Rini Sarah
(Pemerhati Remaja)
Cuitan Fufufafa di sebuah platform medsos (Kaskus) memang tak se-unyu namanya. Banyak media menilai klo cuitan akun Fufufafa ini sudah masuk kategori ujaran kebencian pada seseorang. Kata-nya sih seseorang yang dimaksud itu adalah Presiden RI yang akan dilantik dalam waktu dekat ini, Pak Prabowo.
Kalo baca cuitan-cuitan yang di-screenshoot sama netizen dan ramai beredar di X itu, emang bikin kita geleng-geleng sambil ngelus dada sih, Sobi. Bisa ya orang mencuit se-gak ada akhlak itu. Nyindir satu keluarga dengan aib-aibnya dengan segitu vulgar. Gak sopan sih itu mah judulnya. Bukan pen bela salah satu pihak, sih. Cuma emang itu kaya mengokohkan bahwa survei yang dilakukan oleh Microsof terkait Indonesia termasuk netizen paling gak sopan di Asia Tenggara, benar adanya.
Simak ni, lema berita yang diangkat oleh CNNIndonesia, ada laporan hasil survei pada tahun 2020 dengan 16.000 orang responden di 32 negara. Cara nilainya pake skor antara 0-100. Nah, makin tinggi skor maka makin gak sopanlah penduduk suatu negara. Truus, hasilnya dilaporkan dong dalam laporan berjudul Digital Civility Index (DCI). Taaaarrraaaaa, Indonesia berada di urutan ke-29 dari 32 negara yang disurvei untuk tingkat kesopanan, sekaligus menjadi yang terendah di Asia Tenggara! OMG! Aaadudududu….
Adab adalah Perhiasan
Semacam bingung memang kalo kita hubungkan dengan kenyataan bahwa mayoritas warga +62 adalah muslim. Muslim kok gak ada akhlak?! Muslim kok gak ada adab?!. Wait…wait… ojo ngegas dulu lah Sampeyan iku. Kata Ustad Felix Siauw juga harus beda-in antara Islam dan muslim. Islam itu konsep agama dan ideologinya, sedangkan muslim itu pelaksananya. Harap tau aja ya, pelaksana itu suka menyimpang. Gak megang and pake konsep Islam dalam seluruh aktivitasnya. Malah, ada yang namanya Islam KTP. Ngaku-ngaku (beragama) Islam tapi kelakukan kelam. Ngaku-ngaku umat Nabi Muhammad saw., tapi kelakuan ikut Dajjal. Nauzubillahiminzalik.
Untuk meredakan kebingungan, emang muslim itu harus sejalan dengan Islam. Muslim itu adalah Islam yang berjalan. Seluruh perilakunya harus mencerminkan Islam. Artinya, seluruh perilaku muslim baik itu perkataan, perbuatan, dan lintasan pikirannya harus disesuaikan dengan pemikiran serta syariat Islam.
Terkait dengan adab, tentu saja ada konsepmya dalam Islam. Ibnu Hajar al-Asqolani menyatakan adab artinya menerapkan segala yang terpuji, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinisikan kalo adab itu adalah mempraktikkan akhlak-akhlak yang mulia. Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah juga turut mendefinisikan adab. Menurut beliau, adab adalah ilmu untuk memperbaiki lisan dan seruan serta ketepatan posisinya, juga memperbaiki ungkapan dan menjaganya dari kesalahan dan cacat.
Memang banyak ulama mendefinisikan adab ini, Sobi. Pada muaranya adab adalah perhiasan perilaku dan lisan (maupun tulisan) seorang muslim. Kendati adab ini tidak secara langsung ditunjuki oleh dalil secara perinciannya, ia merupakan sesuatu yang masyru (disyariatkan). So, pelaksanaannya sama kaya hukum syarak yang lain. Wajib kaum muslim terikat dengannya. Fyi, adab ini tumbuh subur ketika kaum muslim menerapkan syariat Islam secara kafah. Masyarakat Islam saat itu terkenal dengan ketinggian adabnya.
