Love Next Level



#Reportase - Pemuda atau biasa disebut dengan remaja adalah agen perubahan. Di tengah kondisi remaja hari ini yang sering membuat kita mengelus dada (karena jauhnya dari gambaran pemuda muslim yang dekat dengan agama), ternyata masih ada para pemuda yang menginginkan perubahan menjadi lebih baik dan bisa memberi manfaat pada masyarakat. Hal ini tampak dalam acara Majelis Taklim Remaja Smart with Islam yang diselenggarakan pada Ahad (15/09/2024) di Ma'had Cinta Quran Center.


Bertajuk "Love Next Level", majelis ini mengangkat pembahasan tentang pengesahan PP No. 28 tahun 2024 yang merupakan implementasi dari Undang-undang No. 17 tahun 2023 tentang Kesehatan. Dalam PP tersebut salah satunya menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan reproduksi untuk anak usia sekolah dan remaja mencakup penyediaan alat kontrasepsi, yang lantas menuai kontroversi di berbagai daerah. Maka majelis ini diadakan untuk meng-install sudut pandang Islam mengenai permasalahan tersebut ke dalam benak dan pemikiran para remaja. 

Sebagai daya tarik, acara ini mengambil konsep teater dengan selingan penampilan drama yang menggambarkan hancurnya dunia percintaan remaja masa kini. 


Aktivis dakwah, Nadiya Ramadhana Hayati sebagai penutur pertama, menyampaikan rusaknya generasi saat ini dan hubungannya dengan pengesahan PP No. 28 tahun 2024. “Apa maksud dari adanya PP ini? Agar para remaja dan pelajar yang terjerumus pergaulan bebas menjadi aman seksnya? Padahal ada atau tidaknya dampak dari seks aman nilainya tetap zina, dan zina itu mutlak haram,” tegasnya. Alat kontrasepsi seharusnya hanya boleh digunakan oleh pasangan suami istri. Sayang, alat ini pun sudah diperjualbelikan secara bebas bahkan sebelum peraturan ini ada. 


Tidak ada yang salah dengan cinta, karena cinta adalah fitrah, yang perlu diperhatikan adalah jalan kita untuk menempuh cinta, maka jangan sampai salah dalam melampiaskannya. Cinta akan menjadi indah jika kita kaitkan dengan Allah,” pungkas Kak Nadiya, yang juga seorang content creator muslim ini.


Pembicara kedua, Kak Afifah Afrah Amatullah membahas tujuan di balik PP tersebut. “Ternyata ada agenda liberalisasi pemuda Indonesia yang berkiblat pada budaya Barat dan pemahaman sekularisme melalui jalur politik,” ungkapnya. Kak Afrah, begitu ia akrab disapa juga menjelaskan solusi yang dapat memuliakan manusia dan sesuai dengan fitrahnya. Jelas, budaya Barat dan sekularisme mengalami kegagalan dalam membangun para pemuda dengan identitas muslim. Akar permasalahan inilah yang harus dipahami dan dikembalikan pada solusi sebenarnya agar pemuda dapat mengambil peran yakni menjadi agen perubahan. Kak Afrah juga mengajak para peserta agar memperjuangkan Islam dengan cara banyak belajar untuk menguatkan akidah, senantiasa menyuarakan kebenaran dan berperilaku sesuai dengan syariat. 


Perjuangan ini adalah wujud cinta yang berkelas untuk meraih cinta yang abadi. Acara kali ini pun bertepatan dengan bulan kelahiran Nabi Muhammad saw. yakni 12 Rabi'ul Awal yang makin mengingatkan kita untuk bisa lebih mencintai Allah, Rasul-Nya, dan tentunya mencintai Islam sebagai jalan kehidupan,” jelasnya. 


Di penghujung acara, kedua narasumber menegaskan bahwa cara move on terbaik dari masa lalu adalah dengan menaikkan level cinta kita yang bukan lagi pada standar manusia hari ini, melainkan pada cinta level tertinggi yang didasari karena Allah, yang mewarisi perjuangan Rasulullah, dan yang pertumbuhannya dijaga oleh syariat. Wallahualam bissawab.[](Has, Lau, Azw, Af)

Posting Komentar

0 Komentar