Ubah Sistem, Ubah Generasi

 



Oleh: Titin Kartini

 

Berkembangnya suatu bangsa akan terlihat dari berkembangnya generasi penerus bangsa. Jika generasi itu baik maka perkembangan bangsa pun akan menjadi baik. Namun, apa jadinya ketika calon generasi ini justru lebih banyak melakukan aktivitas merusak seperti tawuran pelajar yang kian hari kian marak terjadi. Miris, para pelajar yang seharusnya berlomba-lomba mengupgrade diri dengan berbagai prestasi demi kemajuan bangsa, justru tercoreng dengan ulah mereka yang meresahkan orang tua, aparat, dan masyarakat.  Tak jarang dalam aksi tawuran, mereka merusak bahkan melakukan aktivitas keji seperti penganiayaan dan pembunuhan.

Hal ini seperti yang terjadi di Kota Bogor, dimana pihak kepolisian berhasil membekuk tiga pelajar yang telah membacok pelajar lainnya pada peristiwa tawuran antar pelajar yang terjadi di jalan Suryalaga, Pasir Kuda, Kota Bogor. Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Bismo Teguh Prakoso menjelaskan ketiga pelaku berinisial RI, MR, dan KA merupakan pelajar di sekolah lain di wilayah Kabupaten Bogor. Ia menjelaskan para pelajar dari dua SMA ini memang sudah janjian untuk tawuran. Adapun motif dari aksi tawuran ini untuk balas dendam, karena tongkrongan salah satunya sempat diserang oleh pihak lawan. Mereka sepakat membuat janji untuk tawuran melalui Direct Message (DM). (https://jabar.antaranews.com, 8/6/2024)

Sementara itu ada satu daerah yang juga menjadi salah satu kawasan yang sering dijadikan tempat tawuran yaitu di Bogor Nirwana Residence (BNR). Penjelasan Kompol Eka Chandra Mulyana mengungkapkan dari operasi di kawasan BNR, pihaknya menemukan puluhan botol minuman keras beralkohol dari dua warung kelontong. Seorang warga bernama Habib Abdulah Al Mansyur merasa kawasan BNR kerap menjadi tempat tawuran dan kenakalan remaja. Ia menilai perhatian dari Pemerintah Kota Bogor dan stakeholder lain tidak cukup efektif dalam menangani kondisi ini. Menurutnya, kenakalan remaja yang mengarah pada tindak kriminal sering terjadi di lokasi tersebut, bahkan tindakan tersebut telah banyak menimbulkan korban. (https://radarbogor.jawapos.com, 7/6/2024)

Negara, aparat keamanan, lingkungan masyarakat, dan institusi terkecil bernama keluarga tentu berperan dalam membentuk karakter para remaja. Negara mempunyai peran yang sangat penting dimana setiap kebijakan berasal darinya. Berkembangnya teknologi informasi baik visual maupun audio visual menjadi salah satu yang mempengaruhi cara berpikir generasi muda. Apalagi bangsa ini sering sekali membebek gaya hidup dari luar negeri. Alhasil, budaya 'berani' dalam konteks yang negatif pun mereka ikuti. Semua tentunya berpangkal pada sistem yang diterapkan di negeri ini, yakni kapitalisme dengan asas sekulernya.

Sekulerisme dan liberalisme telah merasuk ke dalam jiwa generasi muda. Mereka bertindak tanpa menghiraukan norma-norma agama terkhusus umat muslim yang mempunyai aturan dalam segala hal. Namun karena paham sekuler dan liberal, mereka tidak mau mengikuti aturan  agamanya. Alhasil, seperti inilah jadinya. Agama hanya dijadikan panduan dalam ibadah dan acara ritual belaka, bukan untuk mengatur kehidupan mereka. Hal ini karena mereka menginginkan kebebasan dalam segala hal termasuk dalam berperilaku.

Berbagai macam program telah dibuat pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menyelamatkan remaja dari kenakalan-kenakalan mereka. Namun, hasilnya masih belum signifikan, karena memang semuanya berpangkal pada sistem yang dianut. Kita bisa melihat dan menyaksikan negara pengusung dan biangnya sistem kapitalis sekuler, yakni Amerika. Kondisi masyarakatnya terutama remaja yang merupakan generasi penerus bangsa justru berada di jurang kehancuran. Generasi mereka banyak yang depresi, pecandu narkoba, pelaku seks bebas, bahkan menjadi pembunuh. Tentu kita tak rela jika generasi kita menjadi seperti mereka. Maka perubahan yang hakiki harus segera dilakukan. Perubahan hakiki itu tentunya dengan merubah sistem yang dianut saat ini yaitu sistem kapitalis sekuler liberal menjadi sistem Islam. Karena hanya sistem Islam yang sesuai fitrah manusia, dalam artian paling mengerti dan memahami bagaimana seharusnya manusia dalam menjalani kehidupan agar ia selamat di dunia bahkan akhirat kelak.

Islam sebagai agama dan juga ideologi mempunyai aturan yang sempurna dan paripurna untuk menyelamatkan manusia. Hal ini telah dibuktikan oleh suri tauladan kita, Rasulullah saw. dan para sahabat Rasul, juga para Khalifah sesudahnya. Maka kita akan mendengar bagaimana sosok pemuda hebat yang hidup dalam naungan khilafah. Dimulai dari Ali bin Abi Thalib, Mus’ab bin Umair, Salman Al Farisi, Salahudin Al Ayyubi, hingga Sultan Muhammad Al Fatih yang menggoreskan tinta emas peradaban sebagai pemuda hebat karena hidupnya dipenuhi ketaatan pada aturan Sang Pencipta, yakni aturan dari Allah Swt.

Allah Swt. berfirman dalam surah Ar-Ra’d ayat 11 yang artinya, ‘’Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaaan suatu kaum, sehingga kaum itu sendirilah yang mengubah apa yang ada pada diri mereka.’’ Alhasil, jika kita ingin menyelamatkan generasi penerus bangsa, kuncinya ada pada penerapan hukum-hukum Allah yang tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah, yang diterapkan secara menyeluruh dalam naungan sistem-Nya yang bernama khilafah. Perubahan mendasar ini pun ada di tangan kita, umat Muslim. Mengubah sistem niscaya akan mengubah generasi. Sistem yang baik akan menghasìlkan generasi yang baik, bahkan menjadi generasi pemimpin peradaban mulia. Wallahu a’lam.

Posting Komentar

0 Komentar