Oleh Hanin Syahidah
Nilai rupiah terus melemah dari dolar AS. Merujuk pada Google Finance, rupiah saat diperdagangkan di posisi Rp16.007,35 per US$ pada Jumat pukul 12.23 WIB.
Sejalan dengan Google Finance, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS untuk Non Deliverable Forward (NDF) juga sudah menembus Rp16.000.
Merujuk data Refinitif, nilai tukar rupiah untuk NDF pada kontrak 1 bulan tercatat Rp 16.094,86 untuk bid dan Rp 16.113,14 untuk offer. (CNBCIndonesia.com, 12/4/2024). Kondisi ini tidak hanya terjadi sekali ini saja, sejak Januari lalu nilai rupiah terus merosot terhadap dolar bahkan disebut paling parah di Asia. Sampai pada bulan April 2024 ini nilai tukar rupiah menjadi semakin lemah dibanding 5 bulan terakhir.
Pemicu terjungkirnya nilai rupiah terhadap dolar sebagaimana dikutip Bloomberg, Edi Susianto, Direktur Eksekutif-Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia yakni rupiah terpengaruh oleh depresiasi nilai tukar yuan, sekaligus permintaan dolar yang kuat untuk pembayaran dividen bagi investor asing. Selain itu, rupiah juga tertekan oleh aliran dana asing yang keluar dari pasar obligasi. (kontan.id, 3/4/2024). Data inflasi Maret yang lebih tinggi ketimbang ekspektasi dipicu oleh harga pangan yang tinggi, juga berkontribusi pada pelemahan rupiah.
Efek domino dari nilai tukar rupiah yang melemah ini di antaranya adalah terkait barang-barang yang masih sangat tergantung pada impor. Industri manufaktur, industri makanan dan minuman yang menggunakan gandum, gula, kedelai, beras, dan lain sebagainya dari sumber impor akan sangat merasakan dampaknya. Transportasi pengiriman barang ekspor-impor pun akan terpengaruh.
Semua hal ini bisa berbuntut pada terjadinya inflasi. Pembayaran utang negara juga semakin membengkak karena di-kurs-kan dengan dolar. Bahkan nilai utang akan terus naik sejalan dengan melemahnya rupiah terhadap dolar.
Berharap ada perbaikan seiring berjalannya waktu, ternyata nilai tukar rupiah di hari Jumat, 3 Mei kemarin masih tetap merosot terhadap dolar, yakni berkisar dalam rentang Rp16.140-Rp16.210 berbarengan dengan keputusan The Fed yang membatalkan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Pada perdagangan Kamis (2/5), rupiah ditutup menguat 0,46% ke Rp16.185 per dolar AS. Pada saat yang sama indeks dolar AS melemah 0,10% ke 105,65. Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen global datang dari Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve yang membatalkan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut sehingga menurunkan dolar dan memberikan sedikit keringanan pada harga komoditas. (market.bisnis.com, 3/5/2024).
Banyak pihak mungkin bertanya-tanya, mengapa dunia melakukan standarisasi mata uang mereka kepada dolar AS, bukan mata uang yang lain. Dan mengapa semua negara secara mayoritas bergantung kepada dolar AS dalam nilai tukarnya?
Hal ini tentu tidak terjadi begitu saja, pascaperang dunia II posisi AS yang unggul dibanding Inggris menjadikan standar mata uang dolar semakin menguat di dunia. Terlebih ketika Inggris yang semula masih menjadikan emas sebagai standar mata uang akhirnya ikut-ikutan meninggalkannya dan beralih kepada standarisasi mata uang kertas.
Apalagi setelah perjanjian Bretton Woods tahun 1944, delegasi dari 44 negara Sekutu bertemu di Bretton Wood, New Hampshire, AS. Mereka berunding untuk menghasilkan sistem pengelolaan devisa yang tidak merugikan negara mana pun. Diputuskanlah bahwa mata uang dunia tidak dapat dikaitkan dengan emas, tetapi dapat dikaitkan dengan dolar AS yang terkait dengan emas. (cnbcindonesia.com, 28/7/2022).
Kesepakatan itu kemudian dikenal sebagai Perjanjian Bretton Woods. Isinya menetapkan bahwa bank sentral akan mempertahankan nilai tukar tetap antara mata uang mereka dan dolar AS. Pada gilirannya, Amerika Serikat akan menebus dolar AS untuk emas sesuai permintaan. Negara-negara memiliki beberapa tingkat kendali atas mata uang dalam situasi di mana nilai mata uang mereka menjadi terlalu lemah atau terlalu kuat relatif terhadap dolar. Mereka bisa membeli atau menjual mata uang mereka untuk mengatur jumlah uang beredar.
Sebagai hasil dari Perjanjian Bretton Woods, dolar AS secara resmi dinobatkan sebagai mata uang cadangan dunia dan didukung oleh cadangan emas terbesar di dunia. Alih-alih cadangan emas, negara lain mengumpulkan cadangan dolar AS.
