Siti Rima Sarinah
Allah Swt. menciptakan manusia dengan bentuk yang sangat sempurna. Manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang paling mulia dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Sebagai makhluk yang mulia, Allah juga membekali manusia akal dan seperangkat hukum yang paripurna agar manusia bisa melaksanakan tugas penciptaannya sebagai seorang hamba di muka bumi ini. Tak satupun aktivitas manusia yang tidak diatur oleh-Nya, hal ini sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada manusia agar senantiasa berjalan dalam koridor hukum syariat-Nya.
Allah Swt. senantiasa menginginkan manusia hanya mengambil dan menerapkan hukum-Nya tatkala menjalani aktivitas kehidupan. Sebab, Allah Swt. telah menjanjikan kepada setiap hamba-Nya yang beriman dan taat pada-Nya dengan balasan berupa surga serta rahmat dan keberkahan senantiasa menghiasi perjalanan kehidupan manusia. Sebagai hamba yang beriman tentu hal ini menjadi motivasi dan dorongan ruhiyah untuk berlomba-lomba mendapatkannya.
Namun, di lain sisi masih banyak kaum muslim yang tidak menjadikan hukum-hukum Rabbnya sebagai landasan dalam setiap amalnya. Bahkan mereka melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan amal perbuatan yang diperintahkan Allah kepadanya. Al-Qur’an yang seharusnya menjadi petunjuk hidupnya agar tidak terjerumus pada jurang kesesatan, malah mereka abaikan dan menggantikannya dengan hukum buatan akal manusia yang lemah dan terbatas.
Allah Swt. berfirman, “Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia “Ya Tuhanku, mengapa engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman;”Demikianlah, Telah datang kepadamu ayat-ayat kami maka kamu melupankannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan.” (TQS Thaha: 123-126)
Ayat di atas merupakan penegasan kepada kaum muslim konsekuensi akibat mengabaikan Al-Qur’an dalam kehidupan mereka. Al-Qur’an adalah petunjuk Allah yang diberikan kepada manusia yang seharusnya menjadi landasan dari setiap amal perbuatan dalam menjalani medan kehidupan. Sebab, setiap muslim yang menyatakan keimanannya kepada Allah Swt. telah berjanji untuk taat dan patuh hanya pada aturan yang berasal dari Al-Qur’an. Tatkala kaum muslim tunduk dan patuh maka ia akan selamat dan tidak akan celaka. Dan ia akan mendapatkan keberuntungan, keberkahan, dan kebahagiaan baik di kehidupan dunia maupun di kehidupan abadi kelak.
Sedangkan kaum muslim yang berpaling dan mengabaikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya, maka akan diberikan kehidupan yang sempit dan menghimpunkannya di hari kiamat dalam keadaan buta serta mendapatkan azab yang sangat pedih dan kekal di neraka. Inilah buah dari pengabaian mereka terhadap hukum syariat Allah Swt. yang tidak hanya mereka dapatkan di dunia melainkan juga di akhirat kelak.
Maka sudah seharusnya hal ini menjadi renungan buat seluruh kaum muslim, bahwa hidup itu adalah pilihan dan setiap pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing. Konsekuensi untuk memilih taat dan patuh ataukah konsekuensi memilih untuk berpaling dan mengabaikan syariat-Nya, semua akan dimintai pertanggungjawaban di hari penghisaban kelak. Sama halnya apakah kita mau menjadi kaum muslim yang beruntung dengan bersedia tunduk dan patuh di atas jalan keimanan dan ketakwaan atau tidak mau mengikuti petunjuk-Nya. Kehidupannya akan terseok-seok dalam kesesatan, terus terbelit dengan aneka problema dunia dan senantiasa bergelimang derita.
Jangan pernah untuk salah memilih, bukankah Allah sudah memberikan akal kepada kita untuk menjadi penimbang baik dan buruk sesuai pandangan syariat? Jangan karena kita hidup dalam sistem yang menihilkan peran agama dalam kehidupan (sekularisme), kita terseret arus kerusakan dan kebatilan akibat penerapan sistem ini dalam kehidupan. Tidak dipungkiri sistem ini perlahan tapi pasti telah mengikis akidah dan keimanan kaum muslim. Sistem yang tak mengenal halal haram sebagai standarnya dan hanya melihat semua perbuatan dengan kacamata materi belaka. Sehingga apapun yang bisa menghasilkan materi akan dilakukan tanpa memperdulikan hal itu melanggar hukum syariat Allah Swt. atau tidak?
Begitu banyak kemaksiatan yang hadir dalam kehidupan kita, dan begitu banyak kaum muslim yang terjerumus pada kemaksiatan tersebut. Seperti judi online yang mengarah kepada pinjaman online mengakibatkan istri membunuh suami, perceraian merebak akibat para suami kecanduan judi online, dan anak-anak dibawah umur pun terjerumus dengan permainan yang diharamkan ini. Fakta ini hanyalah salah satu dari sekian banyaknya kemaksiatan akibat mengabaikan hukum Allah Swt.
Sudah saatnya seluruh kaum muslim sadar dan segera bangkit untuk keluar dari sistem sekularisme yang rusak dan merusak serta kembali pada petunjuk yang benar yang telah diberikan Allah sejak pertama kali manusia diciptakan. Al-Qur’an ibarat obat untuk mengatasi dan membersihkan kaum muslim dari virus sekularisme dan turunannya. Dan kaum muslim pun mampu keluar dari jeratan ilusi sekularisme dengan berpegang teguh dan yakin akan janji-janji Allah kepada hambanya yang taat dan patuh terhadap syariat-Nya.
Dengan menjadi bagian dari pengemban dan pejuang agama Allah Swt. yang senantiasa membekali diri dan akal dengan tsaqofah Islam untuk meyakinkan bahwa Islam sebagai problem solver untuk mengatasi setiap problema kehidupan. Dengan begitu kita bisa membentengi diri dari jeratan sekularisme yang membuat kaum muslim sesat dan celaka di dunia maupun di akhirat. Terus menerus mendakwahkan Islam agar kaum muslim semua sadar bahwa hanya Islam satu-satunya petunjuk hidup, agar keberuntungan, keberkahan, dan kebahagiaan bisa dirasakan oleh seluruh umat manusia. Wallahua’alam.
0 Komentar