#Reportase — “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”
Mencintai Nabi Muhammad saw. dan meneladani kepemimpinannya adalah hal yang sangat indah dalam ajaran Islam. Cinta kepada beliau saw. tidak hanya sebatas perasaan kagum dan hormat, atau hanya sebatas meneladani akhlak mulia, sifat terpuji dan kasih sayangnya saja. Sejatinya juga harus tampak dalam ketaatan dan pengamalan pada syariat yang beliau saw. bawa.
Dengan semangat itulah, Forum Muslimah Jakarta mengadakan acara diskusi Maulid Nabi saw.. Mengundang para tokoh dari berbagai kalangan. Mengangkat tema “Mencintai Nabi Muhammad saw.: Meneladani Kepemimpinan Nabi saw.” Terselenggara di Jakarta, pada Sabtu (28/09/2024), menghadirkan pembicara Ustazah Isnaini Samsaro, S.Si., dan Ustazah dr. Estyningtias P.
Ustazah Isnaini sebagai pembicara pertama mengatakan bahwa Khilafah adalah warisan dari Nabi Muhammad saw.. Terkait kata Khilafah, dalam sebuah hadis Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Dahulu Bani Israel diurus oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, ia digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak ada nabi sesudah aku. Yang akan ada adalah para khalifah dan mereka banyak.” (HR Muslim)
“Dari hadis tersebut, bisa ditarik (kesimpulan) bahwa tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad saw., berarti Nabi saw. adalah nabi terakhir yang artinya bahwa risalah beliaulah yang harus kita ikuti. Kemudian, ada frase khulafa, khulafa adalah jamak dari khalifah. Jadi khalifah adalah pemimpinnya, sedangkan Khilafah adalah sistem pemerintahannya,” jelas Ustazah.
Beliau pun melanjutkan penjelasan tentang Khilafah yaitu, kepemimpinan umat Islam sedunia dalam rangka untuk menegakkan hukum syariat Islam, menyatukan umat, dan menegakkan risalah Islam melalui dakwah dan jihad. Rasulullah sudah menyebutkan, maka seharusnya Khilafah bukan sesuatu yang asing. Sayangnya, kaum muslim sendiri alergi dengan kata Khilafah. Kepemimpinan yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. tak sebatas di keluarga saja akan tetapi Rasulullah saw. juga seorang pemimpin negara. “Apakah ini sudah tersampaikan kepada umat?” Tanya Ustazah.
Dalam bulan Rabiul Awal tidak hanya tentang kelahiran Rasulullah saw. saja, tetapi juga ada peristiwa hijrah. Ketika di Madinah, Nabi Muhammad saw. menjadi pemimpin dengan masyarakat yang majemuk. Tidak hanya kaum muslimin saja, ada juga kaum Yahudi, Nasrani, dan kaum musyrik yang mereka semua tunduk di bawah kepemimpinan Rasulullah dengan penerapan syariat Islam.
Khilafah adalah kepemimpinan setelah Rasulullah wafat dan digantikan oleh Khulafaur Rasyidin dalam soal kepemerintahan dan sebagainya. Mereka mengikuti apa yang telah dicontohkan Rasulullah saw. termasuk melakukan hubungan dengan luar negeri. Setelah Khulafaur Rasyidin, kepemimpinan dilanjutkan oleh khalifah yang banyak hingga diruntuhkan pada tanggal 3 Maret 1924 oleh Mustafa Kemal Ataturk.
Ustazah melanjutkan penjelasannya terkait bagaimana keadaan kaum muslim setelah tidak adanya khilafah selama satu abad ini. Palestina adalah contoh, saudara kita di sana tidak ada yang membela sementara kaum muslim banyak jumlahnya. Bahkan, tetangga-tetangga dekatnya malah membantu zi0n!s Israhel. Belum termasuk kesengsaraan-kesengsaraan lain yang dirasakan umat saat ini, tanpa Khilafah. Sungguh kondisi yang sangat berbeda saat Khilafah berjaya kurang lebih 13 abad melindungi kum muslimin dan menguasai dua pertiga dunia.
Kabar dari Rasulullah saw. tentang kembalinya Khilafah ala minhajinnubuwah sudah disampaikan dalam sebuah hadis. Sepatutnya kaum muslim memperjuangkan janji Allah dan Rasul-Nya tersebut, meski berbagai upaya untuk mewujudkan Khilafah mengalami berbagai penjegalan.
