Ruruh Hapsari
Perhelatan
pemilu dan demokrasi di negeri ini selalu menyisakan kekecawaan, begitu pula
yang berjalan beberapa bulan lalu. Tidak hanya masyarakat umum, para
intelektual dan aktivis pun merasakan hal yang sama. Sehingga mereka mengadakan aksi dan
menyampaikan keprihatinan mereka terhadap jalannya perpolitikan negeri yang
memperlihatkan kecurangan dan kejanggalan.
Maka
pada Ahad di awal Juli, para intelektual dan aktivis berkumpul untuk memperbincangkan
masalah ini. Diharapkan dengan adanya acara yang dilakukan secara hybrid
ini, para intelektual muslimah dan aktivis mempunyai gerakan dan suara yang
sama dalam memandang demokrasi, bahwa demokrasi merupakan ide rusak dan merusak
bukan untuk dipertahankan dan diperjuangkan.
Aktivis
Dakwah Indonesia, Ustazah Ir. Ratu Erma saat membuka forum yang dihadiri oleh
sekitar 1000 orang intelektual dan aktivis secara daring dan luring ini
menyitir Al-Qur'an surat Annur, 55. Dengan dicontohkan oleh Rasulullah saw. yang
memberikan panduan bagaimana Allah Swt. mengganti kondisi takut menjadi aman
dalam ayat ini, dari Mekah jahiliyah kepada kehidupan yang beradab dan aman di
Madinah yang semua itu dilakukan karena diterapkannya aturan Allah Swt.
Kemudian
saat Dr. Faizah
Rasyidah, M.Ked.Trop., memandu forum yang bertemakan “Tinggalkan Demokrasi,
Perjuangkan Islam untuk Perubahan” ini menyatakan bahwa masih ada di kalangan
intelektual muslim memahami bahwa demokrasi adalah satu-satunya jalan terbaik
untuk melakukan perubahan di tengah masyarakat.
Sebagai
keynote speaker, aktivis dakwah Palestina, Umm Akram, menyatakan di
Palestina, demokrasi dipromosikan untuk meningkatkan partisipasi rakyat, namun
sering digunakan untuk memperbarui legitimasi otoritas Palestina saat
popularitas mereka menurun.
Pada
kenyatannya, demokrasi juga tidak memberikan kedaulatan yang diharapkan, justru
menyebabkan penindasan terhadap suara-suara yang meyerukan Islam. Juga tidak membawa
kebebasan yang justru merusak norma sosial dan budaya. Kegagalan demokrasi di
Palestina adalah karena sistem tersebut adalah buatan manusia yang dipengaruhi
hawa nafsu dan kepentingan yang sempit.
Di
balik kegagalan demokrasi di Palestina, terdapat gerakan yang selalu
menentangnya karena dianggap bertentangan dengan Islam. Adalah Hizbut Tahrir
yang menyuarakan bahwa demokrasi adalah sistem kufur yang mengambil kekuasaan
dari Allah Swt. dan memberikan kepada manusia.
Dalam
forum yang digelar di 20 titik nobar di
seluruh Indonesia ini, terdapat empat orang panelis. Pertama, Prof. Elisa Julianti, M.Si., yang membawakan tema "Ada
Kepentingan Siapa Dalam Gerakan Selamatkan Demokrasi?" Bahwa di kalangan
intelektual kampus, setelah diduga terjadi kecurangan dalam proses demokrasi
lalu, mereka bergerak dengan opini yang sama yaitu dengan gerakan ‘Selamatkan
Demokrasi’.
Diketahui bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan
dari, untuk, dan oleh rakyat. Sayangnya, suara rakyat lima tahunan hanya untuk
kepentingan jabatan tertentu, sehingga pada prosesnya ‘untuk dan oleh rakyat’
tidaklah terealisasi dan sering terabaikan. Kekuasaan yang diperoleh justru
bukan untuk kepentingan rakyat, namun untuk kepentingan segolongan orang saja.
