Hessy Elviyah, S.S.
(Aktivis Dakwah)
- Warga Bekasi yang menjadi masyarakat metropolitan ternyata tidak selamanya nyaman. Selain macet, banjir ketika musim hujan kerap melanda. Bekasi mengalami musibah kekeringan di beberapa wilayahnya saat musim kemarau ini. Hal ini tentu sangat merepotkan, sebab air merupakan kebutuhan pokok bagi semua warga.
Setidaknya ada 29 desa dari delapan Kecamatan di Kabupaten Bekasi yang mengalami krisis air bersih. Berdasarkan catatan yang dirilis di laman situs Pemkab Bekasi, delapan kecamatan tersebut adalah Babelan, Cibarusah, Karang Bahagia, Cabangbungin, Bojongmangu, Muara Gembong, Sukawangi, dan Pebayuran. Sedangkan desa terdampak berat yang mengalami krisis air bersih ini terdapat di Kecamatan Cibarusah dan Sukawangi. (detikNews.com, 04/09/2024)
Selain Krisis air bersih, musim kemarau yang menyengat ini juga menyebabkan Bekasi mengalami kekeringan. Karena itu, Bekasi menetapkan status Tanggap Darurat Bencana Kekeringan selama 14 hari, terhitung mulai tanggal 30 Agustus sampai dengan 12 September 2024.
Penetapan tanggal darurat ini didasarkan pada dampak kekeringan yang semakin parah dirasakan oleh masyarakat, terutama di sektor pertanian dan perkebunan. Banyak petani yang kesulitan mendapatkan air irigasi sementara di beberapa wilayah lain juga mengalami krisis air bersih. (Merdeka.com, 04/09/2024)
Seperti inilah kondisi Bekasi saat kemarau panjang terjadi. Hal tersebut tidak sekali dua kali terjadi bahkan hampir di setiap musim kemarau. Ironisnya, pemerintah setempat seolah bergeming atas bencana yang kerap terjadi. Terbukti, bencana ini terus berulang artinya tidak ada mitigasi serius dari pemerintah.
Akibat Pembangunan Kapitalistik
Jamak diketahui, Bekasi sedang berada dalam fase pembangunan daerah. Gedung-gedung pencakar langit mulai bertebaran, pembangunan perumahan di mana-mana, pabrik dan pusat perbelanjaan memadati wilayah Bekasi.
Pembangunan tersebut tentunya harus melalui proses pembebasan lahan. Alih fungsi lahan pertanian menjadi beton-beton tersebut tak terelakkan. Akibatnya, hal ini turut memicu krisis iklim yang menyebabkan pemanasan global kian menguat.
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa kekeringan dan hujan ekstrim selama 20 tahun terakhir ini disebabkan oleh pemanasan global. Hal ini dikarenakan pembangunan kapitalistik yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan konsumerisme.
Tak ayal, selain perubahan tata kelola lahan serta aktivitas industrialisasi, sumber daya alam pun ikut dieksploitasi secara membabi buta. Para kapitalis tak segan mengorbankan kelestarian lingkungan guna mendapatkan keuntungan berlimpah untuk menekan biaya produksi.
Mirisnya, pembangunan tersebut hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Sedangkan rakyat biasa hanya memperoleh bencana atas keserakahan mereka, seperti krisis air bersih dan kekeringan saat ini. Tak kalah mirisnya, pemerintah cenderung mendukung pengrusakan lingkungan akibat pembangunan kapitalistik ini.
Pemerintah yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kondisi lingkungan justru hadir sebagai fasilitator dan regulator kerusakan lingkungan. Berbagai regulasi dilahirkan untuk memudahkan eksploitasi alam atas nama investasi.
Lebih jauh, solusi yang diberikan pemerintah terhadap bencana ini tak lepas dari solusi pragmatis seperti modifikasi cuaca, pembuatan bendungan seadanya, mendistribusikan air bersih, dan sebagainya. Hal ini tidak akan berhasil karena solusi teknis tersebut tidak menyentuh pada akar persoalan.
Oleh karenanya, solusi yang diberikan hanya bersifat sementara dan jika masih tidak berubah, tidak menutup kemungkinan jika krisis-krisis lain mengancam di depan mata. Seperti krisis pangan, krisis energi, kesehatan dan bertambah parahnya bencana ekologi ini. Sementara hingga saat ini pembukaan kawasan hutan masih terus berlanjut untuk berbagai investasi.
Solusi Islam
Melihat ancaman berbagai krisis yang mengintai, pastinya butuh solusi yang pas untuk segera dilakukan. Solusi itu bukan solusi tambal sulam ala sistem kapitalisme, melainkan solusi tuntas agar terlepas dari masalah yakni harus merombak total sistem hidup. Sebab, sistem hidup ini yang akan merubah cara pandang terhadap permasalahan yang dihadapi sehingga sahih dalam merumuskan masalah. Sistem hidup ini tidak lain adalah sistem Islam yang terbukti berabad lamanya sukses membawa peradaban ke era kejayaan.
Islam mempunyai paradigma pembangunan yang sepenuhnya harus menyejahterakan rakyat dan betul-betul memperhatikan dhoror yang akan ditimbulkan. Baik itu pemanfaatan sumber daya alam maupun pembangunan infrastruktur.
Islam meniscayakan negara menjalankan syariat Islam secara kafah dan bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan umat. Salah satu syariat-Nya adalah menempatkan sumber daya alam sebagai milik umum sehingga tidak boleh dimiliki individu/swasta.
Hal ini berdasarkan pada sabda Rasulullah saw., "Kaum muslim berserikat dalam 3 perkara yakni api, air, dan padang rumput/hutan." (HR Abu Dawud dan Ahmad)
Oleh karena itu, ijin konsesi dan privatisasi sumber daya alam tidak akan ada dalam Islam. Negara Islam bertanggung jawab penuh atas pengelolaan harta milik umum untuk dimanfaatkan dan dikembalikan kepada rakyat dalam berbagai bentuk pelayanan. Misalnya pelayanan pendidikan, kesehatan, dan keamanan yang diberikan dengan harga murah bahkan gratis.
Selain itu, negara membangun berbagai infrastruktur publik agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya seperti air, energi, dan lain sebagainya. Pelaksanaannya negara membangun reservoir (waduk) air, membangun instalasi pendistribusian air bersih, menjaga kelestarian hutan yang memiliki fungsi ekologis, menjaga dan merawat sungai, laut, dan danau.
Untuk mewujudkan hal ini, negara memanfaatkan kemajuan science dan teknologi serta para ahli yang mempunyai kapabilitas di dalamnya. Semua ini disediakan oleh negara dalam bentuk pelayanan yang didasarkan pada iman dan takwa kepada Allah Swt. sebagai amanah dan tanggung jawab.
Khatimah
Membahas krisis air dan kekeringan tidak bisa dipercayakan kepada forum-forum dunia yang berasaskan paradigma kapitalisme. Seharusnya, Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim menawarkan solusi Islam untuk meriayah masyarakat terutama dalam memenuhi kebutuhan air.
Selama sistem kapitalisme menguasai peradaban dunia, krisis diberbagai bidang akan terus terjadi. Solusi tuntas pelbagai problema kehidupan hanya dapat diwujudkan dengan menerapkan sistem Islam secara kafah. Insyaallah. Wallahualam.
0 Komentar