Karina Fitriani Fatimah
(Alumnus of master degree of applied computer science, Albert-Ludwigs- Universität Freiburg, Germany)
#Telaah Utama- Belum lama ini heboh beredar foto di media sosial yang diduga menunjukkan lima Nahdliyin atau kader Nahdlatul Ulama (NU) bertemu dengan Presiden Isra-Hell Isaac Herzog. Ismail Fahmi di akun X miliknya, @ismailfahmi, membagikan tangkapan layar sebuah foto yang sebelumnya dibagikan @zenmaarif di akun Instagramnya. Dalam caption foto tersebut dituliskan kelima Nahdliyin berbincang langsung dengan Presiden Z!0n1$ untuk membahas konflik Hamas-IsraHell dan hubungan Indonesia-IsraHell.
Unggahan itu pun lantas mendapat banyak kecaman. Banyak pihak yang menilai kedatangan kelima generasi muda muslim Indonesia tersebut telah menyakiti hati umat muslim dunia yang tengah berduka atas kebiadaban agresi militer Z!0n1$ atas tanah P4L3st1n4. Sedangkan dari pihak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut segera memanggil pihak yang bersangkutan untuk dimintai keterangan. PBNU juga akan segera memanggil pimpinan organisasi badan otonom (banom) dan lembaga yang menjadi tempat mereka bernaung. Jika ditemukan unsur pelanggaran organisasi mereka akan diberhentikan dari statusnya sebagai pengurus lembaga atau banom (nu.or.id, 15/07/2024).
Sebetulnya ‘kunjungan bersahabat’ Nahdliyin bukanlah hal yang baru. Pada Juni 2018 lalu Ketua Umum (Ketum) PBNU saat ini, Gus Yahya, berkunjung ke negeri Z!0n1$ dalam rangka memenuhi undangan sebagai pengisi kuliah umum The Isra-Hell Council on Foreign Relations yang digelar oleh American Jewish Committee (AJC) Global Forum di Yerussalem. Bahkan jauh sebelumnya yakni lebih dari dua dekade yang lalu, Gus Dur – yang sempat menjabat sebagai Ketua Umum PBNU 1984-1999 – pun turut hadir dalam AJC Global Forum di Washington, AS, dan selama masa hidupnya pernah mengunjungi Israel sebanyak tiga kali. Mengomentari soal kunjungannya ke Isra-Hell pada masa silam, Gus Yahya menegaskan dirinya melakukan kunjungan itu atas nama pribadi dan ‘mempertanggungjawabkannya secara pribadi’ pula.
Sowan yang dilakukan kelima Nahdliyin ataupun oleh kedua Ketum PBNU sesungguhnya sejalan dengan pengarusderasan narasi moderasi beragama dan pluralisme di tubuh umat. Di mana dalam proses menjajakan proyek moderasi beragama para pengembannya menggaung-gaungkan visi mereka untuk ‘menciptakan perdamaian’ dan ‘menjaga toleransi’. Dan untuk memuluskan visi tersebut mereka menghalalkan diri mereka ‘berjabatan tangan’ dan ‘berpelukan mesra’ sekalipun dengan para pembunuh anak-anak P4L3st1n4.
Narasi yang kemudian senantiasa digaungkan oleh para pejuang moderasi beragama adalah pentingnya ‘menghormati’ perbedaan dan mengedepankan nilai-nilai toleran dan inklusif. Dalam kasus ini khususnya, para pendukung moderasi beragama beranggapan bahwa tindakan g3n0$1d4 yang dilakukan pihak Z!0n1$ hanya masalah perbedaan sudut pandang antara Z!0n1$ dan P4L3st1n4. Mereka bahkan berdalih, dengan mengedepankan nilai-nilai toleran agresi militer di tanah G4z4 tidak akan pernah terjadi dan kedua negara bisa hidup ‘berdampingan’.
Pendekatan semacam ini pun sejalan dengan proyek-proyek mereka sebelumnya seperti penyelenggaraan Forum R20 International Summit of Religious Authorities (ISORA) pada 27 November 2023 di Jakarta lalu. Di mana para pemuka agama dalam Forum R20 ISORA 2023 mendesak otoritas agama dari setiap keyakinan dan negara untuk mengerahkan kekuatan dan pengaruh komunitas masing-masing agar berdampak pada kalangan pengambil keputusan, menghentikan konflik bersenjata yang terjadi di Timur Tengah, Eropa, Afrika Sub-Sahara, dan wilayah lain di dunia, dan mengembangkan mekanisme dialog dan negosiasi yang efektif yang dapat mengarah pada penyelesaian konflik secara damai. Dan forum tersebut mengundang pula sejumlah tokoh entitas Y4hud1 sebagai upaya yang katanya bisa menjadi kunci penghentian agresi.
Padahal telah nyata kezaliman dan kebiadaban yang dipertontonkan Z!0n1$. Mereka bukanlah pihak yang bisa diajak bicara karena telah terpenuhi hati dan jiwa mereka dengan dendam dan kebencian atas Islam sebagaimana firman Allah Swt., “Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang mereka sembunyikan dalam hati lebih besar. Sungguh, Kami telah menerangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu berpikir.” (TQS al-Imran: 118). Mereka pun adalah orang-orang yang senang mengingkari janji, berpura-pura serta fasik seperti yang telah Allah Swt. terangkan, “Dan Apabila mereka berjumpa dengan orang-orang beriman, mereka berkata, ‘Kami telah beriman’. Tetapi ketika kembali kepada sesamanya, mereka berkata ‘Apakah akan kamu ceritakan kepada mereka apa yang telah diterangkan Allah kepadamu sehingga mereka dapat menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu? Tidakkah kamu mengerti?” (TQS al-Baqarah: 76).
Perlu kita pahami bersama pula bahwa ‘praktik beragama jalan tengah’ yang diusung dalam proyek moderasi beragama, salah satunya dengan membangun jalinan ‘persahabatan’ dengan pihak Z!0n1$, justru kian menjerumuskan umat ke dalam lumpur pemikiran busuk pluralisme. Di mana menurut penganut pluralisme tidak boleh ada klaim kebenaran di dalam beragama termasuk Islam. Tidak boleh mengatakan, “Hanya Islam-lah satu-satunya yang benar.” Dalam pluralisme, kebenaran setiap agama adalah relatif yang berarti pula bahwa dalil-dalil Al-Qur’an dan as-sunnah tidak sepenuhnya benar jika kemudian berbenturan dengan nilai-nilai moderasi beragama dan pluralisme. Na'udzubillah!
Narasi moderasi beragama disertai dengan pluralisme inilah yang kemudian mendorong penganutnya untuk ‘berjabat tangan’ dan berkompromi dengan Z!0n1$ dalam masalah P4L3st1n4. Mereka tidak lagi berempati kepada saudara-saudara kita di G4z4 kecuali sebatas bualan dan omong kosong belaka. Dialog dan perjanjian yang mereka klaim sebagai bentuk upaya untuk menciptakan perdamaian pun hanya sebatas khayalan yang hingga kini bahkan tidak dapat dicapai oleh Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) ataupun pengadilan internasional. Dengan demikian, kehadiran kelima Nahdliyin dalam pertemuan mereka bersama Isaac Herzog tidak hanya melukai hati umat tetapi juga merupakan bentuk pengkhianatan nyata atas penderitaan rakyat P4L3st1n4! Wallahu a’lam bi ash-shawab.
0 Komentar