“Jangan sampai masuk ke dalam bagian orang- orang yang diam saja, terlebih memusuhi Khilafah,” tegas Ustazah. Khilafah adalah ajaran Islam yang seharusnya tidak ditakuti. Dengan tegaknya Khilafah maka seluruh syariat Allah bisa diterapkan.
Penutur kedua, Ustazah dr. Estyningtias P., berbicara tentang sikap seharusnya seorang muslim dalam mencintai Nabi Muhammad saw.. “Apa yang disebut dengan cinta atau mahabbah?” Ustazah Esty menjelaskan bahwa mahabbah itu adalah kecintaan terhadap sesuatu. Adanya perasaan suka atau rasa senang terhadap sesuatu tadi dan ada landasan yang mendasarinya. Rasa bukan amalan fisik tetapi amalan hati. Hanya saja amalan hati tersebut harus ditunjukkan, butuh diekspresikan dan diungkapkan. Bagaimana caranya mengekspresikan cinta kita kepada Rasul? Apakah cukup dengan berselawat?
Cara mengekspresikan cinta kepada Nabi Muhammad saw. yang pertama bisa mulai dengan berselawat. Hanya saja, mencintai tidak cukup dengan kata-kata harus juga ditunjukkan dengan perbuatan. Lebih rinci beliau menjelaskan bahwa wujud kecintaan kepada Nabi saw. yang kedua adalah dalam bentuk perbuatan meniru dan meneladani apa yang dilakukan oleh Rasulullah.
“Rasulullah adalah satu-satunya insan yang paling sempurna di dunia. Tidak hanya wajahnya tetapi juga akhlaknya yang luar biasa, apalagi ajarannya. Ajarannya berasal dari Allah Swt.. Sangat wajar umat Islam memiliki kecintaan yang luar biasa kepada Nabi Muhammad karena kesempurnaan ajarannya,” terang Ustazah Esty.
Sejatinya, karena hal tersebut pula, kaum muslim ingin menerapkan syariat Islam secara kafah. Yang aneh adalah ketika kaum muslim senantiasa berselawat kepada Nabi saw. tetapi alergi terhadap penerapan syariat. Malahan, menganggap penerapan syariat Islam tidak sempurna dibandingkan penerapan Demokrasi. Bahkan memiliki pendapat lebih sempurna ajarannya Aristoteles, Plato, Montesque, dan Adam Smith. “Berarti ada yang salah dari cara berpikirnya. Ajaran Islam adalah ajaran yang sempurna!", tegas Ustazah Esty.
Kemudian beliau melanjutkan dengan hadis, “Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.”
Menjaga warisan yang ditinggalkan Nabi saw. adalah bentuk ekspresi cinta yang ketiga. Rasulullah sudah memberi contoh kepada umatnya bagaimana menerapkan Al-Qur’an dan Sunnah melalui penerapan sistem Islam dalam bingkai Khilafah.
Ekspresi cinta kepada Nabi Muhammad yang keempat adalah mengikuti Rasulullah saw. seperti yang tertuang dalam al-Imran ayat 31, jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku. Allah Swt. sudah menggariskan bahwa cara mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan cara mengikuti Rasulullah. Mengikuti Rasulullah dalam perkara seperti yang digambarkan Allah dalam surat al-Hasyr ayat 7, apa yang diperintahkan oleh Rasul maka ambillah dan apa yang dilarangnya, maka tinggalkanlah!
Meneladani kepemimpinan Rasulullah dalam bernegara seperti yang dicontohkan beliau saw. ketika membagi fa’i atau harta rampasan perang. Kewenangan pembagian harta rampasan perang hanya pada seorang kepala negara dan harus dilakukan sesuai syariat Islam.
Ketika seseorang mengaku cinta pada sesuatu hal, tetapi perilakunya tidak menunjukkan bahwa dia mencintai, maka bisa diambil kesimpulan bahwa cintanya adalah palsu. Jika dikaitkan dengan akidah, maka mencintai Nabi saw. adalah bentuk pengamalan akidah atau keimanan. Sebagaimana Nabi saw. sabdakan dalam sebuah hadis, “Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.”
Ustazah Esty mengakhiri pemaparannya dengan kalimat bahwa cinta kepada manusia ada kemungkinan turun kadarnya atau tidak berbalas. Tetapi ketika mencintai Allah dan Rasul-Nya pasti akan berbalas dan tidak ada kerugiannya. Bahkan, bisa diampuni dosa-dosanya dan dipersilakan masuk ke dalam surga.[](Junita)
0 Komentar