Lantaran membutuhkan tempat untuk menyimpan dolar mereka, negara-negara mulai membeli surat berharga U.S. Treasury yang mereka anggap sebagai penyimpan uang yang aman.
Saat artikel tentang Perjanjian Bretton Woods ini dimuat oleh Investopedia pada Mei 2021 lalu, lebih dari 61% dari semua cadangan bank asing dalam bentuk mata uang dolar AS. Hal itu berdasarkan sumber dari Dana Moneter Internasional (IMF). Banyak dari cadangan dalam bentuk tunai atau obligasi AS, seperti U.S. Treasury. Selain itu, sekitar 40% dari utang dunia dalam mata uang dolar.
Kenyataan hari ini justru kondisi ekonomi dunia semakin terpuruk ketika mereka meninggalkan standar mata uang emasnya beralih ke standar mata uang kertas yang sangat tidak berharga. Bagaimana tidak, standar mata uang kertas tampak ringkih dan tidak fix (fluktuatif). Hal yang sangat berbeda dengan standar mata uang emas dan perak yang cenderung stabil.
Standar emas dan perak pada faktanya pernah diterapkan di masa lalu, terutama ketika Islam berkuasa. Pakar ekonomi Islam, Ustaz Dwi Chondro Triono, PhD. dalam Alwaie.net, 28/6/2022 menyampaikan bahwa emas dan perak adalah mata uang dunia paling stabil yang pernah dikenal. Sejak masa awal Islam hingga hari ini, nilai mata uang Islam dwilogam itu tetap stabil dalam hubungannya dengan barang-barang konsumtif. Seekor kambing di zaman Nabi saw., harganya adalah 1 dinar, atau yang besar adalah 2 dinar. Hari ini, 1400 tahun kemudian, harganya kurang lebih masih sama, yaitu 1 atau 2 dinar. Seekor ayam pada zaman Nabi saw. harganya 1 dirham. Hari ini, 1400 tahun kemudian, harganya kurang lebih masih sama, yaitu 1 dirham. Dengan demikian selama 1400 tahun, inflasinya adalah nol.
Dalam kondisi krisis ekonomi, nilai emas justru menguat dibandingkan mata uang kertas dunia yang semuanya merosot. Pada saat terjadi krisis peso Meksiko tahun 1995, nilai emas naik sebesar 107% dalam waktu 3 bulan pada waktu krisis. Ketika krisis menimpa ASEAN tahun 1997 nilai emas mengalami kenaikan 375% dalam kurun waktu 7 bulan pada waktu krisis. Pada saat krisis menimpa rubel Rusia tahun 1998, emas mengalami kenaikan 307%. Fakta-fakta itu membuktikan betapa stabil nilai emas tersebut.
Begitulah bagaimana fiksasi nilai emas dan perak yang cukup stabil akan lebih dipilih dalam kegiatan ekonomi, karena mampu mengeliminir secara signifikan kerugian pelaku bisnis. Dan Indonesia, sebagai negeri mayoritas Islam seharusnya berpijak kepada syariat Islam secara totalitas, termasuk dalam standar politik dan ekonominya, serta penggunaan emas dan perak. Karena semua itu diperintahkan oleh Allah dalam banyak dalil.
Emas dan perak senantiasa digunakan dalam pelaksanaan syariat Islam. Ustaz Dwi Chondro Triono, PhD. Menyampaikan contoh-contohnya yang begitu banyak. Islam mewajibkan zakat emas dan perak dan telah menetapkan nishâb-nya. Sabda Rasulullah saw., “Pada setiap 20 dinar (zakatnya) setengah dinar.”
Nishab zakat dinar (emas) adalah 20 dinar (85 gr emas). Zakatnya sebesar 2,5%. Rasulullah saw. juga bersabda, “Pada setiap 200 dirham (zakatnya) 5 dirham.”
Nishab zakat dirham (perak) adalah 200 dirham (595 gr perak). Zakatnya adalah 2,5%.
Islam juga mewajibkan pembayaran diyat dengan emas dan perak dan telah menentukan ukurannya. Diyat berupa emas besarnya 1000 dinar. Diyat berupa perak besarnya 12.000 dirham.
Islam juga mewajibkan potong tangan dalam pencurian dengan kadar minimal nilai harta yang dicuri adalah seperempat dinar atau 3 dirham. Sabda Rasulullah saw., “Tidak dipotong tangan pencuri kecuali dalam (barang senilai) seperempat dinar atau lebih.” (HR. Khamsah).
Maka, begitu komprehensifnya Islam dalam menyelesaikan masalah fiksasi mata uang. Seharusnya ini menjadi solusi alternatif setelah kondisi ekonomi hari ini yang sangat terpuruk. Wallahu a'lam biasshawwab.
0 Komentar