida menyatakan bahwa, menurut Imam Al Hasan, seperti dikutip oleh Imam Ath thabari dalam tafsirnya dinyatakan bahwa kaum yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa takut terjerumus pada apa saja yang telah Allah tetapkan. Atau dengan kata lain kaum yang bertakwa itu adalah mereka adalah orang yang menunaikan kewajiban yang Allah telah tetapkan dalam syariat. 

Sehingga, ustazah Ida menyimpulkan bahwa orang yang bertakwa akan berhari-hati dalam hidupnya, sebab ia khawatir nanti akan terjerumus pada aktivitas yang haram, karena pasti hal tersebut pasti akan menuai dosa dan kelak di akhirat akan mendapat azab, nauzubillah.

Sebagaimana pemaparan pertama, ustazah Ida juga menekankan bahwa bicara takwa bukan hanya berbicara sekala individu, tetapi juga bagaimana ketakwaan negara bahkan dunia. 

Seperti telah difirmankan pada surat Al a’raf: 96, ”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” 

“Oleh karena itu, menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk merupakan refleksi dari ketakwaan,” ujar ustazah Ida. Setiap perilaku manusia haruslah merujuk pada Al-Qur'an, tidak ketinggalan tentang kepemimpinan. Karena dalam Islam fungsi penguasa dalah mengurusi urusan rakyat agar sejahtera apabila urusan tersebut disandarkan oleh nash Al-Qur'an.

Islam pun mewajibkan untuk taat pada Allah Swt., Rasul-Nya juga para pemimpin, namun pemimpin yang taat pada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra., dalam tafsir Al-Qur'an karya Albaghawi menjelaskan bahwa seorang imam atau pemimpin negara wajib memerintah berdasarkan hukum yang telah Allah Swt. tetapkan. 

Dengan demikian pasca Ramadan bukan hanya melahirkan ketakwaan individu, tapi juga ketakwaan kolektif yang terwujud dari penerapan sistem syariat secara total. 

Ustazah Ida menjelaskan bahwa pada kenyataannya hanya ada dua perspektif ketakwaan sistematik yaitu hukum yang haq, yaitu hukum Allah Swt. atau hukum batil yaitu hukum jahiliyah. Seperti tercantum dalam surat Almaidah: 50, “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”

Namun sayangnya saat ini hukum Islam dicampakkan dalam kehidupan dan digantikan dengan sistem kehidupan sekuler kapitalis yang mempunyai prinsip memisahkan agama dari kehidupan. Menurut Ustazah Ida, saat umat Islam mencampakkan hukum-hukum Allah Swt., saat itu juga umat Islam jatuh dalam lubang kenestapaan, kemunduran, dan keterpurukan, layaknya saat ini.

Ustazah Ida membeberkan bukti dari sangat banyaknya masalah akibat umat Islam tidak mengunakan Islam sebagai aturan alternatif. Seperti tidak terpeliharanya akidahnya anak-anak, jiwa, agama, kehormatan tidak bisa terpelihara layaknya saat ini yang sedang terjadi di Palestina. 

“Begitulah yang terjadi saat Daulah Khilafah tidak ada,” ujarnya. Tidak diterapkannya Islam secara kaffah, banyak hal-hal yang membuat sedih. Allah berfirman dalam surat Albaqarah: 208, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Sebagai penutup ustazah Ida menyatakan bahwa ketakwaan hanya bisa diraih dengan tegaknya sistem Islam yang sempurna dan penerapannya secara utuh di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Wallahualam.

Posting Komentar

0 Komentar