Adab Bermedsos
Dalam bermedsos pun ada adabnya. Jangan anggap medsos itu dunia tanpa hukum syarak, Sobi. Jangan juga kita anggap medsos itu adalah tempat buat kita bisa semena-mena tanpa ada konsekuensinya. Belajarlah dari (akun) Fufufafa. Akibat cuitannya yang udah 10 tahunan lalu, hari ini dia tuai hasilnya. Terjebak dalam polemik, hingga ada wacana batal dilantik. Ini baru di dunia. Di akhirat, tentu saja harus mempertanggungjawabkan juga.
Sobi, menulis itu dalam Islam disamakan dengan berbicara. Ada sebuah kaidah fikih menjelaskan, “Tulisan (teks) itu hukumnya sama dengan lisan (ucapan).” (Muhammad Shidqi Al-Burnu, Mausū’ah Al-Qawā’id Al-Fiqhiyyah, Juz VIII, hlm. 272; Al-Mausū’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, 34/178)
Jadi, semua mua hukum syarak terkait berbicara berlaku juga untuk menulis. Rambu-rambu yang mesti dipatuhi saat berbicara misalnya, kita harus mikir dulu sebelum bicara atau nulis. Jangan asal njeplak ya, Sobi. Kan kita punya kewajiban untuk jaga lisan dan tulisan kita dari perkataan/tulisan yang batil, dusta, gibah, namimah, perkataan kotor, dan segala yang diharamkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Rasulullah saw. telah memberitakan hal itu dengan sabdanya berikut ini, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang dia tidak pikirkan dahulu, Dia akan menggelincirkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa di antara timur.” (HR al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Trus, kita juga diperintahkan untuk berbicara yang baik. Kalo ga bisa berkata baik, ya udah diem. Tahan lisan dan jempolnya. Islam juga mengajarkan kita untuk senantiasa berkata lembut, ga ngegas. Rasulullah saw. bersabda, “Bukanlah seorang Mukmin yang sempurna, yang suka mencaci, mengutuk, berbuat, dan berkata kotor.” (HR al-Bukhari)
Lalu…lalu, ternyata menulis juga bisa lho jadi kaya kita ikutan berjihad. Contohnya pas ada tuh gerakan “Julid Fisabilillah”. Gerakan psywar alias perang psikologi yang dilakukan netizen Indonesia yang bikin tentara Isrewel pada kena mental. Nah, klo yang gini termasuk dalam amar makruf nahi mungkar. Kejahatan Isrewel pada saudara kita di Gaza Palestina kan itu kemungkaran. Setiap kemungkaran harus diubah agar jadi kemakrufan. Sesuai dengan sabda Rasul saw., “Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu, hendaknya dia ubah dengan lisannya, dan kalau dia tidak mampu, hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim, no. 49)
Lalu, klo julid pada tentara Isrewel itu kita niatkan untuk jihad, maka kita termasuk orang yang berjihad. Karena jihad itu juga bisa lho dengan lisan/tulisan. Rasulullah saw. bersabda, “Berjihadlah kamu melawan kaum musyrikin dengan harta-harta kamu, dengan diri-diri kamu, dan dengan lisan-lisan kamu.” (HR Abu Dawud, sunan Abu Dawud, no. 2504; Ahmad, al-Musnad, no. 12.268, an-Nasa`i, sunan an-Nasa`i, no. 3096, dengan sanad yang shahih. Lihat Imam Nawawi, Riyādhush Shālihīn, hlm. 437).
Sobi, mari kita ambil hikmah dari segenap gonjang-ganjing dunia persosmedan. Kita sebagai orang Islam, memang udah saatnya untuk balik. Balik ke Islam maksudnya. Pegang erat-erat dan laksanakan seluruh ajarannya termasuk dalam adab berbicara dan menulis ini, lalu kita nikmati dunia yang aman tanpa kegaduhan.[]
0 Komentar