Pada
kenyataannya, demokrasi bukanlah untuk, dari, dan oleh rakyat, namun for one
percent, to one percent, by one percent. Sehingga ketidakpuasan terhadap
demokrasi pun makin lama makin meningkat. Dalam hal ini terlihat bahwa Amerika
mempunyai peran penting terhadap Gerakan Selamatkan Demokrasi.
Sebagai
panelis kedua, Prof. Dr. Masroro Liliek Ekowanti, M.Si., dengan tema "Stop
Berharap Pada Demokrasi". Dalam paparannya beliau membeberkan bahwa
kapitalisme dalam banyak sisi baik ekonomi, kenegaraan, maupun sosial
kemasyarakatannya jauh dari syariat. Negara kapitalis besar sudah membuat
‘Jebakan Laba-Laba’ (Spider Trap) pada seluruh negeri Islam agar masuk dalam
jebakan demokrasi yang seakan tidak akan bisa menanggalkannya.
Kemudian
dalam paparannya yang bertemakan "Demokrasi, Jebakan Perubahan Untuk Umat
Islam", Siti Muslihati, S.IP., M.Si., sebagai panelis ketiga menyatakan bahwa
yang menjadi rujukan demokrasi adalah suara rakyat, namun rakyat sesungguhnya
tidak bisa berdaulat. Lalu saat kekuasaan dijalankan, sesungguhnya bukan representasi
rakyat, sebaliknya para penguasa terpilih justru mengedepankan mereka yang
bermodal besar.
Sehingga
tidak akan terwujud masyarakat ideal karena pilar pentingnya tidak realitistis,
yaitu memberikan kedaulatan pada rakyat. Padahal sesungguhnya kedaulatan adanya
di pilar tertinggi, yaitu aturan Allah Swt.
Lalu
sebagai panelis terakhir, Ibu
Nida Saadah, S.E.Ak., Mei., dengan tema "Thoriqoh Umat
Merupakan Perubahan yang Hakiki" menyatakan bahwa umat harus memahami peta
masalah. Masalah utamanya adalah tidak tegaknya aturan Allah Swt. Dengan kata
lain menerapkan kembali aturan syariah di tengah masyarakat. Syariah bukan
hanya menerapkan sanksi, namun menerapkan aturan yang menaungi umat, aturan
yang membuat regulasi.
Sedangkan
khilafah adalah metode operasional untuk menerapkan aturan syariah, karena bisa
dipastikan bahwa tidak ada satu pun negara di dunia ini yang menerapkan Islam
secara kafah. Lalu cara penegakkannya adalah dengan berjemaah secara konsisten
menyeru yang makruf dan menjauhi yang munkar. Kemudian prosesnya adalah dengan
adanya gerakan dawah yang konsisten menyuarakan hal tersebut. Saat ini gerakan
yang demikian adalah Hizbut Tahrir.
Hal
ini dicontohkan dengan adanya aktivitas Rasulullah saw. yang selalu konsisten
terhadap dua aktivitas utama saat masih di Mekah. Pertama, tholabun nushroh
untuk menegakkan negara di Madinah. Kedua, membuat opini publik tentang Islam.
Rasulullah
saw. mengutus Mush’ab menyiapkan masyarakat Madinah dalam rangka opini pubik, pun
beliau juga melakukan tholabun nusroh dengan mendatangi pemegang
kekuasaan untuk memberikan kekuasaannya dan Allah berikan kemudahan dengan
adanya penduduk Anshor. Kemudian, terjadilah bai’at aqobah, pengangkatan
Rasul sebagai kepala negara di Madinah.
Forum
ini diakhiri dengan pernyataan sikap dari para inteletual dan aktivis Muslimah
yang menyerukan bahwa demokrasi merupakan sistem kufur yang tidak dapat
membangkitkan umat. Harus diganti dengan aturan Allah Swt. Wallahu’alam.
0 Komentar