Siti Rima Sarinah
(Aktivis Dakwah)
- Ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting harus dimiliki oleh setiap muslim. Bahkan Islam, menjadikannya sebagai fardhu 'ain bagi setiap muslim. Sebab, dengan ilmu manusia mampu menjalani kehidupan sesuai tujuan penciptaannya di dunia ini yaitu untuk beribadah. Islam hadir dengan membawa seperangkat aturan untuk menjaga manusia agar senantiasa berjalan sesuai koridor hukum syariat yang dikehendaki oleh Allah Swt..
Islam sangat kaya dengan khazanah keilmuan yang diakui oleh negara-negara Barat hingga hari ini. Kekayaan keilmuan Islam yang berlandaskan pada akidah ini dapat mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dari hal yang terkecil terkait individu hingga hal yang besar terkait negara, pemerintahan dan kekuasaan. Apalagi terkait dengan negara dan kekuasaan, ilmu sangat diperlukan karena kekuasaan adalah amanah untuk menjaga agama dan melayani rakyat.
Allah Swt. berfirman, ”Sungguh Allah menyuruh kalian memberikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya juga (menyuruh kalian) jika menetapkan hukum di antara manusia agar kalian berlaku adil.” (QS an-Nisa: 58)
Saat ini, banyak orang berbondong-bondong ingin meraih dan mendapatkan kekuasaan dengan ikut serta dalam pertarungan kontestasi politik seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan sejenisnya, tanpa melihat apakah mereka memiliki kapasitas untuk mengemban amanah kekuasaan. Bahkan demi meraih kursi kekuasaan tersebut mereka rela melakukan berbagai macam cara termasuk berkoalisi dengan partai yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam.
Kendati dengan sadar mereka memahami bahwa kelak hukum yang akan diterapkan adalah hukum buah dari sistem kapitalisme-sekuler, euforia pemilihan selalu dikondisikan. Jelas-jelas sistem ini bertentangan dengan akidah mereka dan akidah mayoritas penduduk di negeri ini. Sejatinya haram hukumnya bagi mereka ikut serta dalam kontestasi politik tersebut, dan menjadi bagian dari sistem yang menihilkan peran agama dalam kehidupan.
Fakta ini menunjukkan bahwa demi ambisi kekuasaan, mereka rela mengabaikan rambu-rambu syariat demi meraih harta, tahta, dan kekuasaan. Ketiadaan ilmu ini menjadi bukti sesungguhnya mereka bukanlah orang-orang yang layak untuk mengemban amanah kekuasaan. Rasulullah saw. telah memperingatkan kepada umatnya agar hati-hati dengan ambisi terhadap kekuasaan. “Sungguh kalian akan berambisi terhadap kepemimpinan (kekuasaan) , sementara kepemimpinan (kekuasaan) itu akan menjadi penyesalan dan kerugian pada hari kiamat kelak.” (HR al-Bukhari, an-Nasai, dan Ahmad)
Kekuasaan adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban, apabila abai terhadap tanggung jawabnya akan mendapatkan azab yang sangat pedih dan dijauhkan dari surga. Oleh karena itu, amanah ini tidak akan bisa terlaksana apabila seseorang yang mengemban amanah ini tidak memiliki ilmu untuk melaksanakan kekuasaannya. Bahkan ia akan binasa akibat ketiadaan ilmu tersebut, sebab yang ada hanyalah ambisi kekuasaan demi mendapatkan harta dan tahta.
Dalam sistem kapitalisme-sekuler, kekuasaan adalah ajang bisnis untuk terus membuat rakyat sengsara dan semakin menderita. Tidak ada amanah kekuasaan dalam kamus sistem kapitalisme-sekuler, yang ada hanyalah kekuasaan menjadi karpet merah untuk meraih kepentingan dan keuntungan materi. Maka siapapun yang terpilih meraih tampuk kekuasaan dalam sistem kapitalisme-sekuler tidak akan pernah mampu merubah kondisi negeri ini.
Oleh karena itu, mejadi tugas bersama bagi seluruh kaum muslim, khususnya pengemban dakwah untuk menyadarkan kepada umat gambaran sosok penguasa amanah. Rasulullah saw. dan para sahabatnya adalah sosok teladan yang wajib kita ikuti dalam mengurus urusan rakyat. Berlandaskan ilmu yang bersumber pada akidah dan keimanan kepada Rabbnya, menjadi pondasi untuk melaksanakan amanah kekuasaannya.
Mereka adalah sosok penguasa totalitas dalam menerapkan syariat Islam di seluruh lini kehidupan. Rakyat yang senantiasa menjadi fokus perhatian mereka, dan mereka pun tidak akan pernah berani untuk mengganti hukum-hukum syariat dengan hukum yang lain. Kekuasaan mereka jadikan sebagai wasilah untuk meraih keridaan dari Allah Swt., bukan untuk meraih tahta dan harta.
Sosok penguasa seperti itulah yang seharusnya hadir di tengah rakyat dan menjadi pilihan rakyat. Dengan terus memahamkan kepada rakyat, bahwa siapa pun penguasa yang lahir dari rahim kapitalisme-sekular hanya akan memberikan kesengsaraan dan kemiskinan yang tak pernah bertepi. Sosok penguasa yang layak dipilih harus amanah dan memiliki ilmu yang mumpuni untuk melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan. Umat pun harus senantiasa mencintai ilmu Islam dan tak pernah lelah untuk terus belajar, agar mampu memilih pemimpin sesuai pandangan Islam. Wallahualambissawab.
0 Komentar