Kehadiran Paus: Perdamaian dan Toleransi




Oleh Isnaini Isamsaro, S.Si.

(Aktivis Dakwah)



- Paus Fransiskus, pemimpin umat Nasrani sedunia hadir di Indonesia membawa pesan perdamaian. MUI dan sejumlah pemimpin ormas Islam menyambut baik dan berharap kedatangan Paus ke Indonesia akan memperkokoh perdamaian dunia. 


Di balik gempitanya sambutan Paus tersebut, ada beberapa hal yang patut kita cermati, yaitu:

1. Seruan perdamaian dunia dengan hadirnya Paus di Indonesia adalah hal yang aneh. Indonesia dalam kondisi damai. Sebagai pemimpin umat Nasrani sedunia, seharusnya Paus berkeliling mendatangi negara-negara Barat -mayoritas beragama Nasrani- yang membuat kekacauan serta merusak perdamaian dunia.

Palestina adalah salah satu negara mayoritas muslim dan menjadi korban genosida yang dilakukan oleh Zionis Israel dibantu oleh negara-negara Barat. Bahkan penduduk Palestina yang beragama  Nasrani pun menjadi korban.


2. Perdamaian dunia tidak akan terwujud ketika kapitalisme masih menjadi sistem yang dipakai Barat dan dunia untuk melakukan hubungan ekonomi antar negara. Kapitalisme yang menciptakan penjajahan gaya baru untuk menguasai negara lain. 


3. Penggantian azan magrib dengan running text "menabrak" prinsip toleransi ketika menjadi salah satu yang harus dikedepankan saat menyambut kedatangan Paus. Seharusnya kebiasaan atau tradisi suatu agama di negara tertentu tidak diganggu. Sebagai tamu, selayaknya memperhatikan "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung". 


Dengan demikian, kehadiran Paus ke Indonesia sebagai tamu, memang selayaknya diperlakukan sebagai tamu. Namun, tidak lantas menyulitkan masyarakat dengan pembatasan-pembatasan dan juga melupakan predikat sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia.

Posting Komentar

0 Komentar